Loading

C360_2014-03-05-11-13-36-000
Pengunjung IBF 2014 sedang memilah-milih buku

Bagi orang yang suka membaca, buku pastilah menjelma bak mutiara yang begitu berharga. Ia bisa menjadi teman dalam kesendirian. Bisa menjadi ‘guru’ untuk menggali pengetahuan. Atau juga bisa berfungsi sebagai sarana hiburan dan tempat untuk mencari inspirasi untuk melahirkan karya-karya baru.

Jika buku, bagi para pecintanya, adalah sesuatu yang berharga, maka pameran buku bagi mereka biasanya menjelma menjadi acara yang teramat istimewa. Tidak boleh dilewatkan begitu saja. Atau dalam kata lain, si pecinta buku itu biasanya bela-belain berkunjung ke pameran buku itu, meskipun dikungkung oleh kesibukan dan rutinitas harian. Apalagi pameran buku yang dimaksud adalah pameran buku berkualitas, baik itu dari segi kualitas dan kuantitas buku maupun acara pengiringnya.

Saya termasuk orang yang suka membaca buku. Juga jika ada event pameran buku, biasanya tidak akan saya lewatkan. Saya akan berkunjung ke sana. Termasuk ketika jauh-jauh hari terdengar kabar bahwa akan ada sebuah pameran besar buku-buku Islam di Jakarta, jauh-jauh hari juga, saya berencana untuk tidak melewatkan acara ini.

Pameran buku ini bernama 13th Islamic Book Fair (IBF) 2014. Sebuah pameran buku-buku Islam yang bisa dikatakan terbesar dan terlengkap di Indonesia. Digelar di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Pameran bertajuk “Saatnya Umat Berkarakter Qur’ani” ini diadakan selama beberapa hari antara tanggal 28 Februari – 9 Maret 2014. Pameran dibuka setiap harinya pada pukul 10.00 WIB – 21.00 WIB.

Diskon harga yang diberikan dalam IBF 2014 tidak tanggung-tanggung, yakni hingga mencapai 70%. Sungguh menggiurkan. Ditambah lagi, pameran ini menghadirkan banyak tokoh yang namanya sudah banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia, seperti Tere Liye, Felix Siaw, A. Fuadi, Salim A. Fillah, Ust. Arifin Ilham, HM Jusuf kalla, Mohammad Fauzil Adhim, Rhoma Irama, dan masih banyak lagi.

C360_2014-03-05-11-10-25-266
Suasana panggung utama IBF 2014

Oleh karena begitu istimewanya acara ini, saya dan keluarga besar Pesantren Media bela-belain meninggalkan rutinitas belajar harian. Pihak pesantren bahkan menjadikan kunjungan ini sebagai agenda yang harus diikuti santri alias menjadi agenda resmi dari Pesantren Media.

Rombongan berangkat pagi hari pada Rabu, 5 Maret 2014. Rombongan utama berangkat dengan menggunakan angkutan umum berupa angkot, bus way, dan KRL. Rombongan ini dipimpin langsung oleh Kepala Pesantren Media, Ustadz Oleh Solihin. Beliaulah yang memandu, mengomando, dan bahkan membiayai sebagian ongkos perjalanan seluruh santri dengan uang pribadi. Sedangkan rombongan lain adalah rombongan khusus para staf dan guru. Rombongan ini berangkat menggunakan mobil mewah inventaris pesantren.

Meskipun pameran ini adalah pameran yang ke-13 alias sudah resmi tiga belas kali digelar, namun bagi diri saya pribadi, pameran ini barulah pameran yang ke-3. Kenapa? Karena ini adalah untuk yang ketiga kalinya saya berkunjung ke acara ini. Kunjungan pertama dan kedua, adalah kunjungan yang lebih spesial bagi saya. Karena pada saat itu, di dalam rombongan, juga ikut serta pencetus sekaligus pendiri Pesantren Media, Ustadz Umar Abdullah. Namun di kunjungan yang ketiga, beliau tidak ikut dalam rombongan karena telah tutup usia. Mendahului menghadap Rab pencipta kehidupan dan kematian.

Meskipun demikian, kunjungan yang ketiga ini tetaplah spesial. Tetap mengalir dalam sebuah irama yang menyenangkan, penuh dengan keceriaan dan kebersamaan. Teman-teman saya banyak yang memborong buku atau nonbuku. Saya sendiri, selama kunjungan ini, memang tidak berencana membeli sesuatu. Tetapi tetap mendapatkan buku dan barang nonbuku meskipun gratisan.

Seperti halnya kunjungan saya di IBF terdahulu, ada kesan yang sama yang saya rasakan. Baik itu kesan baik maupun kesan buruk. Kesan baiknya, saya sangat kagum dengan pameran buku ini. Ada banyak sekali koleksi buku dengan diskon yang tinggi menanti pengunjung. Ditambah acara-acara pengiring yang bagus dan menghadirkan tokoh-tokoh welknown negeri ini.

Kesan buruknya, dan ini selalu berulang di setiap penyelenggaraan IBF, adalah tidak berfungsinya kran tempat wudhu secara maksimal. Padahal jama’ah shalat yang hendak mengambil wudhu sangat banyak. Air yang keluar selalu kecil. Ditambah ada beberapa kran yang macet alias tidak mengeluarkan setetes pun air. Para jama’ah pun berjubel untuk mengambil wudhu sambil berjemur di bawah terik matahari.

C360_2014-03-05-12-21-44-929
Pengunjung IBF 2014 antri giliran wudhu
C360_2014-03-05-12-29-18-096
Kran air ada yang ‘mogok’ padahal antrian ambil wudhu berjubel

Harapannya saya, kesan buruk ini tidak akan terulang kelak di penyelenggaraan IBF selanjutnya. Sehingga kenyamanan para pengunjung pameran buku Islam terbesar dan terlengkap ini bisa terjaga dengan maksimal. Amin.

[Farid Ab, santri jenjang SMA, Pesantren Media | fardmedia.blogspot.com]

By Farid Ab

Farid Abdurrahman, santri angkatan ke-1 jenjang SMA (2011) | Blog pribadi: http://faridmedia.blogspot.com | Alumni Pesantren MEDIA, asal Sumenep, Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *