Loading

Pada tanggal 10 September, liburanpun di mulai usai mengkaji ilmu dari Masjid Nurul Ilmi yang biasa diisi oleh Ustad Abdurrahman Al-Baghdadhy. Sebenarnya liburan dimulai 1 hari setelah pengajian, akan tetapi, siswa yang jauh maupun yang dekat boleh pulang setelah pulang dari pengajian. Hal ini dikarenakan siswa yang pulangnya jauh akan menempuh perjalanan yang panjang dan bila melalui darat, bisa diprediksi terjebak macet berjam-jam karena mendekati Hari Raya Idul Adha.

Sayapun bergegas dan bersiap siap pulang ke rumah setelah berjalan dari depan gang. Sesampainya di Pesantren, saya langsung meminta uang dari tabungan saya sendiri untuk ongkos dan meminta tolong Ustad Oleh untuk memesankan ojek online. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya driver ojek online itupun datang juga. Tidak perlu lama lagi, sayapun berpamitan dan bermaaf-maafan kepada teman dan guru. Sayapun langsung berangkat.

O iya, sebelum pulang saya juga bilang kepada teman-teman saya, “ aku balik lagi besok untuk mengambil pakaian ”. Karena ada seorang santri yang bilang kalau dia di jemputnya besok. Keesokan harinya, saya dibangunkan sahur oleh ibu karena hari itu adalah hari Arafah dimana orang-orang yang tidak berhaji disunahkan berpuasa.

Tepat jam 7 pagi, saya bergegas menuju Pesantren dengan motor bebek saya. Saya berpamitan kepada Ibu dan Kakak. Saya dibekali uang bensin dan uang buat jaga-jaga kalau bocor. Langsung tancap gas seketika dengan kecepatan maksimal 60km/jam. Selang 45 . menit berlalu, sayapun tiba di Pesantren. Disana masih ada Rafi, Abdullah, dan Taqi. Syapun kembali pada tujuan saya untuk mengambil pakaian yang sudah dicuci kemarin dan langsung saya jemur.

Siangnya saya kembali lagi ke rumah. Pada saat itu dirumah kosong dan tak ada siapa-siapa. Saya teringat bahwa Ibu saya memberitahu untuk menyusul Ibu dan Kakak ke rumah nenek di Tangerang. Karena saya berangkat bareng kakak laki-laki saya, sambil menunggu, saya bermain game strategy sebentar. Singkat cerita, setelah sampai di Tangerang, saya disambut oleh saudara-saudara dan sepupu saya. Disana ada juga nenek dan ibu saya yang sudah menunggu kami.

Dan pada hari Senin tanggal 12 September 2016, kami bersiap-siap menuju masjid untuk melaksanakan shalat Id. Kami menuju masjid yang lumyan besar bernama Masjid Istighna’. Halamannya yang luas membuat masjid ini nampak indah dan sejuk. Setelah shalat Id, kami dan sekeluarga bermaaf-maafan dan sebagian keluarga besar kami menyaksikan pemotongan hewan qurban di mushalla komplek kami. [M Fadlan Adzim, santri kelas 3 jenjang SMP]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *