Loading

Tulisan 1: Tanah waris

Jono adalah dua bersaudara. Kakaknya kabur entah ke mana, ibunya sudah meninggal, bapaknya sudah sangaatt… tua. Saat bapaknya mau meninggal, bapaknya berpesan, “ No, karna bapak mau meninggal,” “ benner nih.” Tanya jono. “ ya enggaklah!” kata bapaknya. “ No, karna kamu adalah satu-satunya anak bapak, bapak akan memberikan tanah kepadamu.” “terima kasih pak.” Kata jono. “ ettt dengan syrat, 40 hektar jangan di jual.” “ kenapa pak?” tanya jono. “ itu tanah tetangga.” Jawab bapak dengan singkat

 

Tulisan 2: Makan Jangan Bersuara

Suatu hari, ada bapak yang berpesan ke anaknya, “ nak, kalau makan jangan bersuara, ya…” kata bapaknya. “ iya pak.” Kata anaknya bapak.

Suatu pagi, bapaknya anak bangunnya telat. Bapaknya makan ayam yang ada di meja. Saat bapaknya menyuap suapan pertama, anaknya mengingatkan bapak, “ pak!” kata anak. “ makan jangan bersuara.” Kata bapak. “ bukan itu,” kata anak. “ makan jangan bersuara.” Bapaknya mengulangn lagi kata-katanya. Karna bapaknya menyuruh untuk anak diam, ya… mau apalagi,  si anak pun diam. Saat bapaknya selesai makan, bapaknya menanyakan hal yang dari tadi ingin di tanyakan anaknya. “ nak, kamu tadi mau ngomong apa?” tanya bapaknya.  “ itu pak, nasi yang tadi bapak makan udah 2 hari yang lalu.” Kata anak.

Tulisan 3: Cerpen Karakter

Zaman dahulu, ada orang yang bernama Jono. Dia tidak pintar ( bodoh). Saat dia masuk SD kelas 3, dia ditanya gurunya

guru: “ jono, satu kali satu berapa?”

jono: “ enggak tau bu.”

Guru: “ PR ya!”

Jono: “ ya deh!”

Pertama, jono menanya kan ayahnya.

Jono: “ayah! satu kali satu berapa?”

Ayahnya sedang menonton bola.

Ayahnya mengatakan, “ Gool!”

Lalu Jono mencatat omongan ayahnya.

Jono menanyakan Ibunya.

Jono: “ bu! Satu kali satu berapa?”

Ibunya sedang mengelap piring. Piringnya  jadi mengkilat.

Ibunya mengatakan, “ mantap.”

Ditulis lagi sama jono.

Dia menanyakan pertanyaan yang sama kepada kakak perempuannya.

Kakaknya sedang melihat orang gila. Kakaknya mengatakan, “ orang gila.”

Jono menulis perkataan kakak perempuannya.

Ia menanyakan terahkir kalinya kepada kakak laki-lakinya.

Jono:“ kak! Satu kali satu berapa?”

Kakak laki-lakinya Jono sedang berantem. Dia mengatakan, “ kutunggu kau di luar!”

Di tulislah sama Jono.

Sampai di sekolah, Jono ditanya gurunya,

Guru: “ Jono! Satu kali satu berapa?”

Jono: “Gool!”

Gurunya menampar Jono. “ plaak!”

Jono: “ mantap!”

Guru: “ siapa

yang ngajarin!”

Jono: “ orang gila!”

Guru: “ keluaar!”

Jono: “ kutunggu kau di luar!”

 TAMAT

Tulisan 4: Cerpen Karakter

Gino : asli orang jawa, gigi nongol, jago manjat pohon, orangnya pintar tapi lucu, Jago ngaji, jago berantem, berjiwa pemimpin.

 

Alvin : orangnya gaul, kaya, penakut, sok tahu, gendut.

 

Ali : ganteng, pintar, tidak sok tahu, jago ngaji, jago berantem seperti Gino, lucu.

 

Rahmat : pendek, ceking, pemberani, sangat pintar, jago beladiri, larinya secepat ayam, biasa dipanggil kaki kambing, lucu.

 

Dera : badannya kuat tapi nakal. Dia punya tim, namanya anak gaul. Temannya adalah alfin dan somat.

 

Somat : gendut, dia  adalah anak buahnya Alvin. Orangnya penakkut, misalnya berantem paling belakang,  kalau kabur paling depan.

 

Pak Sobur : galak, serem, pelit. Mempunyai anak bernama Somat. Rumahnya tingkat, pohonnya banyak.

Mengambil buah

Pak sobur: “ wooii!! Jangan kabur anak-anak.”

Gino: “ maaf pak, kata pak usztad, yang di luar pagar boleh diambil.”

Gino: “ Host..! host..! ahkirnya kita bisa kabur.”

Rahmat: “ Ali ! Gino! Tahu enggak.”

Ali dan Gino: “ enggak.”

Rahmat: “ kok kalian enggak tahu sih.”

Ali: “ jelaslah..! kami belum dikasih tahu.”

Rahmat: “ oh iya.”

Ali: “ Mangga kita dimana?”

Gino: “ enggak tahu, lho!”

Rahmat: “ Ketinggalan di pager!”

Ali: “ parahnya bukan main.”

Gino: “ kalian ini bagaimana to! Buah ditinggal”

Rahmat: “ aku punya ido!”

Ali: “ ide kalle”

Gino: “ buruan! Idenya apaan!”

Rahmat: “ kasih tahu nggak ya!”

Gino: “ kasih tempe aja ah!”

Rahmat: “ kasih jengkol ya!”

Gino: “ kurang ngajar kamu Mat! Aku hajar ya!

Ali: “ la ba’sa alaika yaa Gino bin Reno!”

Gino: “ bapakku Reno ya?”

Ali: “ enggaklah!”

Alvin: “ serang mereka! Serang! Se…bur! kabuur! Ada Gino dan Ali dan si kaki kambing! Bisa-bisa kita babak belur!”

Rahmat: “ cari masalah nih!”

Perkelahianpun terjadi.

Ali: “ Ahadun ahad!”

Dera di dalam hati: “ kuat banget mereka! Masa’ aku kalah sih!”

Dera langsung menyerang Gino, Ali dan Rahmat.

Walaupun Dera sudah tahu, dia tidak akan kuat melawan Ali, apalagi melawan Gino. Pulang-pulang Dera babak belur. Somat hanya bisa kabur-kaburan saja. Tapi, Rahmat dengan kecepatan penuh pun mengejar si somat. Rahmat mengatakan, “ udah gendut, payah, kabur lagi!”

Dan akhirnya perkelahianpun terselesaikan.

Rahmat: “ akhirnya kita bisa mengalahkan perkelahian yang ke 32 kalinya.

TAMAT.

 

[Abdullah Musa Leboe: santri kalong Pesantren Media]

By Farid Ab

Farid Abdurrahman, santri angkatan ke-1 jenjang SMA (2011) | Blog pribadi: http://faridmedia.blogspot.com | Alumni Pesantren MEDIA, asal Sumenep, Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *