Loading

Waktu terus berputar. Siang berganti malam begitu juga sebaliknya. Sang surya telah menyinari bumi dengan cahayanya yang cemerlang. Namun, kini harus kembali ke tempat peraduannya. Menjadikan malam gelap gulita.

Di sebuah rumah yang tampak sederhana namun cukup luas. Dengan dinding bercat biru muda. Berlantai semen dengan paduan sedikit keramik berwarna-warni yang ditata dengan rapi. Sebagian bangunannya belum selesai. Masih ada dinding yang belum diplester dan beberapa ruangan yang seadanya. Halamannya cukup luas. Tanaman bunga tumbuh dengan indahnya. Aroma khas kamboja cukup menyengat kala itu. Laron-laron berterbangan mengerumuni lampu taman yang cahayanya sedikit redup. Suara burung hantu dan hembusan angin menambah suasana malam semakin mencekam.

Rumah yang sederhana namun cukup luas. Ya! Itulah rumahku. Di sanalah tempatku tinggal bersama keluarga. Tempat kami berlindung dari panasnya matahari, derasnya hujan, dan sambaran petir yang menggelegar. Tempat kami berkumpul dan bercengkrama. Melupakan semua rasa lelah dan letih. Aku terlahir dari keluarga yang sederhana. Namun aku tetap bersyukur.

“ Ya Allah,terima kasih atas rezeki yang telah Engkau limpahkan ini.”

Panjatku dalam hati. Mengingat Sang Illahi dan orang tuaku yang masih bisa menyekolahkanku sampai saat ini.

Nama lengkapku Ayattul Husna. Sekarang aku duduk dikelas 3 SMP. Yani, Luna, Fuji, Okta dan Monika adalah sahabat-sahabatku. Kami sering menghabiskan waktu bersama.

“ Teteh Aya !”

Begitulah mereka memanggilku. Awalnya aku merasa tidak nyaman. Namun mereka bilang  itu sudah seharusnya. Dari segi usia aku memang lebih tua 1-2 tahun dari mereka. Tapi lama-kelamaan aku terbiasa.

“ Mmm.. dipanggil ‘teteh’ asyik juga ya. Aku jadi merasa dihormatin. Selama mereka enjoy, ya… it’s not problem ! “

Pikirku dalam hati. Hal ini sekaligus menuntut kewajibanku. Aku harus memberi teladan yang baik. Terkadang aku merasa seperti kembali ke masa lalu. Saat usiaku seperti mereka. Ingin bebas menikmati indahnya dunia ini. Mempunyai cita-cita luhur. Oleh karena itu aku harus tetap semangat untuk mencapai cita-citaku. Seperti kata teman-temanku.

“Semangka !!                                                                                                                                             Semangat Kaka !!”

Aku tersenyum setiap kali mendengar itu. Kata-kata yang memberikan motivasi.

***

  Malam semakin larut. Jam 9 malam.  Sudah saatnya aku tidur karena besok harus bangun pagi dan berangkat sekolah. Selangkah demi selangkah aku berjalan menuju kamar. Kubuka pintu kamarku. Kamar yang tidak terlalu besar namun cukup nyaman. Dindingnya berwarna hijau muda. Seprei, guling, dan kasur juga sama. Berwarna hijau muda dengan motif bambu dan panda yang lucu. Tirainya berwarna merah muda dengan corak burung cendrawasih yang hinggap di pohon. Di sudut kanan ada lemari pakaianku. Di sebelahnya ada meja berukuran sedang. Di atas kasur  kuletakkan boneka-boneka kesukaanku. Boneka panda dan beruang. Buku-buku tersusun rapi di rak di sudut kiri.

Akupun berbaring di atas kasur yang empuk. Dengan ditutupi selimut tebal pemberian ibuku. Tak lupa kupanjatkan do’a. Akupun tertidur. Semua rasa lelah hilang sudah. Hanya bulan yang menemani tidurku. Aku berharap malam ini bisa bermimpi indah.

***

Kring.. !!!                                                                                                                                                      Kring.. !!!

Suara alarm membangunkanku. Jam 4 pagi. Yupz… seperti recanaku. Aku langsung mandi dan berwudlu. Selesai shalat subuh aku membersihkan rumah. Mencuci piring dan menyapu. Hal ini sudah biasa aku lakukan setiap pagi. Setelah semuanya selesai baru aku sarapan dan siap-siap berangkat ke sekolah.

” Jam 9 ! yupz.. it’s time for go to school ! seruku.

Dengan memakai seragam biru putih dan kerudung biru. Tas kotak-kotak berwarna coklat. Sepatu hitam dengan tali berwarna biru. Kacamata sudah terpasang di telingaku. Dengan mengucap bismillah dan berdo’a kulangkahkan kakiku menuju sekolah tercinta.

5 menit berlalu….                                                                                                                                                             10 menit …

Angkutan yang biasa kutumpangi belum juga datang. Aku cemas. Teman-temanku pasti sudah menungguku. Kucoba untuk bersabar dan tetap semangat. Dan akhirnya, yang kutunggu-tunggu datang juga. 5 menit kemudian aku sampai di gang sekolahku. Perjalanan ke sekolah belum selesai. Aku harus melewati anak tangga.

” Bismillahirrahmaanirrahiim…..! Go Go Go semangat !!”

Aku mulai menaiki anak tangga. Lalu melewati perumahan yang sepi namun tenang dan sejuk. Suara burung berkicauan dengan merdunya. Angin berhembus mengusap pipiku. Gerak-gerik dedaunan yang ditiup angin.

Akhirnya sampai juga di depan pintu gerbang sekolahku. SMPN 10 Kota Bogor. Itulah sekolahku. Tempatku menuntut ilmu juga tempatku berjumpa dengan sahabat-sahabatku. Tempat yang mengisahkan banyak cerita. Sekolahku bisa dibilang cukup luas. Bangunannya ada 4 gedung. Setiap gedung bertingkat 2. Bercat kuning telur dengan tambahan warna yang berbeda disetiap sudut gedung. Warna merah, hijau, biru, dan coklat. Lantainya berkeramik putih. Halamannya cukup luas. Ada juga kebun di belakang sekolah. Udara di sini sejuk dan nyaman. Tidak bising oleh suara kendaraan dan polusi udara.

Dengan penuh semangat kulangkahkan kakiku. Kulihat ke kanan dan ke kiri. Mencoba mencari sahabat-sahabatku.

” Teh Aya !! ”

Suara yang cukup keras hingga memalingkan pandanganku. Ternyata mereka ada di depan kelas IX A. Kelas kami. Lalu kuberjalan ke sana.

“Assalamu’alaikum ?”                                                                                                 “Wa’alaikumsalam!”                                                                                                                                 “Aduh, teh Aya ko lama sich datengnya ?” tanya Okta.                                                           “Iya,maaf. Tadi angkotnya lama.” ucapku.                                                                         “Ohh,pantesan.”                                                                                                                                             “Kalian nunggu dari tadi ?”                                                                                                                          “Iya, dari jam setengah 9.” jawab Luna.                                                                                             “Subhanallah.. kalian begitu setia ya,menungguku.Jadi terharu dech !”                                                      “Kan kita sahabat,Teh .” jawab Yani.                                                                                                                                 “By the way, Elisa mana ?” tanyaku.                                                                                                                                       “Masih dijalan katanya.” jawab Fuji.                                                                                                       “Ohh..!”

Hening sesaat. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku lega karena mereka tidak marah kepadaku. Dan ternyata bukan aku saja yang telat.

“Hei, lihat ! itu Elisa.” sahut Monika sambil menunjuk ke arah pintu gerbang sekolah. Suaranya membuat aku dan yang lain terkejut. Di kejauhan Elisa berjalan mendekati kami.

“Hai, semua ? sorry ya,aku telat lagi,hhee .”                                                                                                “Ahh, kamu emang selalu telat,Sa.” sindir Luna.                                                                              “Ya,sudahlah maklumin aja Elisa kan suka telat bangun.” tambah Monika.                                  “Iya,tapi harus dibiasain ya bangun pagi! ” kataku.                                                                                   “Okki dokki Teh Aya!”                                                                                                                                  “Eh,hari ini kita jadi kan ‘nyasar’ ?”                                                                                                                  “Jadi dong !! sahut kami semua.

Kami biasa pergi ‘nyasar’ bersama. Kebetulan UN sudah selesai jadi hari ini kami tidak belajar. Apa kalian tahu apa itu ‘nyasar’ ? dalam bahasa Sunda ‘nyasar’ artinya tersesat. Namun bagi kami itu hanyalah istilah. Kata Monika ‘nyasar’ artinya berpetualang menjelajahi suatu daerah. Biasanya setelah ‘nyasar’ kami makan bakso atau mie ayam. Itu adalah makanan favorit kami.

Hari ini kami berencana ‘nyasar’ ke daerah Rancamaya. Tepatnya di sekitar rumah teman kami Rena. Dia bilang pemandangan disana sangat indah jadi kami tertarik. Kamipun bersiap untuk pergi. Karena letaknya lumayan jauh jadi kami naik angkot. Butuh waktu 20 menit untuk sampai di sana. Perjalanan belum selesai. Kami harus melewati villa dan lapangan golf. Dengan penuh semangat kami melangkahkan kaki memulai petualangan hari ini.

“Bismillah…!”

kami berjalan dengan riangnya.

“Subhanallah..!”

Ternyata apa yang dikatakan Rena benar. Pemandangan di sana sangat indah. Hamparan rumput dan bunga tumbuh dengan suburnya. Luasnya lapangan golf dan megahnya villa-villa. Sungai yang jernih dan segar. Burungpun berkicauan menyambut kedatangan kami. Tapi sayangnya udara hari ini cukup panas. Di sepanjang perjalanan kami bersenda gurau dan bernyanyi.

” A 9A 9A,                                                                                                                                                    kelas yang paling Ok                                                                                                                                       kelas yang paling hebat dan juga is the best…                                                                        Semua,semua,semua cobalah lihat kami                                                                                                        coba lihat gaya dan penampilan kami ”

Lagu yang membuat kami gembira. Iramanya sama seperti lagu di kartun Doraemon. Sebenarnya lagu itu adalah  ‘yel-yel’ waktu aku di MOS kelas 7 tapi aku ganti jadi 9A,hhee. Bernyanyi sudah. Foto-foto juga sudah tapi kok belum sampai juga ya? Tanyaku dalam hati.

Awalnya kami pikir rumah Rena itu tidak jauh, tapi ternyata sangat sangat jauh. Sampai-sampai kami dehidrasi.

“Aduuh,sampe kapan nich kita jalan terus?” tanya Yani.                                                                    “Kakiku gempor nich.” tambah Okta.                                                                                                              “Mana haus perut laper lagi.” keluh Luna.                                                                        “Sabarlah,sebentar lagi juga nyampe,kok.” jawab Rena dengan tenangnya.                                “Perasaan dari tadi kok belum nyampe-nyampe ya?” tanya Elisa.                                     “Yaiyalah,aku kan ajak kalian ke jalan yang jauh biar kalian lihat pemandangan yang indah.” jawab Rena                                                                                                                                                                   “Apaaa ???”

Kami terkejut. Diam sesaat. Pandangan kami hanya fokus ke satu orang. Siapa lagi kalau bukan Rena. Kami tak kuasa mengatakan satu katapun. Bibir kami yang kering kini semakin mengering. Begitu lelahnya. Sangat lelah. Rena hanya diam dan merasa bersalah. Di saat itu untungnya ada seorang satpam yang memberi kami sebotol minuman.

“Alhamdulillah…!”

Walaupun hanya satu botol tapi kami tetap bersyukur. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Pak satpam. Setelah meneguk minuman itu tenggorokan kami terasa lega. Tinggal sebentar lagi. Kami harus tetap semangat. Suasana yang tadinya hening kini hilang. Kamipun melanjutkan kembali petualangan kami.

Akhirnya sampai juga di rumah Rena. Pemandangan di sana tak kalah indahnya dengan pemandangan di jalan tadi. Ada bukit dan sungai yang mengalir . Udara begitu dingin meskipun sudah jam 11.30. Banyak pohon yang tinggi. Sangat sejuk dan nyaman. Kemudian kami masuk ke rumah Rena. Ternyata Ibu Rena telah menyiapkan makanan dan minuman.

“Alhamdulillah perjuangan kami tidak sia-sia .”

Kemudian kami makan makanan yang kelihatan sangat lezat itu. Segarnya es jeruk dan manisnya kue coklat membuat kami senang. Selesai makan kami shalat dzuhur berjama’ah. Lalu kami bersenda gurau sambil ngemil. Tapi sayang di sini tidak ada bakso ataupun mie ayam.

Setelah perut kenyang dan puas kami  memutuskan untuk pulang. Hari juga semakin sore. Tak lupa kami pamit dan berterima kasih kepada Rena dan ibunya. Kemudian kami berjalan. Kali ini melewati jalan yang dekat.

Angkot dengan nomor 04 sudah datang. Kamipun naik. Di dalam angkot kami masih sempat bersenda gurau sampai-sampai penumpang yang lain marah kepada kami. Kalian tahu kenapa dia marah ? dia marah karena kami berisik apalagi orang itu  sedang sakit gigi. Haha . Di dalam hati kami berkata :

“Maaf ya,Pak ??”

Sebentar lagi tiba di gang rumahku. Akupun bersiap untuk turun. Lambaian tangan mereka mengantarkanku pulang. Aku tersenyum. Sambil berjalan aku teringat semua hari-hari yang telah kami lewati bersama. Saat pertama masuk  kelas 9A, saat belajar dan mengerjakan tugas bersama sampai pulang sore dan kehujanan. Saat suka dan duka menjalani UN. Apalagi saat ‘nyasar’. Itu adalah kenangan yang paling indah di SMP. Seperti hari ini. Mungkin hari ini adalah hari terakhir kami ‘nyasar’ meskipun sampai dehidrasi. Tapi aku bersyukur memiliki sahabat seperti mereka.

“Ya Allah,terima kasih karena telah memberiku sahabat-sahabat yang baik seperti mereka.”

Panjatku dalam hati. Semua kenangan saat  SMP ini akan aku simpan di dalam memoriku. Teman jangan lupakan aku ya ?  dan semua kenangan yang telah kita lalui bersama. Meskipun nanti kita berpisah tapi kita tetap satu. Aku akan selalu mengingat kalian. Semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu kembali dan menjadi orang sukses.Amiin….

‘The end’

[Siti Muhaira, Santriwati, jenjang 1 SMA, Pesantren Media]  

Catatan: sebagai tugas menulis cerpen di kelas Menulis Kreatif Pesantren Media

Komentar Instruktur:

Tulisan karya Siti Muhaira, sudah cukup bagus dalam menuangkan  gagasannya meski masih banyak ejaan dan salah ketik yang perlu diperbaiki. Tetapi pada tahap awal, pembahasan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) belum menjadi sorotan tajam, masih ditoleransi hingga suatu saat nanti sudah merasa mudah dan lancar dalam menuangkan gagasannya melalui tulisan. [O. Solihin]

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *