Sabtu, 4 Agustus 2012
Aku pulang kampung halaman dijemput oleh Abang. Sebelum pulang kami menyempatkan untuk menghadiri pengajian di Masjid Nurul Ilmi, masjid yang berada di dalam komplek Balai Penelitian Bahan Pangan di Bogor. Pengajian saat itu dipimpin oleh Syaikh Dr. H. Abbdurrahman al-Baghdadiy, yaitu guru besar kami, yang bersal dari Libanon.
Usai menghadiri pengajian, kami melanjutkan perjalanan untuk mengunjungi saudara di dekat masjid. Untuk menuju ke sana hanya dibutuhkan ongkos Rp 2.000 saja. Setibanya di sana tak banyak yang bisa aku lakukan. Aku hanya berpikir untuk menanyakan bantal, sebab yang aku inginkan tidur. Lalu aku memutuskan untuk beristirahat sejenak, kemudian kami melanjutkan perjalanan ke kampung halaman pukul 09 malam.
Kami melewati jalan tol Jagorawi, sungguh indah malam itu, ramainya kendaraan dan sinar lampu lampu tol yang berpijar di tengah gelapnya malam, lampion kota yang bergemerlapan, jalanan dihiasi gedung-gedung kota yang amat elok dipandang pada perjalanan kali ini, ditambah pula dengan adanya alunan alunan musik di dalam bus itu, yang dapat menambah semangatnya diriku untuk menari-narikan sebuah bolpoin di atas kertas ini. Sungguh pengalaman yang sulit untuk dilupakan, ditambah suasana kota kota yang memancarkan sinar yang berwarna warni, hiju, biru, yang seolah olah mewarnai hati ini juga. Sungguh pengalaman mudik yang sangat mengesankan melewati kota Jakarta pada malam hari ini, dibandingkan siang hari yang lain.
Kami tidak lansung menuju ke kampung, tetapi kami mampir terlebih dahulu di Serang (Banten), karena Abang saya ingin menengok rekan kerja yang bekerja di sebuah perusahaan kertas. Setiba di gerbang di depan perusahaan kertas tersebut, kami ternyata sudah ditunggu oleh rekan-rekan lama Abang saya, yang menjemput untuk ke dalam pabrik. Kami harus membuat kartu tamu sementara di perusahan yang luasnya beberapa hektar tersebut.
Setibanya di asrama karyawan, kami dikejutkan dengan sambutan yang ramai karena rekan kerja Abang saya dahulu telah merindukan sahabat lamanya, kebetulan waktu kami ke sana ada seorang sahabat Abang saya yang akan mengundurkan diri dari perusahaan tersebut. Abang saya dan teman-teman yang lain pun sudah merasa lelah bekerja di perusahaan tersebut karena pihak perusahaan yang tidak bijaksana mengatur hak-hak karyawannya. Pada saat itu, kebetulan sekali teman Abang saya akan mengadakan syukuran perpisahan. Kami merasa senang dengan adanya sambutan kekeluargaan itu.
Ahad, 5 Agustus 2012
Setelah pertemuan malam itu kami menginap semalam di Serang. Ahad sore, kami mengadakan syukuran kecil-kecilan itu bersamaan dengan bukber bersama karyawan-karyawan lainnya. Seusai sholat tarawih kami melanjutkan perjalanan pulang, kami diantarkan oleh rekan-rekan Abag, dengan berkendaraan sepeda motor. Malam itu kami melewati jalan raya Serang, dan kami menyempatkan untuk berfoto-foto dengan rekan kerja Abang saya di Alun-Alun Serang.
Menikmati keindahan Alun-Alun Serang, hingga kami hampir saja melupakan perjalanan ini. Setibanya kami di Pelabuhan Merak, kami ngopi bareng, untuk yang terakhir kalinya sebelum berpisah. Setibanya di dalam kapal ferry yang akan membawa kami melintasi Selat Sunda menuju Bakauheni, Lampung, saya mengambil kamar lesehan. Sementara Abang saya berada di tempat duduk penumpang. Sayaterlelap tidur di tempat lesehan hingga saya dibangunkan oleh Abang ketika kapal telah tersandar di Pelabuhan Bakauheni. Tak terasa saya telah menyeberangi Selat Sunda, kami langsung memesan angkutan travel, agar lebih cepat pada tujuan. Senangnya hati ini, saya telah menginjakkan kaki di tanah lahirku. Setibanya di rumah kami disambut oleh senyuman ibu yang tetap manis. [Muhammad Yasin, Santri Pesantren Media, Kelas 1 SMA]
Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis diary dan catatan perjalanan di Kelas Menulis Kreatif Pesantren Media