Malam itu selepas magrib aku melipat mukenaku dan memasukkannya ke dalam tas, saat ini aku berada di Sumedang. Aku pun menyibak tirai kamar dan melangkah keluar, lalu duduk di sofa ruang tengah. Karena bosan aku mengambil tab nenekku dan memilih permainan, nenekku pun muncul beberapa saat setelahnya disusul sepupuku.
“Teh, makan aja dulu tadi abi udah makan.”ujar nenekku sambil melangkah ke dapur.
“Iya nek.”aku hanya tersenyum dan melanjutkan permainan.
Tak lama abiku datang dari masjid dan menyuruhku makan karena dirumahku tidak ada nasi. Aku pun beranjak menuju ruang makan dan melihat-lihat, setelah itu aku baru mengambil piring dan nasi kebetulan gulai kambing tadi pagi masih ada. Setelah makan, aku meraih gelas dan mengisinya dengan sirup lalu disusul air dingin, entah kenapa aku tiba-tiba ingin yang dingin-dingin.
Abiku segera memanggilku dan menyuruhku bergegas, karena abiku masih ada acara di Bandung. Buru-buru kucuci gelas dan piringku kemudian berlari ke ruang tengah, kusambar tas dan jaketku. Saat di ruang tamu aku berpamitan dengan nenek dan sepupuku, saat aku mau melangkah keluar nenekku tiba-tiba menjejalkan ‘sesuatu’ ke tanganku, dan aku hanya bisa cengengesan setelah mengucapkan terima kasih J
Kuraih helmku dan segera naik ke motor, karena mengejar waktu abiku memilih naik motor walaupun malam sudah menunjukkan batang hidungnya. Akhirnya malam itu aku balik ke Bandung, meskipun sebenarnya aku masih ingin di Sumedang karena masih banyak buku yang belum kubaca tapi mau bagaimana lagi? Besok sudah hari Sabtu, dan aku tidak mau telat.
Tapi ditengah jalan ternyata hujan, terpaksa aku mengenakan jas hujan yang kedodoran sambil berusaha menjaga tasku. Hujan berhenti saat aku mulai memasuki kota Bandung, dan ketika aku sampai dirumah aku langsung telentang di lantai. Sementara itu, abiku pergi lagi setelah mengambil tas kulihat jam diruang tengah sudah menunjukkan pukul setengah 10 lebih. Dengan berat kupaksa kakiku intuk melangkah ke kamar mandi karena aku belum shalat isya’, lalu aku melangkah ke alam mimpi.
-LDT_LJDJ-
Pagi itu selepas shubuh masih terasa dingin karena semalam hujan turun cukup deras. Aku mengecek ulang barang-barang yang akan kubawa ke Pesantren Media, sesaat kutatap jam yang bertengger ditembok kamar selama kurang lebih 9 tahun, sekitar jam 7 aku akan berangkat ke Pesantren Media tapi sekarang masih jam setengah 6 dan aku masih menunggu abiku datang.
Akhirnya kuputuskan untuk membuka laptop dan mendengarkan lagu J, tiba-tiba saja terdengar suara salam. Ketika aku keluar ternyata tetanggaku.
“Zulfa?”
“Iya teh? Kenapa?”
“Tadi umi sms, besok aja ke pondoknya soalnya sekarang keretanya kejebak longsor di Tasikmalaya.”
“Eh, oh..iya, iya makasih teh.”
Disaat itulah aku mulai berfikir, ‘Kalau umi kejebak longsor di Tasik, apa hubungannya sama aku berangkat? Masa abi mau jemput umi ke Tasik?’batinku heran. Tapi ya sudahlah..nanti aku bisa tanya abiku kalau sudah pulang. Umiku memang kemarin pergi ke Solo untuk menjenguk adikku. Beberapa menit pun berlalu, karena lapar aku melangkah menuju dapur dan melihat ada nasi, tapi tidak ada lauk apapun.
“Di kompor ada kayaknya.”ujarku sambil melangkah.
