Oleh Umar Abdullah
Sabtu Malam Ahad 12 Mei 2013 kawasan Laladon, Sindangbarang, dan Pagelaran ditimpa hujan yang deras. Itulah Bogor. Meski sudah Mei, hujan tetap turun. Turun dengan curah melimpah yang mengancam longsor di pinggir-pinggir sungainya.
Hujan Melebat
Hari itu hujan turun mulai Ashar dan melebat menjelang Maghrib. Listrik dipadamkan. Gelap sudah. Jam 17.30 seharusnya santri-santri ikhwan datang ke Pesantren Media untuk makan malam. Namun sampai adzan ’Isya’ santri-santri ikhwan belum datang juga. Mungkin karena hujan yang begitu deras.
Jam 19.45 kuminta istriku membungkus makan malam santri-santri ikhwan untuk kubawa ke asrama santri ikhwan yang kami beri nama Rumah Media. Bersama Taqiyuddin, anak ketigaku, kuantar makan malam tersebut ke Rumah Media dengan menggunakan mobil.
Hujan masih deras. Jam 20.15 Jalan Raya Laladon mulai tergenang. Jalan di depan Kantor Kelurahan Laladon sudah seperti sungai. Antara jalan dengan selokan sudah tidak bisa dibedakan lagi. Motor dan mobil mengambil tengah jalan untuk menghindari terperosok di selokan. Kupacu perlahan mobilku ke sebuah swalayan di Laladon Baru untuk beli mie instant.
Tercipta Arus Deras
Beruntung di daerah Laladon drainasenya cukup bagus. Pulang dari beli mie banjir sudah surut. Jalan dan selokan sudah terlihat jelas. Air sudah masuk ke selokan dan segera masuk ke sungai Cilauk yang membelah Laladon dengan Sindangbarang. Membelah dengan kecepatan tinggi dan volume yang besar bertemu dengan tanah Bogor yang gembur.
Longsor mengancam pinggir sungai Cilauk. Kali ini rumah Pak Asep Ahmad yang dapat giliran. Rumahnya di pinggir Sungai Cilauk. Teras samping rumahnya retak karena tanah di bawahnya tergerus arus deras sungai. Beberapa bulan sebelumnya, Rumah Prof. Bambang Purwoko juga tergerus longsor air sungai Cilauk. Bagian belakang rumahnya terbelah. Bagian Dapur rumah Pak Naryo juga terancam longsor.
Saatnya Pindah
Saya pribadi berpendapat bahwa solusi terbaik bagi yang tinggal di pinggir sungai adalah pindah. Hanya saja untuk pindah perlu tempat plus uang. Saatnya pemerintah setempat menunjukkan tanggung jawabnya sebelum segalanya terlambat.
Al-Imaamu raa’in faHuwa mas’uulun ’an raiyyatiHi [Kepala Negara Islam adalah pemelihara dan dialah yang akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya.] (HR. Muslim)
[GALERI FOTO]