Kala hati menyusuri aral yang melintang
Kadang ia bertanya,
Adakah yang akan membantuku
Meniti jalan yang penuh bebatuan?
Jalan yang masih abu-abu tepinya?
Kala hati menimba deritanya sendiri
Kadang ia bertanya,
Akankah ada yang menghapus air mataku?
Membantuku bangkit dari ribuan beban hidup?
Membantuku menyibak awan kelabu di atas sana?
Memberiku atmosfer agar aku tetap hidup?
Kala hati meniti lembutnya hidup
Kadang ia bertanya,
Mengapa hidup ini begitu khidmat?
Hingga aku begitu berat meninggalkannya?
Seolah ada angin yang menyalip lembut ke dalam hatiku
Memintaku untuk tak beranjak dari sini
Kala hati berlabuh pada bahtera kehidupan merah jambu
Kadang ia bertanya,
Siapakah yang akan aku temui di sana?
Akan kah ada sang adam yang menyentil hatiku?
Atau, sekadar ketika aku tak sengaja
Mendengar lantunan ayat-ayat suci yang mengalir dari surau seberang sana?
Kala hati bercengkrama pada titah Tuhannya
Kadang ia bertanya,
Mengapa bayangnya seolah ikut menyatu
Pada lembaran-lembaran ayat suci yang ku baca?
Meski air wudhu telah sampai pada bagian-bagian tubuhku
Namun, kilau imannya seolah tak hendak pergi
Meninggalkan bekas-bekasnya yang terlanjur meresap
Merekat seperti bayangan di bawah kaki ini
Lalu, hati bersimpuh
Memohon agar ada yang mengisinya
Menjalani hari-harinya yang kadang terasa kosong
Tersadar,
Maha Cinta tak akan pernah keliru
Menempatkan siapa cinta yang akan menemaninya
Menjalani kehidupan dunia yang dipenuhi kerlap-kerlip pesona keangkuhan
Hingga, suatu saat
Syurga jua lah yang menjadi persinggahan akhir dari semuanya.
[Noviani Gendaga, santriwati jenjang SMA, kelas 3, angkatan ke-2]
keren keren!!