Loading

Jum’at, 21 September 2012

Hari ini aku benar-benar gerah. Bukan karena cuaca, apalagi saat ini masih pagi di Kota Bogor, sehingga panas belum terasa membakar. Hatiku yang gerah. Aku pagi ini belum bisa melupakan tulisan-tulisan tadi malam.

Seseorang memberitahuku bahwa banyak orang di belakangku yang suka mengejek-ejek dan memberi julukan yang aneh. Awalnya aku tidak begitu memikirkannya, karena tentu siapapun itu, tidak ada alasan lain untuk melakukannya kecuali iri. Aku berusaha untuk tidak memikirkannya, namun di hati seperti selalu ada yang mengganjal.

Aku tidak bersedih karena olok-olokan mereka atau bahkan karena julukan aneh itu. Namun, aku menyesali saja. Mengapa selama ini aku sudah berusaha berperilaku sebaik mungkin, namun masih terus saja ada yang membenci. Dan tentu saja, pikiran-pikiran semacam ini akan mengganggu semangat belajarku.

Ibuku bilang, jika aku sedang kehilangan diriku, bersedih, atau kondisi mental apalah yang dapat melemahkan, dia biasanya menganjurkanku untuk melakukan sesuatu yang aku suka. Pergi ke tempat yang menyenangkan, dan makan makanan favorit kita sampai puas. Dia bilang, cara itu selalu membuatnya lebih baik. Aku pernah beberapa kali mencoba triknya itu, dan nampaknya berhasil juga.

Akhirnya, aku mencoba untuk melakukannya. Dan, hei, kebetulan sekali ini hari Jum’at, jadi aku bisa bebas izin keluar pesantren.

Oh, hari ini aku ingin kabur dari lumut.

Aku pun langsung mendapat tujuan pertamaku. Perpustakaan. Ya, aku sangat cinta dengan perpustakaan, dan sudah lama aku tidak ke sana. Sebenarnya di Pesantren Media juga ada perpustakaan, namun selain koleksi bukunya yang belum lengkap, perpustakaan itu juga sering dikunjungi santriwati, sehingga membuatku malas mencari waktu dimana mereka tidak ada di sana.

Tapi, aku bingung. Perpustakaan Bogor di mana, ya?

Aku pun mengirim SMS ke Ustad Oleh, bertanya angkot mana yang harus kunaiki untuk mencapai perpustakaan daerah. Setelah beberapa menit, aku mendapat jawaban; ‘Naik angkot 32, turun di kampus UIKA. Setelah itu, naik no.16 dan turun di GOR Pajajaran, dan nanti akan terlihat papan namanya. Perpustakaan satu komplek dengan GOR.’

Aku segera mengikuti instruksi dari Ustad Oleh, dan tanpa membutuhkan waktu yang panjang, akhirnya aku sampai di perpustakaan.

Melihat dari luar, perpustakaan itu tampak sederhana, sedikit berbeda dengan harapanku. Ah, semoga saja dalamnya lebih baik. Namun, dalamnya pun juga tampak sangat sederhana, bahkan menurutku sedikit terkesan kuno. Koleksinya pun tidak begitu lengkap, banyak sekali buku-buku lama, dan jumlah buku baru tidak begitu banyak.

Di perpustakaan tersebut, terdapat dua lantai. Namun, perpustakaan hanya mengambil tempat di lantai dasar. Aku sempat menuju lantai dua karena penasaran, dan aku mendapati sebuah ruangan yang sangat luas. Sepertinya semacam aula.

Terdapat tiga ruang baca di lantai dasar. Ruang baca anak-anak, koleksi umum, dan koleksi referensi. Mendadak aku kembali merasakan sensasi yang sama setiap kali berhadapan dengan bukit-bukit buku. Aku biasa pergi ke perpustakaan di Temanggung setiap kali mengalami bad mood.

Lalu aku teringat Temanggung. Di Temanggung, perpustakaannya begitu megah. Dari segi arsitekturnya saja, kita dapat melihat bahwa fasilitas yang disediakan cukup memadai, dan dapat memberikan kesan konstruksi bangunan yang elegan dan modern. Bangunan dua lantai itu berwarna merah muda, dengan dinding yang didominasi dengan kaca, membuatnya tampak semakin megah.

Jika kalian masuk Perpusda Temanggung, kalian akan menemui dua pelayan dalam sebuah ruang utama yang juga merupakan koridor. Di ruangan itu, kalian bisa mendaftar, bertanya-tanya seputar perpustakaan, dan dapat melihat denah perpustakaan beserta maket yang terletak rapi di atas meja yang dilindungi kaca. Sebuah komputer berlayar sentuh dengan ukuran yang besar dapat digunakan siapa saja untuk mencari indeks buku yang tersedia di perpustakaan.

Jika kalian memakai jaket, helm, atau membawa tas, maka secara ketat barang-barang tersebut harus disimpan pada loker-loker yang berderet rapi di samping koridor. Aku bahkan beberapa kali sempat digertak oleh penjaga perpustakaan karena ngotot pakai jaket.

Perpustakaan dua lantai itu memiliki banyak ruangan yang terpisah. Ruang baca anak-anak, berisi ratusan koleksi buku-buku yang kebanyakan memiliki warna dan gambar yang cerah. Tidak hanya buku, bahkan mainan pun lengkap tersedia. Ruang berikutnya adalah ruang multimedia, dimana berisi beberapa unit komputer dan sebuah televisi LCD yang dilengkapi dengan home theatre. Di sana, kita dapat bermain internet secara gratis, menonton televisi, atau dapat menikmati fasilitas WiFi perpustakaan di atas hamparan karpet luas nan nyaman yang sudah disediakan.

Ruang selanjutnya adalah ruang koleksi umum, yang berisi banyak sekali koleksi buku-buku, mulai dari fiksi, filsafat, hukum, psikologi, agama, dan masih banyak kategori lainnya. Aku biasa membaca sampai berjam-jam di sana. Selain sunyi dan tenang, tempat tersebut juga sejuk dan kita dapat memandang langsung pemandangan di luar lewat dinding kaca.

Ruang selanjutnya adalah ruang koleksi berkala, yakni berisi koran dan majalah yang selalu ditambah koleksinya tiap hari. Kemudian selanjutnya adalah ruang koleksi referensi, yakni buku-buku penting yang hanya dapat dibaca di tempat, dan tidak boleh dibawa pulang. Disana, kita dapat menemukan banyak ensiklopedi, referensi hukum, bahkan komik Detective Conan dari edisi pertama hingga yang terakhir terbit.

Yang paling menarik dari perpustakaan Temanggung ini adalah, terdapat ruang baca khusus untuk orang buta, yakni ruang koleksi braile. Aku pernah mencoba masuk, dan di sana ternyata buku-bukunya memiliki bentuk yang berbeda. Buku-buku tersebut tidak memiliki tulisan, namun kasar dan bertonjolan sehingga dapat diraba oleh orang yang tak dapat melihat. Di sudut ruangan, terdapat sebuah komputer khusus orang buta, komputer yang dapat berinteraksi dengan pengguna.

Aku heran saja. Temanggung itu kota yang terbilang kecil, namun kenapa perpustakaannya besar begitu?

Aku menghela nafas. Ah, tak apalah, yang penting aku dapat membaca dengan tenang di sini. Lagi pula, perpustakaan di Bogor kan bukan hanya ini? Pasti ada yang lebih bagus lagi dari PerpusdaTemanggung.

Tanganku pun bergerak lincah menekuni buku-buku yang tersusun rapi di tiap rak. Hm, aku ingin mencari inspirasi untuk novel yang sedang aku rangkai. Novel itu memiliki latar yang indah di beberapa bagian plot, namun memiliki suasana yang suram. Aku menarik buku Biografi Stephen King, raja penulis cerita horor, dan sebuah buku yang berisi tempat-tempat yang menginspirasi C.W Lewis dalam menciptakan dunia Narnia dalam novelnya. Aku juga mengambil beberapa novel bertemakan thriller/suspense.

Aku membaca sampai berjam-jam, melayang ke berbagai belahan dunia, dan tanpa terasa aku sudah mengembara terlalu lama. Jam di dinding menunjukkan pukul 11, dan aku harus segera mencari masjid terdekat untuk Shalat Jum’at. Aku pun segera teringat masjid Kebun Raya yang dikunjungi orang di sekitarnya untuk melaksanakan Shalat Jum’at. Dan siapa saja yang hendak shalat di sana, tidak dibebani biaya masuk Kebun Raya yang berharga Rp10.000. Ini kesempatan masuk gratis! Itung-itung, aku dapat melepaskan stresku kepada pepohonan dan pemandangan indah di sana.

Meski jauh, aku pun akhirnya sampai juga. Namun karena adzan sudah dikumandangkan, aku pun memutuskan untuk shalat di masjid sebelah Kebun Raya. Saat aku berwudhu, aku sempat terpeleset. Aku kaget sekaligus malu sekali. Namun untungnya, orang yang melihat mau memaklumi karena lantainya licin, bukan karena kecerobohan anak idiot.

Setelah shalat Jum’at, aku tetap memutuskan untuk masuk ke Kebun Raya. Dan, ternyata masih gratis! Hehehe… aku lewat pintu masuk untuk mobil saat satpamnya lengah, jadi tidak perlu membayar. (Licik)

Aku menyaksikan banyak sekali tumbuhan yang belum pernah aku lihat di dalam Kebun Raya. Berbagai macam tumbuhan langka juga tumbuh di sana. Aku sempat hendak mencari bunga bangkai yang terkenal itu, namun sayang aku tidak menemukannya. Kebun Raya Bogor sangatlah luas, dan mustahil menyusuri setiap sudutnya dalam waktu singkat. Beberapa jam berjalan, kakiku rasanya sudah sakit sekali. Aku pun beristirahat di sebuah gubuk peristirahatan. Kebun Raya ini indah, tapi alangkah bagusnya kalau di sini juga dilepas hewan-hewan. Wah, pasti lebih seru. Lagi jalan-jalan, tiba-tiba ada ular. Lagi santai-santai, tiba-tiba ada harimau. Hahaha… tapi jangan hewan-hewan yang bahaya, ah!

Aku membuka notebook dan menghubungkannya ke internet. Aku membuka facebook sejenak, namun sedang tidak ada menarik di sana. Aku mulai jenuh di Kebun Raya. Jelas saja, aku pergi sendirian tanpa teman, yang tentu saja tidak asyik jika mengunjungi tempat-tempat seperti ini.

Akhirnya, aku memutuskan untuk ke Bogor Trade Mall yang kebetulan dekat dengan Kebun Raya.

Tapi, apa juga yang akan kubeli? Baju? Sepatu? Buku? Aku saat itu tidak berminat untuk berbelanja, dan akhirnya aku menuju lantai teratas, dimana Cinema 21 terletak. Sebelum masuk, seorang satpam meminta agar aku menyerahkan tasku terlebih dahulu. Mau diperiksa, katanya. Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah ini ada hubungannya dengan penembakan di Aurora? Mereka juga takut kalau terjadi di Bogor, ya?

Aku melihat-lihat jadwal film yang menarik. Resident Evil Retribution… ah, sayang sekali sudah diputar saat aku shalat Jum’at tadi. Saat itu sudah jam dua, dan film yang hendak diputar saat itu adalah Mama Cake, film Indonesia. Biasanya, aku tidak doyan dengan film Indonesia yang kebanyakan tidak kreatif. Tapi, karena ingin iseng saja, aku pun membeli tiketnya.

Film sudah berjalan beberapa menit saat aku masuk, dan aku ketinggalan sedikit di bagian awal. Kemudian film terus berputar.

Sekilas lihat sih memang kaya film drama komedi pasaran yang khas Indonesia banget: klise. Nggak kreatif. Pola cerita yang sudah biasa. Aku pun sempat ketipu saat lihat posternya. Namun ternyata, film ini sama sekali jauh dari perkiraan!

Dalam film ini, berisi banyak banget nilai Islam yang terselubung di balik cerita pop urban Indonesia. Namun penuturan akan nilai Islam dituturkan dengan bahasa yang ringan tapi ngena, yang bikin kita nggak merasa digurui, malah ikut tersadar dan merinding juga lihatnya. Dari awal saja, tokoh utama sudah kasih kritikan terhadap freesex, dan dengan gamblang menyebutnya zina, trus menolak darwinisme karena bertolak belakang dengan penuturan Allah dalam Al-Quran. Teori dalam Al-Quran pun pasti benar,  karena sains itu baru brumur beberapa ratus tahun, sementara Al-Quran sudah berusia 1400 tahun.

 

Seperti di adegan lain dalam film tersebut juga, ada seorang tokoh yg sangat spiritual banget. Dia nggak pernah mau beribadah, karena dia menganggap alam adalah agamanya. Dia lari-lari di sawah kaya orang gila, lalu ketemulah dia dengan sosok misterius yg pernah ditabrak temannya. Pakaiannya seperti anak jalanan, dengan kaos biasa dan jaket plus celana jeans. Pemuda misterius itu nanya lagi apa, lalu dijawab dia lagi bersatu degan alam, dengan cahaya, angin…. Tahu kalau si laki-laki yang lari-lari itu spiritualis, makanya dia nanya: pernah bersatu dengan air belum? Si laki-laki yang tadi lari-lari jawab belum, dan pemuda misterius itu tanpa disangka ternyata ngajak ke mushola untuk wudhu!

Si laki-laki spiritual cuma bengong diajakin wudhu. Tapi waktu diajak shalat, dia mau nunggu di luar saja. Setelah selesai shalat, dia bilang, aku nggak habis pikir, kenapa orang kok mau-maunya jungkir balik gitu 5 kali sehari. Si pemuda misterius pun menunjuk seseorang yang sedang shalat sunnah, lalu memperumpamakan gerakan shalat dengan menyatu dengan alam.

Gerakan berdiri: elemen api. Ia berdiri tegak, berdiri mandiri, dan berani.

Gerakan ruku’: elemen angin. Ia bergerak halus ke segala penjuru.

Gerakan sujud: elemen air. Ia selalu bergerak ke tempat yg lebih rendah=tawadhu’, yakni rendah hati. Air juga memiliki sifat fleksibel, yakni dapat menyesuaikan dirinya dimana pun tempatnya.

Gerakan tahiyat dengan jari tertunjuk: elemen cahaya. Ia yang telah menunjuki dunia dengan cahaya, sehingga tidak tenggelam dalam kegelapan.

Si laki-laki spiritual ngangguk-ngangguk. Dia bilang: iya, gue pernah denger tuh, 4 elemen terpenting kehidupan. Dan gue tahu elemen kelima dan yang terpenting: cinta.

Si pemuda misterius bilang: tunggu sebentar (sambil nunggu si orang yang lagi shalat sunnah selesai shalat sunnah kemudian salam) nah, bagian itu yang namanya cinta, menyebarkan keselamatan kepada seluruh dunia. Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh… (keselamatan bagi kalian semua dan rahmat Allah dan berkahnya) Namun perlu diingat, kelima elemen tersebut tidak ada aritinya tanpa ikhlas.

Wah, dan masih banyak banget pesan-pesan ideologis di film ini, yang nggak mungkin aku tulis semua disini, karena akan membutuhkan banyak banget karakter dan pastinya akan merusak imajinasi kalian yang blm nonton filmnya.

Film ini membuktikan bahwa dakwah itu nggak bisa kalau disampaikan secara verbal dan kasar terlihat terhadap anak-anak muda, harus dipadukan dengan siapa yang diberi pencerahan agar mereka lebih dapat menerima dengan mudah, bukannya merasa digurui. Film ini juga memiliki ending yang mengharukan, aku bisa lihat dari beberapa penonton lain yang saling berpelukan saat film ini selesai dan beberapa bahkan meneteskan air mata. Ini pertanda mereka bisa menerima dakwah model ini dengan sangat mudah, dan bahkan menganggapnya sesuatu yang sangat indah.

Yang bikin film ini semakin menarik adalah gambarannya yang tampak seperti komik, yang dapat dilihat seperti dalam trailernya. Komedinya juga nggak jayus nggak dipaksa-paksain, dan juga ada bumbu romansa yg mempercantik film.

Film berakhir pada pukul 4 sore. Bogor baru saja diguyur hujan deras. Aku segera mencari angkot nomor 03 dan kembali ke Rumah Media. Setelah Shalat Ashar, aku menyadari bahwa kekesalanku sudah hilang sama sekali, dan esok aku rasa aku sudah dapat kembali belajar dengan lancar.

Saran ibuku berhasil!

[Hawari, @hawari88, santri tahun pertama di Pesantren Media]

By Hawari

Hawari, santri angkatan ke-2 jenjang SMA di Pesantren Media | Blog pribadi: http://downfromdream.tumblr.com | Twitter: @hawari88

4 thoughts on “Kabur Dari Lumut”
  1. itulah hidup, klo kmu gak mau di olok2 jngn jadi orng hebat…

    banyak orng diluar sna yg iri, tpi mereka bingung meluapkan keiriannya dengan apa, alahasil mereka mengolok-olok kmu…

    siap sedia kuping baja n hati berlapis platinum aja… (y)

  2. betul, aku setuju. o, ya, aku minta maaf kalau bahasa di atas agak sedikit kasar, dan semoga kamu dapat sekolah yang lebih baik, amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *