Loading

Di sebuah desa, hiduplah seekor Ayam Jago bernama Kuku. Setiap pagi, ia berkokok untuk membangunkan seisi desa. Karenanya, semua orang di desa bisa bangun pagi untuk bekerja.

Namun, ada beberapa temannya yang tidak suka bila Kuku berkokok. Mereka adalah Kudi si Kuda, Cic si Kelinci, dan Moku si Monyet.

“Huh! Si Kuku itu! Berisik banget pagi-pagi.” Kata Moku suatu hari.

“Iya. Aku kan masih ngantuk.” Kata Cica menambahkan. Kudi ikut mendengus.

“Iya. Dia itu suka banget gangguin orang tidur. Kan aku masih mimpi indah.” Katanya ikut menyalahkan Kuku. “Coba aja dia nggak usah berkokok pagi ini. mimpiku mungkin akan selesai mala mini.” Katanya lagi. Cica dan Moku mengiyakan perkataan Kudi.

Keesokan harinya, tiak seperti biasa. Suara kokok Kuku tidak terdengar pagi itu. Semua penduduk dea terlambat bangun akibatnya. Mereka bingung. Ke mana Kuku?

Seperti hewan lain, Moku, Kudi, dan Cica, juga membicarakan hilangnya kokokkan Kuku.

“Aneh, ya. Kenapa Kuku tidak berkokok? Aku jadi terlambat mencari wortel.” Kata Cica siang harinya.

“Iya. Aku pun tidak sempat mengantar penduduk ke pasar hari ini.” Kata Kudi mengiyakan perkataan Cica. Moku juga mengangguk tanda setuju.

“Mungkin, Kuku ngambek karena kita memprotes dia kemarin.” Kata Moku dengan nada malu.

“Apa iya?” sambung Cica.

“Mungkin. Kita ke rumahnya aja, yuk.” Kata Kudi menyarankan.

Sesampainya mereka di rumah Kuku, mereka melihat Kuku terbaring di atas ranjangnya.

“Kuku, kamu kenapa?” Tanya Cica sesampainya di rumah Kuku. Sambil terbatuk-batuk, Kuku menjawb pelan,

“Tenggorokanku sakit sekali pagi tadi. Aku tidak kuat berkokok.” Kata Kuku dengan suara parau. Ketiga teman Kuku tersenyum malu.

“Oh, kami kira kamu ngambek karena kami memprotes kokokkanmu di pagi hari.” Kata Kudi melu-malu.

“Iya. Maafkan kami ya, Kuku.” Kata Moku mendekati Kuku. Kuku tersenyum.

“Nggak apa-apa, kok. Kita kan teman.” Katanya pelan. Cica menghampiri dan memeluk Kuku.

“Terima kasih, ya, Kuku. Kamu memang teman yang baik. Semoga kamu cepat sembuh. Dan bisa berkokok seperti biasa.” Kata Cica tersenyum senang.

Sumber: Koran Kompas

Hikmah Cerita:

Teman adalah orang yang mengerti kamu. Maka janganlah kamu menghina apa pun miliknya.

[Fathimah NJL, Santriwati angkatan ke-1 jenjang SMP, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *