Loading

Kepanduan adalah kegiatan baru di Pesantren Media. Kegiatan ini baru diadakan untuk para santriwati saja. Pembimbingnya adalah Ustadzah Lathifah Musa. Kepanduan Putri Pesantren Media baru berjalan 2 pertemuan. Pertemuan pertama pada minggu lalu diagendakan untuk pelatihan baris berbaris. Kegiatan ini di bawah panduan Zadia, santriwati Pesantren Media angkatan 6 SMA. Sedangkan agenda untuk minggu ini adalah memasak di alam.

Para santriwati berkumpul di teras asrama sekitar pukul 9.30 WIB. Dipandu oleh Ustadzah Lathifah, para santriwati mendiskusikan kegiatan memasak hari ini yang akan dipimpin oleh Amilah, santriwati Pesantren Media angkatan 5 SMA. Peralatan dan bahan-bahan dipersiapkan.

Peralatan yang dubutuhkan:

  1. Tungku Api (3 buah batako)
  2. Kayu Bakar
  3. Dandang
  4. Wajan
  5. Cobek
  6. Pisau
  7. Ember
  8. Dsb

Bahan-bahan yang dibutuhkan :

  1. Beras
  2. Air
  3. Minyak Goreng
  4. Ikan asin
  5. Cabai
  6. Tomat
  7. Bawang-Putih
  8. Bawang Merah
  9. Garam
  10. Gula
  11.  Daun Singkong
  12. Dsb

Para santriwati mulai bekerja. Dua orang membawa kayu bakar yang telah dipersiapkan pada hari sebelumnya, dan seorang mengambil batako untuk disusun menjadi tungku. Tempat telah dipersiapkan. Yaitu di bakal bangunan aula Pesantren Media.

Setelah itu agenda memasak dipandu oleh Ustadzah Nur. Para santriwati berusaha menghidupkan api dengan ranting-ranting. Namun untuk permulaan, api tidak kunjung bertahan nyalanya. Baru ketika Ustadzah Lathifah memberikan contoh, tungku akhirnya berhasil dinyalakan. Setelah itu, beberapa santriwati yang menjaga agar api tidak menjadi padam.

Selagi menyalakan api, beberapa santriwati lain menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak. Pertama-tama,mereka membuat sambal. Bahan-bahan yang diperlukan adalah cabai, tomat, bawang merah, bawang putih, gula, garam, terasi, dan sedikit minyak goreng. Pertama, cabai dipotong dan digoreng. Setelah itu baru di hancurkan bersama bahan-bahan lain di cobek.

Setelah membuat sambal, para santriwati mempersiapkan bumbu untuk membuat nasi liwet. Pertama menumis daun salam, serai, bawang merah, bawang putih, gula, garam, dan ikan teri. Baru setelah itu dimasukkan ke dandang berisi beras yang telah dicuci dan diisi air sesuai kadar. Kemudian membiarkan beras dan campurannya dikukus dalam dandang di atas tungku sampai menjadi nasi.

Tantangannya adalah ketika menjaga agar api tetap hidup. Dengan sabar para santriwati menjaga api secara bergantian. Kacamata hitam digunakan untuk menghindari masuknya asap ke dalam mata yang membuat mata menjadi perih.

Setelah beberapa lama mengukus beras, akhirnya berasa telah menjadi nasi. Ustadzah Nur mengangkat dandang dan menggantinya dengan wajan untukmenggoreng kerupuk.

Menu utama agenda masak kali ini, yaitu nasi liwet, telah siap. Menu lain yang telah siap adalah sambal dan kerupuk. Sebelumnya, para santriwati juga telah menumpulkan daun singkong dan pepaya muda untuk dibuat lalapan. Namun karena matahari sudah sangat terik, akhirnya daun-daun singkong dan pepaya muda diolah dengan kompor gas.

Adzan Zhuhur berkumandang. Akhirnya waktunya untuk mencicipi hidangan yang telah dibuat bersama. Tujuan dari agenda kepanduan kali ini adalah untuk mempersiapkan diri untukbisa memasak di alam. Juga untuk melatih kekompakan dan kerjasama antar santriwati. [Fathimah NJL, santriwati kelas 2 SMA, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *