Aku terdiam dan berfikir sejenak untuk apa papa memberi ibu itu sebuah villa dan kebun? Taulah aku bingung. “mengapa kamu membawa koper dan tas, kamu ingin pergi kemana?” tanya ibu itu sambil menghapus air mtanya. “aku disuruh pergi dari rumah, dan aku bingung aku harus pergi kemana” sambil memajang wajah sedih ku “oh, kamu boleh kok untuk sementara tinggal disini” ucap ibu itu dengan tersenyum. “papa mulai berubah sejak anak kesayangnya meninggal karna terkena penyakit kanker, papa jadi lebih sering menyuruh ku diam dirumah dan belajar. Aku jadi merasa terkekang. Papa juga jadi sering marah denganku karna masalah sepele, seolah aku itu harus perfect. Sedangkan aku tidak bisa terus seperti itu” ceritaku sambil berkaca-kaca
“ aku berharap papa bisa berubah lagi seperti dulu” harapku. Sabar ya nak ibu tahu kok papa kamu itu sebenernya tidak seperti itu, mungkin papa kamu belum bisa menerima peningalan kakak kamu. Ibu yakin pasti suatu hari nanti kamu akan dicari oleh papa kamu” ucap ibu itu menghibur. “sekarang kamu mandi dan ganti bajumu. Ibu akan menyiapan tempat tidur untukmu”. Aku segera mandi dan ganti baju.
Sudah berbulan-bulan aku bersama ibu itu dan aku tidak pernah tau siapa nama ibu itu, rasanya ibu itu sudah seperti ibuku sendiri. Dan banyak cerita dari ibu itu tentang papaku. Aku heran kenapa sering sekali ibu itu menceritakan tentang papa entahlah. Mungkin dia senang dengan papaku. Dan aku sebagai anak hanya bangga karna ada seorng ibu yang senang dengan kebaikan papa, walaupun papa sudah mengusirku dari rumah. Aku hanya bisa menunggu kapan papa akan mencari dan menjemputku disini.
bersambung…
[Daffa azzahra, Kelas 2 SMP, Santriwati angkatan ke-2 Jenjang SMP, Pesantren Media]