Loading

Ngomong-ngomong tentang kebun, jadi teringat masa lalu saya pas masih di rumah. Dulu, ketika saya masih kecil itu, kira-kira umur 4-5 tahun suka menanam di kebun saya. Tapi yang saya tanam bukan yang berbuah atau yang bermanfaat, tapi malah rumput yang saya tanam. Jadi, yang ada justru malah ngebala (nyampah).

Singkat cerita, ya karena kebunnya dekat rumah, terus kebunnya juga kosong karena nggak ada tanaman apa-apa, ya saya ambil-ambilin aja noh rumput yang ada di dekat rumah tetangga saya. Saya mikirnya rumput itu bisa berbuah, bakalan ada buahnya maksudnya. Makanya, saya tanam aja. Nanamnya juga ngasal, lagi. Asalkan nempel aja di tanah.

Saya bawa gergaji dan pake topi koboi, ikut kerja bakti saat pondok mau pindah ke Parung

Sampai pemilik rumah itu bilang ke saya, “Ngapain nanam rumput Ceng (nama panggilan dari nak), nggak bakalan ada buahnya meskipun 10 tahun juga!” Ya, saya cuek aja sih tetap aja ditanam. Sampai sekarang saya masih ingat sama orang itu, makanya setiap pulang ke rumah pas liat orang itu saya jadi ingat masa lalu saya, ya namanya juga masih anak-anak.

Dulu, hobi saya berkebun, sampai ibu saya bilang kalau saya ini orangnya okol (seru) kalo diajak berkebun, ayo-ayo aja. Makanya nenek saya itu setiap mau ke sawah, pasti saya duluan yang diajak, katanya sih kalo ngajak saya seru. Nggak tahu serunya seperti apa. Padahal di sana saya nggak bantu apa-apa. Paling cuma nyari ikan di kotakan sawah orang, sampai orangnya yang punya sawah  marah-marah gara-gara tanaman padinya ancur sama saya. [Hayatun Nufus, kelas 2 SMA]   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *