Sebut saja namaku Rio Ardian. Aku sering disapa oleh teman-temanku Rio.
Pada suatu malam mamaku memerintahku untuk pergi ke rumah saudaraku tepat pada pukul 21.28 WIB pada malam minggu. Aku bingung minta temani siapa dan aku pun mengajak temanku bernama Faisal Fahri, dia pun mau menemani aku ke rumah saudara aku.
Aku segera mengeluarkan motorku dari halaman rumah menuju keluar pagar.
“Sal, kira-kira kalau kita keluar malam bahaya gak ya?” Rio bertanya dengan rasa cemas.
“Sepertinya enggak deh, lagian kan kita cuma sebentar gak lama” Faisal menjawab dengan lantang.
“Yaudah yuk sal naek, kamu aku bonceng” Rio berkata dengan percaya diri.
“Oke” Faisal menjawab dengan cepat.
Aku dan Faisal pun berangkat, karena ingin cepat kami melewati jalan pintas, yang mana jalan tersebut di belakang percetakan koran Radar Lampung. Jalanan tersebut gelap, bahkan tidak ada lampu jalan yang menerangi. Dengan tergesa-gesa Rio mengendarai sepeda motornya.
Akhirnya tak lama kemudian kami sampai di kediaman Tante Lestari lebih tepatnya kakak dari mamaku. Sebenarnya mama menyuruhku mengantarkan karpet karena besok tepatnya hari minggu jam 2 ada acara kumpul keluarga. Atau mungkin kekurangan karna atau gimana, aku tidak tahu jelasnya. Yang jelas aku hanya di tugaskan oleh mamaku mengantar karpet kerumah tanteku.
Aku dan Faisal istirahat duduk-duduk di temani roti dan secangkir teh manis. Hanya 15 menit aku duduk-duduk sebentar oleh temanku, dan kami langsung melakukan perjalanan pulang, Faisal aku bonceng di belakang. Dengan melewati jalanan yang sepi dan tak ada lampu jalan yang menerangi.
Ada seorang laki-laki yang tiba-tiba memberhentikan kendaraan kami, dia seperti orang yang merintih kesakitan. Aku pun berhenti sejenak di tengah jalanan yang sepi itu. Tiba-tiba ada seseorang laki-laki separuh baya menghampiri aku dan Faisal juga. Tak disangka ternyata mereka adalah komplotan penodong.
2 orang laki-laki itu berkata
“Serahkan kunci motor kamu!” penodong berkata dengan nada menghentak.
“Enak saja kamu asal minta!” rio membalas perkataan lelaki separuh baya itu.
“Sudah jangan banyak Tanya! Lo mau mati atau mau hidup!” lelaki itu berkata kasar.
Rio pun terdiam tidak menjawab pertanyaan laki-laki itu.
tak lama ada 3 orang laki-laki ± usianya sekitar 19-20 tahunan menghampiri kami.
aku dan faisal pun mulai gugup dan bingung cara menghadapi 5 orang penodong tersebut.
Tiba-tiba lelaki separuh baya memukul pipi aku,
“Buuukkk!”
aku dan Faisal pun turun dari motor dan menghadapi 5 orang laki-laki penodong itu dengan kemampuan melawan seadanya.
Ternyata ada 1 orang laki-laki penodong berusia 17 tahunan membawa pisau saat aku melawan pria itu, dia mencoba menusuk bagian perutku. Alhamdulillah Faisal menolongku dengan menendang pisau yang berada di tangan pria itu sehingga pisau itu terlempar di semak-semak rumput.
Aku dan faisal melawan 5 orang penodong itu. Kami saling pukul memukul.
aku melawan 3 orang dan faisal melawan 2 orang.
tepat bagian perutku menerima pukulan, aku pun lengah dan terjatuh.
kemudian aku berusaha bangkit lagi, dan memukul penodong itu satu persatu dan berhasil penodong 3 orang itu kalah dan terjatuh.
Aku melihat Faisal terkena pukulan hebat pada bagian pelipis mata dan pipinya.
dengan sergap aku membantu faisal mengalahkan 2 orang penodong itu.
kami pun one by one melawannya. Aku dan faisal memukul penodong itu hingga terjatuh.
Dan penodong itu bangun lagi, hingga sulit kami mengalahkannya. Saat dia mencoba meminta kembali kunci motorku, aku mengancam penodong itu dengan ancaman aku akan menelepon ayahku yang aku mengakunya seorang polisi.
Sebelum menelepon ayah, aku sempat sms ‘yah aku dan faisal sedang dibegal di belakang percetakan Koran Radar Lampung, aku telepon ayah dan ayah pura-pura menjadi seorang polisi dengan galak dan lantangnya berbicara ya’
Balasan ayah ‘okeoke masalah mudah itu’
“Heh! Bocah sms siapa lo?” penodong bertanya kasar.
“Mau tau aja sih lo! Kayak pembantu gua! Faisal menjawab tegas.
“Wah! Kurang ajar kalian! Beraninya bicara tidak sopan dengan gua! Penodong mulai marah dengan raut wajah yang memerah karna kesal.
“Hahaha kapok!” Faisal menjawab dengan nada tertawa.
“Ahh banyak omong!” Penodong berbicara dengan nada kesal.
Aku menelpon ayah
“Yah kami di begal” Rio pura-pura panic.
“Apa?? Siapa yang berani menodong kamu?” ayah berbicara lantang.
“Ini yah 5 orang penodong yang tidak ganteng dan tidak jelek juga.” Rio berbicara serius.
“Beraninya mereka menodong anak polisi! Tunggu ayah akan datang menjemput kalian, dan menangkap semua penodong itu!” ayah berbicara galak.
“Iya yah, cepetan ya. Rio menjawab dengan nada pura-pura takut.
Setelah mendengar percakapan antara aku dan ayah, penodong itu pun bertanya
“Itu tadi ayah lo ?” penodong bertanya cemas.
“Iya, ayah saya seorang polisi. Dan sebentar lagi akan datang menjemput kami dan menangkap kalian!” Rio menakut-nakuti mereka.
Penodong pun tercengang mendengar perkataan Rio. Dengan rasa takut para penodong itu lari terbirit-birit menjauhi Rio dan Faisal.
“Yes! Kita berhasil menipu dan melengahkan mereka! Hahaha. Rio berkata sambil tertawa melihat penodong itu lari terbirit-birit.
Ayo Sal! Kita pulang.
Dengan santai Rio mengendarai sepeda motornya. Rio dan Faisal sampai di rumah pukul 23.15 dengan selamat.