Alhamdulillah, kuucpakan syukur saat beberapa patah kalimat telah terlontar dari seorang guru sekaligus redaktor Pesantren Media, Ustad Umar Abdullah. Suasana menjadi lebih ramai sesaat ketika Ustad Umar mengumumkan bahwa hari esok tanggal 23 Oktober 2012 kami sudah bisa menikmati liburan menyambut Hari Raya Idul Adha 1433 H. Libur satu minggu yang membuat semua santri merasa senang.
Akhirnya aku bisa menikmati libur setelah lama bergelut dengan kesibukan-kesibukan yang tak kunjung habis, itulah hal yang kupikirkan malam itu. sebuah waktu libur yang sudah lama dinantikan oeh seluruh santri pesantren media. Beberapa santri sangat gembira karena sebentar lagi mereka akan bertemu orang tua di kampung halaman, dapat menikmati kembali kehangatan keluarga, sedangkan aku hanya bisa bersyukur kepada Allah, karena telah memberikan hari libur ini. Meski jauh dari orang tua, tak masalah bagiku. Yang terpenting orang tuaku bisa senang mendengarkan kabarku disini. “Aku baik-baik saja”.
Pada hari ini, beberapa santri Pesantren Media akan pulang ke kampung halaman mereka. Meski kelihatannya lebih banyak yang akan tinggal disini, terutama bagi yang rumah nya jauh(di luar pulau jawa), termasuk aku. Sebenarnya aku sedikit merasa iri dengan teman-temanku yang dapat dengan mudahnya pulang pergi bertemu orang tua disaaat liburan, kembali bercanda tawa dengan orang yang mereka cintai. Tapi justru ini mungkin menjadi tantangan besar yang harus kulewati. Tak peduli dengan kondisiku saat ini yang jauh dari keluarga. Melalui tulisan ini, akan kubuktikan bahwa, “AKU JUGA BISA”. Inilah kemampuan menulisku.
Hari pertama liburan terasa biasa saja, perbedaan terjadi hanya karena tidak adanya jadwal padat seperti biasanya. Hari ini aku hanya pergi ke Jambu 2 bersama dengan Heri, biasalah anak remaja, sukanya jalan-jalan meski tanpa tujuan. Tapi jangan salah, tidak seperti remaja pada umumnya, aku dan Heri tidak sekedar jalan-jalan, banyak tujuan yang membuat kami datang ke pasar modern ini, pusat jual beli yang biasa juga disebut mall.
Singkat cerita, tak terasa sudah dua hari kami menikmati liburan, pagi ini mulai memasuki hari ketiga. Dua hari liburan yang sangat terasa hampar, kalau sayuran mungkin seperti tidak diberi bumbu. Atau jelasnya terasa sangat sunyi. Jadwal padat yang biasa selalu hadir membuat liburan kali ini terasa ada yang kurang.
Berbeda dengan hari sebelumnya. Hari ini terasa sangat berbeda sekali, hari ini aku justru sangat sibuk, kalau mau dilebay-lebaykan yaa seperti hampir lupa bernapas, karena saking sibuknya. Dimulai dengan sahur puasa sunah Arafah, kegiatanku dilanjutkan dengan siaran di Mars Fm bersama Kak Farid, sampai di rumah sudah jam tujuh, kemudian istirahat sebentar untuk mengerjakan tugas, dan jam 9 aku dan Kak Farid mendapat tugas lain untuk membeli barang-barang yang akan dibutuhkan untuk keperluan Voice Of Islam. Tidak sampai disitu, saat baru sampai ke Pesantren yaitu sekitar jam 1, aku hanya stirahat sebentar karena jam setengah dua kami semua langsung membantu Ustadz Rahmat yang akan pindahan rumah. Huh, sudah puasa, kami harus ngangkat beban berat lagi, tapi kami semua tetap ikhlas melakukannya. Jam 4 barulah aku dapat beristrahat setelah capek dengan semua kegiatan di hari ini. Lapar dan Haus masih tetap kutahan hingga waktu buka.
Jika hari kemarin adalah hari yang kurasakan sangat sibuk dan lelah, hari ini tanggal 26 oktober tidak kalah sibuknya. Kalian tahu kan, hari ini sudah memasuki Hari raya Idul Adha, tentunya siapa pun senang menyambut hari akbar ini, begitu juga denganku. Banyak peristiwa penting yang terjadi pada hari ini, yang tak akan kulupakan tentunya. Dimulai dari tertawa, takut, jijik, capek, gembira, banyak deh pokoknya. Yang pasti semuanya seru. Aku akan menceritakan kegiatan Idul Adha di komplek laladon Permai. Mungkin jika kuceritakan akan jadi sebuah kisah yang sangat panjang dan menarik untuk disimak. Oleh karena itu, untuk memudahkan penyampaian sekaligus pembacaan kisah ini, telah kususun berdasarkan beberapa prosesi. Dan inilah kisahnya, silahkan dibaca ya.
Prosesi Sholat Idul Adha
Seperi yang telah diketahui, pagi ini Jamaah Komplek Laldon permai akan melaksanakan Sholat Idul Adha di lapangan yang terletak tepat di sebelah pos satpam komplek Laladon permai. Usai sholat shubuh tadi telah diumumkan bahwa sholat akan dimulai sekitar pukul 06:15. Dan pagi ini panitia tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan untuk sholat Idul Adha nanti. Lapangan telah dibersihkan, tikar dan sajadah pun sudah mulai di gelar.
Sholat Idul Adha memang disunnahkan agar dilakukan lebih pagi, sehingga segala macam persiapan harus dilakukan segera mungkin. Alhamdulillah tenda sudah dipasang sejak jauh hari, yaitu pada Hari Rabu kemarin. Beberapa sapi dan kambing pun terlihat sudah siap dipinggir lapangan untuk kurban usai Sholat Idul Adha nanti.
Rencananya sholat akan dimulai jam 6:15, namun 20 menit sebelumnya, masih sedikit jamaah yang terlihat berada dilapangan, terhitung hanya ada sekitar 15 orang yang sudah datang dan duduk rapi di depan.
Disaat orang-orang antusias pergi ke lapangan, embun dan angin pagi yang segar juga turut menemani kegembiraan mereka, membuat pagi ini terasa sangat berbeda dari pagi-pagi sebelumnya, terasa damai dengan suara takbir yang tak luput dari pendengaran.
Senyuman matahari juga tak kalah riangnya menyambut hari akbar ini, cahayanya semakin terpancar menerangi pagi yang gelap menjadi siang yang terang benderang . Dan tak mau kalah juga, sejumlah jamaah terihat semakin memenuhi lapangan seiring dengan gema takbir yang semakin akrab dengan telinga ini. Suara takbir yang sudah berulang-ulang dikumandangkan, puluhan, ratusan bahkan mungkin ribuan kali ini terdengar seperti sebuah panggilan untuk menuju lapangan.
Akhirnya, jamaah sudah terlihat memenuhi lapangan. Sekitar jam 6:15, sebelum sholat Idul Adha ini dimulai, Pak Cecep Kusmana selaku ketua DKM Nurul Iman memberikan sedikit Informasi mengenai kegiatan penyembelihan kurban yang akan dilaksanakan usai shoat Idul Adha ini. Menurut data yang diberikan Pak Cecep, ada 5 sapi dan 11 kambing yang akan dikurbankan di hari ini. Namun di lapangan baru terlihat 4 sapi dan 2 kambing. Sisanya mungkin akan menyusul. Pak Cecep juga menambahkan bahwa ada sekitar 600 kupon yang telah dibagikan kepada masyarkat terutama masyarakat Komplek Laladon Permai untuk pengambilan jatah daging kurban nanti siang.
Akhirnya, tujuan utama dari berkumpulnya seluruh jama’ah ini pun akan segera dimulai. Setelah mendengarkan sedikit informasi dari ketua DKM, Sholat Idul Adha pun akan segera dimulai. Imam kali ini adalah Ustadz Umar Abdullah.
“Allahuakbar! Allahuakbar! Allahuakbar!”
Takbir yang dikumandangakn oleh Pak Bandi ini menandakan bahwa Sholat Ied segera dimulai, dan para jamaah pun serentak berdiri dan siap dengan posisinya masing-masing. Namun tetap saja masih ada yang baru menata sajadahnya bahkan ada juga yang baru datang dengan nafas yang ngos-ngosan, mungkin karena lari terburu-buru.
“Allahuakbar.”
Imam pun memulai dengan Takbiratul Ihram, suasana seketika terasa hening, hanya suara Imam yang terdengar lantang. Seluruh jama’ah pun terlihat sangat khusyuk, meski aroma khas dari sapi dan kambing turut hadir di tengah keheningan ini. Aroma yang sudah biasa tercium di hari Idul Adha ini berasal dari sapi dan kambing yang ada di pinggir lapangan. Namun semua itu tidaklah membuat antusias para jamaah menjadi berkurang. Lihat saja lapangan yang dipenuhi para jama’ah yang berasal dari berbagai penjuru arah, berkumpul dalam satu tempat, menyatukan hati dan jiwa dalam satu tujuan yang mulia.
Tidak berbeda dengan Sholat Idul fitri kemarin, saat sholat sedang berlangsung, ada saja orang yang baru datang. Tak tahu apa alasan yang membuatnya terlambat, dan apapun alasannya itu tidaklah penting untuk dibahas. Anggap saja ia memiliki urusan lain yang sangat penting sehingga membuatnya terlambat. Setidaknya ia sudah berusaha untuk tetap datang.
Ya, sholat pun berlangsung dengan khusyuk. Pelaksanaan sholat idul adha ini pun sedikit mirip dengan sholat shubuh, perbedaan mungkin hanya terletak pada niat dan takbir nya. Dan selebihnya sama.
“Assalamualikum Warahmatullah.”
Dua rakaat Sholat Idul Adha pun selesai, salam terakhir ini mengakhiri dua rakaat Sholat Idul Adha. tapi bukan berarti semuanya sudah berakhir, masih ada satu hal lagi yang belum dilakukan. Ya, kalian benar, sama halnya dengan sholat jumat yang tidak akan sah jika tanpa khutbah. Begitu juga dengan Sholat Ied ini. Sholat Ied juga selalu diikuti dengan khutbah, hanya bedanya khutbah pada Sholat Ied dilakukan setelah Sholat, tidak seperti Sholat Jumat yang dilakukan sebelum Sholat.
Suara takbir juga tak henti-hentinya terus dikumandagkan. Tak heran, khotib pun memulai khutbahnya dengan diawali takbir, dan di tengah-tengah khutbah juga tak jarang suara takbir terdengar lagi dari sang Khotib.
Dalam khutbah pertama ini, Ustadz Umar selaku Khotib menyampaikan banyak hal, diantaranya ia menjelaskan kepada para jama’ah bahwa hari ini adalah puncak dari 10 hari pertama bulan Dzulhijjah yang sangat disenangi Allah. Dijelaskan pula bahwa amal-amal yang dikerjakan dalam 10 hari pertama bulan Dzuhijjah ini pahalanya dapat melebihi pahala jihad fisabilillah, subhanallah. Beliau juga mengajak untuk selalu bersedekah dan menjauhi perbuatan-perbuatan setan.
Masih banyak sebenarnya hal penting lain yang telah disampaikan beliau dalam khutbah itu, hanya saja memory otak ini tidak mampu menampung semua itu.
Para Jama’ah mendengarkan khutbah dengan khidmat, tak ada yang terlihat mengantuk, berbicara sendiri, atau pun bersenda gurau. Semuanya mendengarkan dengan seksama termasuk anak-anak yang biasanya menjadi biang keributan. Namun sayangnya, saat khotib berbicara di depan mimbar, masih ada saja jamaah yang baru datang, yang telat karena mungkin tidak mendengarkan pengumuman. Tapi kembali lagi, tidaklah penting membahas hal itu.
Jika pada khutbah pertama tadi, khotib lebih banyak menjelaskan mengenai hari Idul Adha. Pada khutbah kedua ini, khotib mengajak para jama’ah untuk tetap bertaqwa kepada Allah, menjadi orang yang mau menasehati dan dinasehati. Menjadi orang yang mau saling menasehati dan lain-lain.
Dengan kata-kata yang tidak terlalu panjang lebar namun menycakup wawasan yang luas. Akhirnya khotbah pun berakhir dengan diakhiri do’a bersama-sama, Ustad Umar memimpin doa. Semua jama’ah mengangkat tangannya seraya mengucap ‘amiin’ dengan serentak.
Prosesi Sholat Idul Adha pun akhirnya selesai juga. Semua para jama’ah saling bersalam-salaman satu sama lain.
Proses Peyembelihan
Bagi sebagian besar masyarakat, proses penyembelihan mungkin menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu. Mulai dari anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, semuanya menantikan datangnya momen ini. Dimana akan ada banyak hal yang akan terjadi, banyak peristiwa penting yang akan memenuhi memori otak ini, pastinya akan ada banyak kejadian yang pantas untuk diceritakan kepada orang lain. Dan bagi yang memiliki hp, pasti galleri fotonya akan penuh dengan foto sapi dan kambing.
Matahari sudah benar-benar menampakkan wujudnya, memancarkan sinarnya ke permuakaan bumi, bak lampu yang menerangi ruangan. Cahayanya tak terelakkan lagi, kehangatannya memberikan banyak manfaat bagi penduduk bumi ini, dan semua ini tentunya tak terlepas dari Sang Pencipta dunia ini Yang Maha Kuasa, Allah SWT.
Jam setengah delapan, seluruh hewan kurban sudah berada di pinggir lapangan, dan seluruh panitia pun sudah berkumpul di lapangan, mempersiapkan segala yang dibutuhkan, mempercepat kerja dengan harapan agar hari Jum’at ini semua kurban dapat selesai hingga proses pembagian nanti. Meski banyak juga yang tidak yakin kalau 5 sapi dan 11 kambing dapat terselesaikan pada hari ini.
Jam delapan tepat, lapangan sudah dipenuhi warga yang antusias ingin menyaksiakan prosesi penyembelihan hewan kurban. Dimulai dari anak-anak hinggga orang dewasa terlihat memenuhi setiap sudut lapangan.
Akhirnya, momen yang paling ditunggu-tunggu pun tiba, lubang untuk menampung darah sudah dibuat, penyembelih hewan kurban yaitu Ustadz Solihin(tapi bukan Ustadz Oleh Solihin), sudah siap dengan pisaunya yang sangat tajam, setajam tatapan para penonton yang siap menyaksiakan setiap momen penting ini. Satu kambing diseret menuju area penyembelihan, penonton pun berduyun-duyun mendekat, berdiri mengelilingi area penyembelihan tersebut.
Kambing pun direbahkan, dengan posisi miring, tulang rusuk kiri di bagian tanah. Leher kambing disandarkan pada balok kayu. Dan dengan diawali bismillah, dalam hitungan detik pisau yang sangat tajam itu sudah menembus kulit kambing itu. Satu kambing sudah tereksekusi, darah mengalir dari bagian leher kambing itu seperti air yang megalir dari kran. Dan terlihat ekspresi yang berbeda-beda dari penonton yang menyaksikan, ada yang berteriak, ada yang memasang wajah takut, kasihan, dan ada pula yang tetap terlihat senang.
Setelah darah sudah tidak mengalir lagi, kambing pun langsung diangkat dan digantung pada tempat yang sudah disediakan untuk kemudian langsung dikuliti oleh pekerja lain.
Tim penyembelih pun tetap fokus pada tugasnya. Satu persatu kambing itu diseret dan dieksekusi dengan sangat cepat, tim penyembelih ini nampaknya sudah sangat profesional. Tak butuh waktu lama untuk mengeksekusi beberapa kambing.
Para penonton pun semakin antusias menyaksikan proses penyembelihan ini. Terik matahari yang semakin menyengat tidak membuat mereka menyerah begitu saja, bahkan penonton malah terlihat semakin banyak, dan satpam-satpam semakin kualahan mengatur para penonton yang susah diatur ini. Sudah disuruh agar menjauh tetap saja mendekat lagi. Memang penyembelihan kurban ini menimbulkan daya tarik yang besar bagi masyarakat sekitar. Wajarlah, karena momen ini hanya terjadi satu kali dalam setahun.
Tak terasa sekitar lima belas menit berlangsung, sudah sekitar 4 kambing yang tereksekusi, bahkan ada juga yang sudah hampir selesai dikuliti. Semua pekerjaan berjalan dengan cepat. Para petugas penyembelih terlihat sangat sibuk dengan tugasnya kali ini, namun tak kalah juga ada seorang fotografer yang juga sama sibuknya mengoperasikan cameranya, ia tidak mau ketinggalan satu momen pun pada saat itu. Dan nampaknya fotografer itu merupakan santri dari Pesantren Media. Kira-kira siapa ya.
“Allahuakbar! Allahuakbar! Allahuakbar!”
Suara takbir turut menyelimuti prosesi kurban ini, tak henti-hentinya seruan takbir itu terus saja diserukan, terutama saat hewan hendak disembelih. Dan kambing-kambing lain hanya dapat pasrah akan nasib yang akan menimpanya nanti.
Semakin banyak kambing yang telah tereksekusi, bahkan ada beberapa kambing yang sudah selesai dikuliti dan langsung diangkat menuju tempat pemotongan daging, beberapa pemotong daging yaitu Pak Bandi dan teman-temannya terlihat sudah siap dengan pisaunya yang terlihat mengkilat, cahaya yang sudah cukup untuk menjelaskan kalau pisaunya sangat tajam.
Pekerjaan berlangsung sangat cepat, tim peyembelih, tim yang menguliti, tim pemotong daging, semuanya fokus dengan pekerjaan masing-masing. Namun semuanya tetap terlihat santai.
Kambing yang telah dikuliti kemudian digantung di tempat yang sudah disediakan, lalu daging pun dipisahkan dari tulang-tulang, lemak, semuanya dipisahkan bagian per bagian.
Sekitar 9 kambing akhirnya sudah selesai disembelih hanya dalam waktu 30 menit, masih ada dua kambing yang tersisakan. Entah mengapa dua kmbing itu tidak langsung disembelih, mungkin karena pemiliknya belum hadir sehingga harus menunggu.
Pekerjaan semakin lancar, kambing yang sudah disembelih langsung dikuliti, kemudian langsung di potong-potong. Kambing yang sudah dipotong-potong pun langsung dibungkus oleh ibu-ibu dengan takaran yang sudah disetujui. Setiap bungkus dijatah sekitar 1 kg lebih.
Ternyata semakin siang, para penonton semakin sedikit, banyak yang kelelahan dan kemudian pulang, ada yang terlihat duduk-duduk di tempat yang teduh, ada juga yang masih bersemangat mengikuti proses ini. Namun antusias penonton kembali naik saat seekor sapi diseret menuju area penyembelihan. Ini menjadi daya tarik lain bagi para penonton, karena tentunya akan ada lebih banyak ketegangan yang terjadi.
Seluruh penonton kembali memenuhi daerah penyembelihan saat sapi akan segera disembelih, dan para satpam pun terlihat kembali kualahan mengatur penonton yang ingin segera menyaksikan penyembelihan sapi ini, tali pembatas yang sudah dibuat seperti tidak berarti bagi para penonton. Sapi yang terlihat galak tidak membuat anak-anak takut untuk melihat dari dekat.
Benar. Jauh lebih susah menaklukkan sapi dibandingkan kambing, berungkali sapi memberontak. Tim penyembelih bahkan terilihat kesulitan untuk menjatuhkan sapi, butuh lebih banyak orang dibanding saat mengeksekusi kambing. Namun karena sudah profesional, tidak ada masaah yang berarti bagi para penyembelih ini. Dengan teriakan, “Allahuakbar!”, Sapi pun akhirnya tumbang, petugas penyembelih langsung memegang erat sapi itu. Dan dengan pisau yang lebih besar dan tajam, leher sapi pun dapat dengan mudah ditaklukkan. Darah langsung mengalir deras dari bagian leher sapi, dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat darah itu berhenti mengalir.
Sapi yang telah disembelih diangkat ke lapangan, dengan leher yang menganga sapi dibiarkan terkapar di lapangan hingga sapi benar-benar tidak bergerak lagi. kemudian sapi itu pun langsung dikuliti di lapangan, di bawah terik matahari.
Tim penyembelih tetap fokus menyembelih sapi yang lain, petugas yang lain juga tetap bekerja sesuai tugasnya, ada yang menguliti, ada yang memotong daging, ada yang memotong tulang menggunakan mesin, dan ibu-ibu membantu membungkus daging.
Santri Pesantren Media juga terlihat turut ambil bagian dalam kegiatan kurban ini, mereka membantu ibu-ibu dalam hal membungkus daging karena mungkin ini adalah tugas yang paling mudah dari yang lainnya. Tapi tidak semudah seperti yang dibayangkan, karena ukuran harus benar-benar pas, dan dalam satu bungkus terdiri dari berbagai bagian, daging, lemak, tulang, semuanya dibagi rata.
3 sapi sudah berhasil disembelih dalam waktu sekitar setengah jam, padahal tadi setengah jam bisa menyembelih 9 kambing. Sungguh memang sangat berat. Tapi petugas terlihat sangat cepat memproses hewan kurban ini, mulai dari disembelih hingga pembungkusan terlihat sangat cepat, apalagi didukung dengan pekerja yang terbilang banyak.
Semua hewan kurban akhirnya selesai disembelih, termasuk dua kambing yang tadi disisakan karena pemiliknya belum hadir. Kini semua pekerjaan terfokus pada proses menguliti, pemotongan daging, dan pembungkusan. Penonton terlihat semakin sepi, karena tidak ada lagi daya tarik yang dapat membuat mereka tetap di sini.
Proses menguliti ternyata berlangsung cepat, sebelum memasuki sholat Jum’at, semua hewan kurban sudah berhasil dikuliti, semuanya tak terbayangkan bisa berlangsung secepat ini. Namun kesibukan masih tetap terjadi di area pemotongan daging dan tulang, dan juga di area pembungkusan. Tapi beruntung karena ada mesin yang dapat membantu mempercepat proses pemotongan tulang yang sangat keras. Banyaknya yang membantu membuat pekerjaan semakin cepat.
Setengah jam lagi akan memasuki waktu sholat Jum’at, seluruh pekerja pria pun segera pulang untuk bersiap-siap melakukan sholat Jum’at, sedangkan ibu-ibu dan santri akhwat Pesantren Media tetap melasanakan pekerjaan yang masih belum selesai ini. Semuanya bekerja sama agar semua dapat selesai pada hari ini juga.
Semua pekerjaan berjalan dengan lancar, ada yang memotong, menimbang, mengikat dan ada yang membungkus. Pekerjaan berlangsung dengan cepat.
Usai sholat Jum’at, pekerja pria kembali ke lapangan. Saat itu matahari tepat berada di atas kepala, panas yang sangat menyengat membuat semangat mereka sedikit menurun. Dan para pekerja yang datang ke lapangan tidak sebanyak tadi, karena banyak di antara mereka yang sudah kecapean.
Akhirnya sekitar jam 1, pekerjaan pun selesai, semua daging sudah dibungkus ke dalam plastik dengan ukuran yang sama. Hanya tinggal proses distribusi saja.
Hampir tidak ada yang menduga pekerjaan ini dapat selsai secepat ini, berkat kerja sama dari seluruh warga Laladon, semuanya dapat berlangsung dengan lancar.
Prosesi Pembagian
Nah inilah prosesi yang bisa dibilang sangat menegangkan. Aku sendiri yang turut membantu dalam prosesi ini benar-benar merasakan ketegangannya, keringat bercucuran di sekujur tubuh, wah sungguh pengalaman yang sangat menegangkan. [Ahmad Khoirul Anam, santri angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]
Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media