Loading

Rabu, 17 Februari 2016. Seperti biasa Pesantren Media mengadakan diskusi aktual setiap dua minggu sekali. Kegiatan ini diisi dengan diskusi mengenai trending topic pada minggu terakhir. Diskusi aktual biasanya dibimbing oleh Ustadz Oleh Solihin. “Insya Allah ke depannya diskusi aktual akan diikuti oleh guru-guru lain dan orang dari luar pesantren.” Kata Ustadz Oleh.

Di era yang serba teknologi ini, hampir semua orang memiliki trending topic yang sama. Karena satu berita saja bisa disebarkan secara mudah akibat banyaknya aplikasi pendukung. Dan pelegalan LGBT (Lesbian, Gay, Biseks dan Transgender) akhirnya menjadi trending topic dunia kali ini. Tentu saja ada yang bersikap pro dan kontra. Lalu bagaimana kita harus mengambil sikap terhadap kasus pelegalan LGBT?

Diskusi kali ini dimoderatori oleh Muhammad Usman, santri kelas 2 SMP. Tanpa berbasa-basi, Usman mempersilakan bagi yang ingin bertanya. Dan diskusi dimulai pukul 11 siang.

Fathimah: Apa faktor penyebab LGBT

Ihsan Abdul Karim, santri kelas 3 SMP, memaparkan. Yang pertama factor lingkungan. Kalau di lingkungan itu banyak orang yang berperilaku LGBT, itu bisa menybar.

Yang kedua adalah factor teknologi. Teknologi masa kini itu terlau terbuka. Para remaja biasanya menyukai artikel-artikel unik atau menyukai yang bebas. Dan teknologi memberikan semuanya bahkan terlalu bebas. Keinginan untuk mencoba hal baru.

Tapi ada juga orang yang membuat LGBT menjadi lelucon. Misalkan ada sebuah meme yang bermaksud, ada dua orang laki-laki yang tidak memiliki pasangan (jomblo) selama 15 tahun, karenanya mereka terpaksa memilih pasangannya yaitu laki-laki.

Nah, transgender juga memiliki factor penyebab seperti ini, misalkan. Anak laki-laki saat kecilnya hanya suka menonton Barbie atau sebaliknya anak perempuan hanya suka menonton kungfu. Maka ketika besarnya ia akan mengamalkannya pada kehidupan nyata. Yang laki-laki ingin jadi perempuan, yang perempuan ingin jadi laki-laki.

Ihsan: Kecenderungan suka sesame jenis, dosakah?

Fathimah Nurul Jannah, kelas 1 SMA, menjelaskan. Sebenarnya tidak berdosa. Karena hanya kecenderungan saja. Hanya di dalam hati. Karena kaau keburukan itu kalau belum dilakukan maka belum menjadi dosa. Namun kalau dilanjutkan perbuatannya maka baru akan berdosa. Maka dalam kasus ini kecenderungan itu harus dialihkan aga tidak menjadi parah.

Ihsan: Seseorang mengaku LGBT. Apa yang kita lakukan?

Zahrotun Nissa, santri kelas 3 SMA, menjelaskan. Usahakan untuk jangan terlalu dekat dengan dia/ khawatir ia masih labil (belum stabil). Kita harus bisa menjaga jarak tanpa harus memutus hubungan. Walau begitu, kita harus terus menasehati dia dengan tidak mengabaikan kondisi dan dampak bagi kita. Yang jelas kita harus lebih berhati-hati.

Ihsan: Kaum Soddom telah diazab Allah karena melakukan homoseksual. Apakah ada umat lain yang diazab juga?

Ustadz Oleh menjawab. Buka surat al-A’raf ayat 80-82 ketika Nabi Luth AS mengingatkan kaumnya yang berbuat homoseksual, malah dibalas dengan ancaman pengusiran. Juga dalam surat al-Qomar ayat 33-36 tentang azab bagi kaum Nabi Luth AS, belum ada lagi umat yang diazab secara langsung. Zaman sekarang malah ada orang yang menantang, sepertinya minta diazab. Orang yang menantang itu bernama Ulil Abshar Abdalla dalam kicauannya di twitter beberapa waktu lalu. Ulil menuliskan, “Sekali lagi saya ulang: Jika benar Tuhan mengazab Sodom karena LGBT, kenapa Dia tak mengazab negeri2 yang menolerir LGBT sekarang? Kenapa?”

Padahal Allah menjelaskan dalam al-Quran surat Ibrahim ayat 42.

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,” (QS Ibrahim [14]: 42)

Jadi pasti pelaku LGBT itu pasti diazab. Hanya Allah sedang mengangguhkannya. Pasti ada waktunya dan mereka akan terbelalak. Tambahannya, Allah tidak langsung mengazab umat Nabi Muhammad SAW. Agar umat beliau SAW bisa bertaubat. Tidak langsung diazab. Karena itu kita juga harus beramar makruf nahi munkar. Tapi orang kafir pasti akan diazab. Entah di dunia, saat Hari Kiamat, atau saat di akhirat nanti.

Ya jadi azab Allah hanya menimpa kaum Soddom pada zaman Nabi Luth as.

Nufus: Dulu Kaum Soddom diazab Allah. Apakah sekarang akan diazab juga?

Ustadz Oleh memberikan kunci jawaban. Bukan diazab. Tapi dihukum dengan hukum Islam.

Ela Fajarwati Putri, santri kelas 3 SMA menambahkan. Hukuman yang dikenakan kepada pelaku lesbian dan gay, Iman Syafi’I menetapkan pelaku dan orang-orang yang dikumpuli oleh homoseksual dan lesbian ) wajib dihukum mati, sebagaimana keterangan dalam hadits,

“Barangsiapa yang mendapatkan orang-orang yang melakukan perbuatan kaum Nabi Luth (praktik homoseksual dan lesbian), maka ia harus menghukum mati; baik yang melakukannya maupun yang dikumpulkannya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibu Majah da Al Baihaqi)

Apakah langsung? Hukuman bagi pelaku lesbian dan gay dilakukan secara langsung.

Ustadz Oleh menambahkan. Kalau orang murtad ditunggu 3 hari 2 malam. Kalau ia bertaubat, maka tidak akan dihukum. Kalau ia tidak bertaubat, maka akan dihukum mati juga.

Ela: Apakah yang menghukum negara Islam, atau boleh hanya sekelompok orang saja?

Jawaban Ustadz Oleh, tidak boleh. Yang menghukum adalah negara Islam yang menjalankan Syariat Islam. Harus ada pemimpin yang mengatur. Tidak boleh per individu yang menghukum sendiri.

Nissa: Apakah banci adalah LGBT? Bagaimana jika hanya berperilaku saja?

Ustadz Oleh menjelaskan. Tetap saja tidak boleh. Menyerupai lawan jenis adalah dilaknat. Walau pun hanya seolah-olah berubah tetap saja tidak boleh. Contohnya seperti di kartun Upin dan Ipin. Tokoh Saleh yang berlaku perempuan itu tidak boleh. Pesantren waria juga sebenarnya tidak boleh. Bertambahnya kebaikan akan menjadi barokah. Tetapi kebalikannya kalau menjadi laknat.

Maka harus hati-hati. Kebiasaan bisa menjadi kebablasan. Biseks juga bisa teradi akibat faktor lingkungan. Pokoknya harus hati-hati.

Nissa: Allah sudah mengazab Kaum Soddom. Lalu kenapa kasus LGBT ini muncul lagi? Apakah dipelopori atau naluri manusia itu sendiri?

Ihsan berkomentar. Menurut pandangan saya. Orang mungkin sering mengira bahwa sejarah itu hanya dongeng. Hanya mitos belaka. Mereka merasa hidup di zaman modern yang serba bebas. Itu karena system yang digunakan sekarang adalah system Liberal. Pendapat kaum liberal mengenai Al-Qur’an adalah Al-Qur’an itu hanya dongeng belaka.

Fathimah menambahkan. Masalahnya juga ada pada Tata Pergaulan Pria dan Wanita. Karena system yang digunakan sekarang bukan system Islam, maka hunbungan adntara pria dan wanita juga menjadi kacau. Karena hubungan pria dan wanita kacau, maka muncul masalah antara pria dengan pria dan wanita dengan wanita.

Tidak lupa juga. Setan ikut mengompori manusia untuk berada dalam jalan yang salah.

Ustadz Oleh juga menambahkan. Apakah itu naluri atau dicontohkan? Kalau itu adalah naluri, maka kecil kemungkinannya bahkan tidak ada. Pasti ada yang mempeloporinya. Karena hakikatnya manusia adalah melestarikan keturunannya dengan menyukai lawan jenisnya.

Kalau dicontohkan itu mungkin. Seperti pada masa Nabi Luth. Awalnya sedikit karena godaan setan. Lama-lama menyebar seperti virus. Kegiatan LGBT ini sebenarnya juga menulari perilaku. Kalau tidak ada yang menyebarkan tidak akan tersebar.

Ada pada tahun 90 an, Doktor Dede Utomo, seorang dosen. Ia mengaku sebagai tokoh gay dan membuat majalah dengan nama Gaya Nusantara. Nah, sejak itu, homoseksual menyebar. Karena disebarkan. Dan virus itu terus tumbuh. Sama halnya seperti di negara-negara lain. Ada yang mencontohkan, dan ada yang mewadahi aktivitas tersebut.

Masalahnya kalau dilegalkan, maka akan menjadi bertambah banyak. Sama seperti peraturan sekolah. Kalau peraturannya tidak tegas, maka murid-murid tidak akan menaatinya. Tapi kalau tidak ada aturan, maka akan menjadi lebih bebas lagi.

Orang-orang harus diingatkan agar tidak terjerumus terlalu jauh. Sebenarnya godaan bagi sesame jenis atau orang yang pacaran itu sama. Sama-sama tidak boleh. Allah berfirman dalam QS. Asy-Syams ayat 8, 9, dan 10.

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams : 8, 9, 10)

Daffa : Apa solusi Islam bagi permasalahan LGBT ini?

Ihsan memaparkan. Solusi yang pertama adalah menikah. Pada pelajaran Tata Pergaulan Pria dan Wanta di Pesantren Media, menikah adalah solusinya. Apalagi bagi yang LGBT. Supaya tidak keterusan.

Yang kedua, hindari gaya hidup LGBT. Kemudian menghapus konten-konten bernuansa LGBT dari dunia maya. Yang terakhir, perbanyak mengingat Allah SWT.

Fathimah menambahkan. Solusinya adalah negara juga menerapkan hukuman bagi pelaku LGBT. Agar orang-orang menjadi jera dan takut melakukan, dan kejahatan LGBT tidak menyebar.

Ustadz Oleh menambahkan. Solusi itu dibagi dua. Ada yang teknis dan ada yang sistemik. Secara teknis itu adalah solusi pribadi. Yaitu banyak-banyak mengingat Allah.

Sedangkan solusi sistemiknya adalah dengan diterapkannya hukuman oleh negara. Agar ada efek jera bagi orang lain. Hukum Islam itu menjadi Jawazir dan Jawabir. Yaitu jawazir adalah mencegah menyebarnya kejahatan, dan Jawabir adalah menjadi penebus dosa bagi pelakunya.

Pada masa Rasulullah SAW, seorang shahabat bernama Maiz Al-Islami. Ia akan dihukum rajam. Lalu para shahabat lain berbincang-bincang dan merasa kasihan. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “ Maiz sudah berenang-renang di sungai di Surga.”

Tapi kalau dia ikhlas. Ia juga harus menyesali perbuatannya, bertaubat, dan menerima hukuman baginya dengan ikhlas. Maka Allah akan mengampuni dosanya.

Hukum Allah itu bukannya kejam. Tetapi agar kejahatan tidak menyebar. Orang –orang takut melakukan kejahatan dan ada efek jera.

Diskusi kali ini berjalan dengan komunikatif. Para santri bertanya dan memberikan pendapatnya secara bergantian. Diskusi terasa renyah karena ditemani oleh gorengan. Anak Ustadzah Lathifah, Muhammad, juga ikut meramaikan diskusi dengan sedikit keributan dengan santri ikhwan. Beberapa santri tidak hadir karena sakit. Diskusi juga diselingi dengan informasi-informasi seputar lomba SMENTION yang deadline dikumpulkannya karya adalah hari itu juga.

Kesimpulannya bahwa LGBT berbahaya. Diskusi pun ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Usman. Diskusi berakhir pada pukul 11.55 WIB. [Fathimah NJL]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *