Saat hujan kembali mengguyur kota kami di pagi hari dan dinginpun mulai menyelimuti tubuh kami. Kami tetap semangat untuk menunggu pelatih SBI ( Seni Beladiri Islam) yang telah berminggu-minggu melatih kami.
Setelah beberapa menit kami menunggu, sampailah pelatih kami dan langsung memberikan senyuman yang khas untuk kami. Sebelum latihan dimulai, terlebih dahulu kami melakukan lari bersama sampai tiga kali putaran di lapangan tempat kami berlatih. Setelah itu, kami melakukan pemanasan yang diajarkan oleh guru kami.
Dan tibalah saatnya, kami mempraktekkan jurus demi jurus yang diajarkan oleh guru kami sedangkan guru kami memperhatikan satu-persatu jurus yang salah dan yang benar. Saat sudah selesai, guru kami mulai mengajari kami kembali di jurus-jurus yang salah tadi. Jika jurus-jurus yang salah itu sudah benar, ia akan memberikan jurus selanjutnya yaitu jurus 20.
Setelah setengah jam kemudian, kami berhasil memperbaiki jurus kami yang salah. Dan itu artinya, kami akan mendapatkan jurus yang baru, yaitu jurus 20. Karena kami sudah tidak sabar, ia langsung mempraktekkan jurusnya itu secara tahap demi tahap.Saat tahap terakhir, kami tersentek kaget karena jurusnya itu ada yang namanya roll depan dan itu artinya, kami harus berani memutar badan kami seperti bola di lapangan yang basah.
Awalnya kami takut dan malu melakukan jurus itu, tapi setelah lama guru kami meyakinkan kami. Kami mulai semangat megikuti gerak demi gerak jurus 20. Tapi sebelum itu semua dimulai, guru kami memerintahkan kami untuk baris satu – persatu untuk melakukan pelatihan roll depan. Meskipun roll depan kami bervariasi seperti ada yang benar dan ada yang salah, kami tetap semangat untuk mencoba terus sampai kami bisa.
Roll depanpun selesai kami praktekkan. Dan ini saatnya kami, melakukan semua gerak untuk menyempurnakan jurus 20. Saat gerak demi gerak sudah kami lalui, kami langsung melakukan roll depan secara spontan. Dan alhamdulillah kami bisa melakukannya.
Selesai mempraktekkan jurus 20, kami diperintahkan untuk mengulang kembali jurus yang diajarkan oleh guru kami dari jurus 1 sampai dengan jurus 20. Ada saja kelucuan yang terjadi saat kami melakukan gerak demi gerak jurus, seperti saat posisi menendang. Pada saat itu hujan lebat membuat tanah menjadi basah dan lembek seperti cokelat, karena kami tidak diperbolahkan memakai sandal, kami harus menahan rasa sakit dari batu-batu dan berat kaki kami yang sedari tadi sudah terbungkus tanah yang basah dan lembek. Saat kamu mulai melakukan tendangan, tanah yang ada di kaki kami terlempar dan mengenai teman di depan dan belakang kami. Lalu, ada salah satu teman kami (perempuan) yang selalu nyengir kuda bila ia sedang diajari oleh guru kami, karena ia selalu nyengir seperti itu, kami memanggilnya dengan sebutan dewa nyengir. Ada lagi nih. . salah satu teman kami (laki-laki) dipanggil oleh gurunya dengan sebutan Joko, karena ia sangat kurus, berkulit hitam, dan keturunan jawa, bila sedang latihanpun, gerakannya sangat lucu dan unik, seperti gerakan teman kami yang perempuan. Karena kejadian itu, kami semua tertawa sambil meledek satu sama lain termasuk guru kami. Selesai tertawa bersama, kami mulai melanjutkan jurus kami yang selanjutnya.
Setelah jurus demi jurus telah selesai. Kami mulai beristirahat sebentar untuk minum. Beberapa menit kemudian, kami mulai melanjutkan kembali latihannya seperti biasa sampai selesai.
Tidak terasa, hari sudah mulai panas dan itu artinya kami harus menyelesaikan latihan kami dan mulai berlatih kembali minggu depan. Sebelum kami menyelesaikan latihannya, terlebih dahulu kami berkumpul dan berdoa bersama, selesai berdoa, kami mulai bersalam-salaman dengan guru dan langsung pulang ke rumah masing-masing. (Masih perlu banyak perbaikan ;))
(Novia Handayani, Santri Angk.1 Pesantren Media. 3 SMA)