“Wah..apa nih?”seruku tertahan saat melihat panci di kompor.
Aku pun mengaduk-aduknya, ternyata itu gulai lagi akhirnya kupanaskan. Setelah makan kuputuskan untuk mandi, dan kembali ke kamar. Sekitar jam 8, aku merasa lapar lagi, akhirnya aku kembali ‘berburu’, dan pilihanku jatuh pada mie, kebetulan aku menemukan mie kuah saat matang kutambahkan sedikit nasi supaya aku kenyang.
Detik berganti detik, menit berlalu menit abiku belum pulang juga kuraih hpku dan menyalakannya, langsung ku sms abiku, eh enggak ada pulsa ternyata J
“Abi mana sih? Teteh kan belum bilang Ust. Olih..”gerutuku.
Lalu, sekitar pukul 10 terdengar suara motor didepan rumahku, buru-buru aku pergi keluar dan mengintip. Aku langsung mengoceh begitu abiku membuka pagar, tapi suara lain menghentikan ocehanku.
“Umi? Kok umi bisa dateng? Katanya umi kejebak longsor di Tasik..???”seruku heran.
“Tadi udah bisa jalan lagi..”balas umiku sambl melangkah masuk.
Aku langsung teringat sesuatu, “Abi, teteh loh belum ngomong ke Ust.Olih..”
“Nih, bilang aja ke Ust.Olih lewat WA.”ujar abiku sembari menyodorkan hapenya.
Secepat kilat aku langsung mengetik, dan setelah itu sejujurnya aku bingung kenapa enggak berangkat sekarang aja?Kan masih ada waktu sebelum sore. Tapi buru-buru kutepis karena aku mendengar umiku sedang bercerita ke abiku dengan berapi-api didapur.
“Bayangin aku sampe nge-cancel pengajian-pengajianku, harusnya aku tadi pagi OH.”ujar umiku.
Dan seterusnya……. (Terlalu banyak kata-kata yang keluar)
Di kamar aku mengambil kesimpulan “Umi kejebak longsor di Tasik, terus pas bisa dilewatin yang lewat duluan malah kereta bisnis padahal kereta ekonomi yang dinaiki umiku sudah duluan datang, akhirnya sempat terjadi percekcokan didalam gerbong. Banyak yang merasa tidak adil karena kejadian itu, bahkan ada beberapa orang yang begitu sampai di stasiun langsung pergi ke kantor keretanya.
Malam pun menjelang, selepas isya’ aku mengambil roti didapur saat abiku muncul.
“Besok pagi jam berapa berangkatnya? Jam 2 aja ya.”, aku hanya mengangguk.
Ternyata tidak sesuai rencana…
“Kok, teteh enggak dibangunin?”seruku sambil berlari ke kamar mandi.
“Yang mau berangkat siapa?”balas umiku, ya aku skakmat.
Aku dibangunankan sekitar jam 4 kurang, walhasil aku langsung buru-buru bersiap. Pukul 4 lebih, aku berangkat bersama abiku membelah pagi, saat sampai di daerah Leuwi Panjang aku dan abiku berhenti di masjid dan shalat shubuh. Perjalanan pun kembali berlanjut.
Yang paling berkesan saat melewati Puncak Bogor, banyak sekali orang-orang yang datang. Banyak sekali mobil, motor, dan sepeda berjejeran di tepi jalan, tentu saja penuh dengan orang-orang. Tapi yang menarik perhatianku adalah aku melihat kabut yang turun dari atas perlahan-lahan, brr..dingin tapi segar banget J
Sekitar pukul setengah 10 (atau setengah 9 ya?)aku akhirnya sampai di Pesantren Media, begitu masuk aku melihat teman sekamarku tidur semua (-.-), akhirnya kutaruh barang-barangku kemudian mandi, kemudian ada undangan motong daging ayam dan kambing dari Ustadzah Nur.
ZulfAulia Rosyadiah (Santri 1 SMA Pesantren Media)