Momen pengamatan adalah hal yang seharusnya dilakukan dengan tekun dan sabar. Obyek pengamatan harus benar-benar diperhatikan dan jangan sampai kecolongan atau kehilangan momen pengamatan itu. Pengalamanku kali ini merupakan salah satu pengalaman kecolongan momen pengamatan. Kejadiannya hanya semalam dan obyek itu hilang begitu saja.
Bermula pada Selasa, 12 Januari 2016. Siang itu aku menemukan seeokar ulat dengan posisinya yang aneh. Bergantung di sebuah kayu dengan ujung kepalanya tertekuk ke dalam. Letaknya ada di teras belakang rumah kakekku. Kata umi, “Ulat ini akan berubah menjadi kepompong, Kak.” Aku segera mengambil gadget kakekku dan memotret ulat itu. Ini bisa jadi bahan untuk fotografiku.
Sore harinya, aku kembali mengecek ulat itu. Ternyata ulat itu sudah berubah bentuk menjadi kepompong. Kepompong itu berwarna seperti ulat sebelumnya. Aku kembali memotret untuk merekam perkembangan pengamatanku.
Aku sesekali kembali melihat apakah kepompong itu sudah berubah atau belum. Tetapi hingga keesokan harinya, kepompong itu belum berubah juga. Aku terus menunggu hingga tanggal 14 Januari, aku menemukan kepompong itu telah berubah warna.
Kepompong itu kini telah menjadi warna kuning emas. Seperti kebanyakan kepompong lain yang pernah aku temukan. Tentu saja aku kembali memotretnya.
Aku terus mengamati kepompong itu setiap hari. Namun hingga keesokan harinya kepompong itu belum berubah juga. Keesokan hariny juga belum ada perubahan. Hingga dua hari berlalu kepompong itu belum juga ada perubahan. Aku mulai melakukan pekerjaanku yag lain dan tidak terlalu memperhatikan kepompong itu. Hanya sesekali untuk sekedar melihatnya saja.
Hingga pada tanggal 20 Januari, aku membuka pintu belakang sekedar ingin mengganti udara. Kemudian aku melihat kepompong itu sudah berubah warna dan menjadi lebih jelas. Aku memberitahu umi dan kembali memotret perkembangan itu. Kepompong itu sudah semakin tipis sehingga aku dapat melihat corak sayapnya. Kata umi, “Sebentar lagi kupu-kupunya pasti akan segera merobek kepompongnya. Harus sering-sering diamati, Kak.” Karenanya, aku mengeceknya hari itu lebih banyak dari biasanya. Hingga sore hari sebelum aku menutup pintu belakang, aku kembali melihat kepompong itu. Kepompong itu kondisinya masih sama seperti pagi hari.
Keesokan harinya, aku langsung membuka pintu. Pada pukul 5.56 pagi tanggal 24 Januari, aku melihat kepompong itu sudah tidak berisi lagi. Hanya tersisa sisa kepompong berwarna emas yang sangat tipis. Aku tidak melihat kupu-kupu di dalamnya lagi. Aku rasa, pengamatanku sudah berakhir dengan hilangnya kupu-kupu itu.
Dari pengamatan ini aku bisa menyimpulkan bahwa;
- Posisi ulat yang menggantung aneh dengan kaki belakangnya menunjukkan bahwa saat itu ulat sedang bersiap-siap menjadi kepompong.
- Peristiwa metamorfosa dari ulat menjadi kupu-kupu jenis ini berlangsung selama 9 hari.
- Ketika kulit kepompong menipis dan corak sayap kupu-kupu mulai terlihat, maka sebentar lagi kupu-kupu akan keluar.
Pagi ini hari Minggu, tanggal 24 Januari, umi memanggilku karena umi melihat seekor kupu-kupu tengah bertengger di sebuah daun. Corak dari kupu-kupu itu mirip dengan corak di dalam kepompong. Warnanya hitam dengan corak putih. Apakah mungkin dialah sang kupu-kupu pengamatanku? Wallahu A’lam.
[Fathimah NJL, Kelas 1 SMA, Santriwati Angkatan ke-5 Jenjang SMA, Pesantren Media]