Loading

8

Cak Har : Apa Itu Cinta?

Selepas projek pembangunan rumah itu kelar, Cak Har mengajakku ke sebuah kedai sepeda. Dia membelikan sepeda untukku. Sepeda beroda empat, berwarna biru, dan bukan main elegannya. Itu adalah hadiah paling hebat seumur-umur.

Aku menyayangi sepeda itu sungguh-sungguh. Aku memberinya nama Blue Max, lantaran dia berwarna biru mencolok dan di badannya ada stiker bertuliskan Max. Aku yakin betul itu adalah marganya. Tinggal bagaimana tuannya memberi nama depan untuknya tanpa mengabaikan marga kebanggaannya: Max.

Di balik kesenanganku, kesenangan Cak Har, Mak e dan Ayah, ada satu yang tak akan pernah turut senang akan kehadiran Blue Max di rumah. Sebab kata Cak Har, jangan kabarkan ini pada Kak Ayuk. Bisa-bisa dirajam Cak Har nantinya. Aku akhirnya paham kalau Cak Har ternyata menyisihkan uang gajinya demi membelikan sepeda ini. Aku menurut, membungkam asal usul Blue Max dari warga kampung kecuali Mak e dan Ayah.

Blue Max adalah teman baruku sekaligus teman baikku. Sehabis pulang bekerja, sore-sore Cak Har selalu membawaku berkeliling Kampung Kasawari. Lantaran aku belum mahir mengayuh sepeda, Cak Har menyeretku dengan tali yang ia tautkan di antara sepeda motor pinjamannya dan Blue Max-ku. Sungguh bijak abangku yang satu ini.

Lama setelah membelikanku Blue Max, Cak Har kini mengajakku ke kedai sepatu dan sandal. Aku sungguh norak menyaksikan sepatu dan sandal yang berderet-deret rapi itu. Cak Har menyuruhku memilih satu sandal. Aku baru sadar kalau sandalku yang masih kupakai ini sudahlah usang. Aku kebingungan. Sungguh kalau mungkin, aku tak ingin memilih, melainkan meminta semuanya agar bisa setiap hari aku berganti-ganti sandal, pula tak cepat bosan.

Karena aku tercengang lama, Cak Har pun mengambil sepasang sandal berwarna hitam mengkilap. Mataku berbinar. Sandal ini sandal yang ada di Tv. Talinya bukan lagi tali, melainkan rantai berwarna keemasan. Cak Har menyuruhku mencobanya, dan sangat pas di kakiku. Aku mengangguk berulangkali, mengisyaratkan kalau aku mau yang ini saja. Cak Har mengambil ukuran yang sedikit lebih besar, lalu membawanya ke kasir.

Dan sekali lagi, masalah Cak Har yang membelikanku sandal, pun harus kurahasiakan dari warga agar tak sampai ke telinga Kak Ayuk.

Bisa kau simpulkan sebagaimana sayangnya abangku yang satu ini padaku? Aku kasih tahu, Kawan. Cinta dan kasih sayang itu tak akan menyerah pada keadaan. Sebagaimana yang sudah dibuktikan oleh Cak Har padaku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *