Pagi ini, tak ubahnya seperti pagi-pagi biasanya, cerah dan menggambarkan suasana elok untuk memulai aktifitas dengan penuh semangat. Tapi aku? Selalu seperti ini, menjalani sebagian hari dengan tidak penuh gairah.
Seperti biasanya, aku mengulangi rutinitasku setiap pagi. Menatapi bangku kedua di barisan ketiga dari sebelah kiri. Tempat dia duduk sambil menatapku ketika berolahraga setiap hari selasa dari balik jendela kaca.
Tiba-tiba Zevana, teman sebangkuku mengejutkanku. “Woi! Ngelamun aja lo!” ucapnya sembari memandangku kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya terlihat heran dengan tingkahku.
“Apaan sih Zee? Ganggu orang nostalgia aja! Gak asyik banget lo! Ini bukan sekedar nostalgia. setiap kali kaki gue melangkah, kenangan-kenangan itu tiba-tiba muncul di benak gue. Seolah tiap tempat yang gue pijaki menyimpan seribu kenangan tentangnya. “
“ Emang lo belum tahu kalo pria yang kau pikirkan itu udah meninggal dunia? “ Perkataan Zevana membuatku terdiam.
“ Rio meninggal? “ kataku terkejut.
“ Iya, Rio meninggal dunia kemarin malam di depan mall.“ Perkataan Zenava mulai membuatku mengeluarkan air mata. Rio yang sangat aku idamkan, kini telah meninggal dunia. Tidak ada lagi pria sholeh seperti dia di sekolahku.
Beberapa menit kemudian, seorang pemuda berjas hitam datang ke sekolahku. Pemuda itu masuk ke ruang kepala sekolah. Tiga orang yang ada di kelasku di panggil ke ruang kepala sekolah. Aku pun mulai penasaran.
“Sial! Pemuda itu ternyata polisi.” Aku pun terkejut. Hingga akhirnya aku menyelidiki ke ruang kepala sekolah, aku mendengar percakapan mereka.
“Saya di sini hanya ingin berbicara dengan kalian bertiga mengenai kasus meninggalnya Rio, sahabat kalian sendiri. Kapan terakhir kali kalian bersama Rio? “ Tanya pak polisi itu. Mereka bertiga mulai terdiam dan saling menatap satu sama lain.
“Kenapa kalian begitu kebingungan untuk menjawab pertanyaan yang sangat mudah?“ Tanya polisi itu.
“Ng..gak papah kok pak polisi. Rio terakhir bersama kita dua hari yang lalu.“ Kata Ryan yang suka memamerkan barang-barang barunya.
“Bukannya kalian kemarin bersama Rio di sebuah mall bernama Land City? Rio meninggal pada hari itu juga. Apakah kalian tidak mengetahuinya? Ini bukan masalah biasa! Bukankah Rio sahabat kalian? Mengapa sikap kalian begitu tenang mendengar berita ini?“ Tanya pak polisi dengan tegas.
“Bukan begitu pak. Rio itu orangnya menyebalkan. Setiap pulang sekolah, kan kita selalu ngumpul tuh di taman dekat rumah Rio. Rio selalu memberi kami minuman murahan dan selalu mengambil makanan yang kita punya di atas meja taman. Rio juga suka memaksa kami mendengar suara cemprengnya ketika dia nyanyi. Pokoknya dia itu orang yang sangat menyebalkan dan kami bertiga tidak senang kalo Rio berada dalam kelompok kami. Kami merasa senang kalo kami hanya bertiga tanpa Rio“ Kata Zafran yang sok keren.
Tiba-tiba polisi dan mereka bertiga keluar dari ruangan kepala sekolah. Sontak aku langsung kembali ke kelas. Di dalam kelas, teman sebangkuku ditanya oleh polisi.
“ Apakah kamu bersama Rio kemarin? “ Kata Polisi.
“ Iya, waktu itu saya bertemu dengan Rio di sebuah warung, dia membeli 4 minuman. Padahal uang yang untuk membeli minuman itu adalah uang terakhirnya. Karena saya tidak sengaja melihat isi dompet rio saat bertransaksi. Ketika itu Rio pergi, Rio pun lupa mengambil hp dan meninggalkannya di . Aku mengambil hp Rio, mencoba untuk mengembalikannya. Namun saat saya menemukan Rio, Rio sedang terdiam kaku. Aku berdiri di belakang Rio, dan mendengar suara Zafran. “ Kata Ian.
“ Apa yang di katakan Zafran? “ Kata pak polisi sambil memandang ke Ian.
“ Kata mereka, Rio itu sangat menyebalkan. Mereka berniat meninggalkan Rio sendirian di dalam mall agar mereka dapat bersenang-senang tanpa Rio . Pada saat itu juga, Rio mulai meneteskan air mata dan berlari keluar mall sambil membawa empat minuman. Pada saat Rio menyeberang jalan raya di depan Mall, ia pun tertabrak sebuah truk pasir hingga akhirnya Rio tewas di tempat.”