Loading

Kehidupan itu tidak bisa ditebak, tidak ada yang tahu esok apa yang terjadi, bahkan sau detik dari sekarang pun tidak ada yang tahu, mungkin saja tak lama  lagi kita akan mati . Mati itu memang pasti akan datang tapi kembali lagi seperti yang aku katakan, bahwa tidak ada yang tahu kapan kita akan mati. Begitu juga dengan jalan hidupku sekarang ini, aku sama sekali tidak pernah menyangka kalau sekarang aku sudah bisa merasakan kehidupan di pulau jawa, aku tidak menyangka bahwa sekarang aku sudah jauh dari orang tua. Dan aku juga tidak pernah  menyangka sekarang aku sudah dapat menyelesaikan tulisan ini. benarlah, bahwa semua kehidupan ini sudah diatur sejak awal. Jika memang aku ditakdirkan untuk menghabiskan waktu SMA ku disini, ya sudahlah, kujalani saja semua ini. Allah pasti memiliki maksud baik atas semua ini.

Jika aku kembali mengenang dan mengingat-ingat kembali kehidupanku saat aku masih di kalimantan, saat aku masih dekat dengan orang tuaku, saat aku belum bisa membuat tulisan seperti ini, sungguh terasa sekali perbedaannya.

Hutan-hutan lebat yang biasanya aku lihat di pagi hari, pohon-pohon karet yang setiap pagi di toreh oleh petani karet, suasana sejuk dari pohon-pohon di sebelah rumah, suara burung-burung yang indah di waktu shubuh, tupai yang berloncatan dari pohon ke pohon, pagi yang selalu terasa ramai oleh tangisan adik . Kini semua nya tidak dapat aku nikmati lagi, semua nya pergi dari hidupku. kini aku tidak pernah lagi menikmati pemandangan hutan yang di penuhi pohon-pohon karet, suara burung-burung yang saling bersahutan pun  tidak pernah terdengar lagi, karena kalah  oleh suara keramaian kota. Suara tangisan adik tak pernah hadir lagi untuk menghhibur telingaku ini.

Sungguh perubahan yang sangat-sangat terasa bagiku, tapi dilain sisi, aku merasa senag dengan kehidupan baruku ini, dimana sekarang ini aku memiiki teman yang baik, teman yang selalu mengajakku berbuat baik, yang selalu membuatku merasa betah untuk bertahan di tempat ini.

Orang tuaku memang mendidkku untuk selalu disiplin, semua kegiaanku harus diatur. Bangun di waktu subuh, membaca Qur’an, bersekolah, membantu orang tua, mengerjakan tugas, sholat lima waktu, semua ada waktunya. Sekarang  semua kegiatan di tempat baruku ini membuatku aku semakin disiplin dengan waktu. Baru di pesantren inilah aku dapat merasakan indahnya hidupku, aku merasa hidup ini benar-benar pantas untuk dijalani, ISLAM telah mengajarkanku untuk menikmati ini semua.

Aku tak pernah menyangka dapat bersekolah SMA disini, radio tua dirumah lah yang telah membawaku sampai disni, melalui radio itu aku mengenal adanya pesantren media ini.

sejak dulu aku memang ingin sekali besekolah di pesantren, memperdalam agama. Tapi aku tidak pernah berani untuk minta kepada orang tua agar menyekolahkanku di pesantren, apalagi di daerahku hanya ada sedikit pesantren. Jadi, jika mau sekolah di pesantren harus pergi ke Jawa, oleh karena itulah aku takut kalau permintaanku ini dapat membebankan orang tua, jadi aku mencoba untuk mengubur dalam-dalam keinginanku untuk sekolah di pesantren. Tapi ternyata takdir berkata lain, sore itu tiba-tiba saja bapakku meminta persetujuanku untuk sekolah di pesantren media ini. aku langsung senang saat mendengar kabar itu, dan sebelum ayhku sempat berkedip, aku langsung saja menerima tawaran itu. dan di pesantren inilah kehidupan baru akan kujalani.

Kini, di tempat baru ini aku  bangun lebih pagi lagi, sebelum teman-temanku bangun, aku sudah bangun terlebih dahulu. Yang biasanya aku tidak pernah mandi sepagi ini, kini aku mulai membiasakan mandi di pagi hari, membiasakan untuk sholat malam, dan aku selalu menyempatkan untuk muraja’ah hafalanku setiap pagi.

Pohon-pohon yang bisanya kulihat saat pertama kali membuka jendela, kini sudah tak ada lagi. Kini kendaraan-kendaraan di pagi hari menjadi pemandangan yang baru di tempat baru ini. suara tangis adkku di pagi hari yang menghibur telingaku kini sudah tergantikan oleh suara Ustad Rahmat membagnukan teman-temanku di pagi hari. Dan Ustad Umar yang selalu mendidikku kini sudah kuanggap sebagai orang tuaku sendiri.

Inilah hidupku yang baru, yang tak pernah aku bayangkan akan jadi seperti ini, aku senang dengan kehidupan ini, dan aku sedih karena harus meninggalkan orang tua yang sangat aku sayangi. Aku berjanji akan belajar sungguh-sungguh demi untuk menyenangkan orang tuaku, karena orang tuaku hanya ingin aku menjadi anak yang soleh.

Di pesantren ini banyak sekali impian yang ingin kuraih, salah satunya adalah aku ingin sekali bisa menjadi seorang tahfidzul Qur’an, orang yang hafal al-Qur’an. Meskipun impian itu terasa sulit untuk diwujudkan, aku akan tetap berusaha untuk mewujudkannya. Orang tuaku sangat menharapkanku untuk hafal al-Qur’an dan itu lah yang membuat aku semakin termotivasi, dan inilah saatnya aku untuk mebanggakan orang tuaku.  Aku membutuhkan doa dari teman-teman semua.

dan inilah jalan hidupku yang sungguh semuanya “tak disangka”.

[Ahmad Khoirul Anam, santri Pesantren Media, jenjang 1 SMA]

Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By Farid Ab

Farid Abdurrahman, santri angkatan ke-1 jenjang SMA (2011) | Blog pribadi: http://faridmedia.blogspot.com | Alumni Pesantren MEDIA, asal Sumenep, Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *