Loading

Kelasku bisa dibilang biasa-biasa saja. Tidak ada kursi, tidak ada jendela, tidak ada barang-barang elektronik apa pun, hanya meja dan satu papan tulis. Sebuah tempat yang jauh dari kata modern. Aku suka kelasku, karena di sana banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang sampai sekarang masih kuingat.

Kelas itu awalnya hanya beralaskan semen dengan hijab/pembatas antara ikhwan dan akhwat di bagian tengah. Kami belajar, rapat, diskusi, dihukum (karena melanggar), dan banyak hal lainnya di tempat itu.

Belajar bersama di kelas. Ini sedang pelajaran Tahfidz al-Quran

Pernah saat itu, ketika kami tidak mengerjakan tugas, salah satu guru mengambil air dari toren (tempat menampung air) yang disimpan di ujung luar kelas dengan gelas dan menyiramnya ke kami, walaupun hanya bercanda. Guru-guru di tempatku tidak akan memberi hukuman, kecuali sudah berkali-kali. Tetapi memang sudah sewajarnya kami disiram, karena sudah kesekian kalinya kami tidak mengerjakan tugas.

Kelas juga digunakan untuk berbagai acara. Pernah juga ketika sedang jadwal diskusi, Ikhwan dan Akhwat sudah saling menegaskan argumennya masing-masing, saling ngotot, tapi akhirnya menjadi kesimpulan yang baik.

Di kelas ini ada banyak kisah, ada senang, sedih, banyak tertawa. Merenung ketika dijelaskan tentang dahsyatnya neraka. Bahagia ketika diterangkan indahnya surga.

Di kelas ini, dari segi fasilitas, banyak sekali kekurangan. Tetapi, walaupun dengan kekurangan itu, kami masih bisa tertawa bahkan bahagia, semakin menjadi kreatif, menutupi segala kekurangan itu.

Di kelas ini, aku mendapatkan pelajaran, bahwa suatu kekurangan bukanlah hal yang bisa menjadi ukuran seseorang, tetapi dengan iman dan taqwa, bahkan dengan kekurangan apapun pasti bisa menjadi kelebihan. Insya Allah. Sekian. [Taqiyuddin Abdurrahman Leboe, kelas 3 SMP]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *