#part_1
Ceysa Kirana Newall. Nama tersebut diambil dari nama kedua orang tuanya. Ayahnya blasteran Amerika ,Inggris – Indonesia bernama Andrew Laine Newall. Sedangkan Ibunya asli Indonesia bernama Kirana Melly Lestari. Kejadiannya begitu cepat, 3 bulan setelah lahirnya anak pertama mereka, sekaligus telah 2 tahun mereka membina rumah tangga mereka.
Andrew berubah, ia menjadi jarang pulang, sekalipun pulang paling hanya untuk mengambil pakaian dan setelah itu ia tak akan pulang hingga berhari-hari. Saat Melly bertanya, Andrew hanya akan menjawab “ bekerja”, begitu hingga berkali-kali jawaban nya tetap sama, “bekerja”. Hingga suatu waktu saat Melly bertanya kembali, Andrew membentaknya. Kata-kata kasar, caci maki pun tak luput keluar dari mulut Andrew.
Melly terkejut, betapa tidak Andrew tak pernah membentaknya, sekalipun ia membentak Melly itu hanya untuk masalah besar tidak untuk masalah sepele seperti ini. Andrew keluar rumah, Melly yang melihat itu segera bergegas mengikuti Andrew. Hingga sampai disuatu tempat yang membuat dada Melly kian sesak, melihat Andrew yang kini tengah bersama dengan seseorang perempuan yang Melly ketahui sekretarisnya sendiri.
Kini terjawab sudah pertanyaan Melly selama ini. Setelah kejadian itu, Melly dan Andrew resmi bercerai. Jelas bukan Melly yang minta bercerai, Melly bahkan tidak mengungkit masalah itu lagi ia bahkan telah melupakan kejadian tersebut. Saat Melly bertanya kepada Andrew perihal perceraian tersebut, Andrew hanya menjawab mereka tak cocok lagi.
—–0o0—–
Melly menangis mengakhiri cerita menyakitkan yang pernah ia alami tersebut. Sedangkan Ceysa menunduk, menatap kosong lantai tempat nya berpijak kini. Beralih, Ceysa kini menatap ibunya yang terduduk dengan bahu berguncang. Ia merasa bersalah, pasalnya dirinya lah yang memaksa ibunya untuk membuka kembali lembaran masa lalu tersebut. Perlahan Ceysa ikut terduduk, memeluk ibunya yang kini sangat butuh sandaran, walaupun ia sendiri masih merasa terkejut akan cerita Ibunya.
Jawaban tentang pertanyaan yang sering ia ajuakan saat masih di Taman Kanak-Kanak dulu, saat melihat teman-temannya yang dijemput oleh kedua orang tua mereka, ia merasa aneh. Kini ia menyesal telah menanyakan pertanyaan yang sebenarnya telah ia lupakan karena Ibunya yang tidak pernah menjawab pertanyaan tersebut. Pelan-pelan air mata tersebut tumpah juga. Ia merasa kasihan pada ibunya yang telah membesarkan dirinya seorang diri, kembali ia peluk Ibunya lebih erat hingga tak sadar kini ia tertidur dipelukan ibunya.
Ibunya yang melihat itu tersenyum miris, ia kasihan melihat anaknya yang tidak mendapat kasih sayang seorang Ayah. Ibunya bangkit berdiri menidurkan Ceysa yang tampak kelelahan, berbaring disebelah Ceysa yang tengah terlelap, mengusap kepala anak semata wayangnya tersebut.
—–0o0—–
Bersambung….
[Hanifa Sabila, angkatan ke-3, jenjang SMP, Pesantren Media]