“kamu tidak pantas tinggal disini” ucapan kasar itu membuat aku ingin marah bercampur dengan tangisan. Aku hanya diam menatap kerah dia dengan tatapan tajam. “cepat! Lebih baik kamu pergi dari sini”. “kamu hanya bisa bikin keluarga kita hancur!” wajahku sudah memerah menahan amarah, aku ingin berteriak sekencang-kencangnya, tapi kurasa tak ada gunanya aku berteriak. Jika aku berteriak sudah pasti tak akan mengubah suasana jadi lebih baik.
Aku segera lari membereskan semua barang-barang. Aku meneyesal dengan perbuatanku yang tadi, Aku memukul anak lelaki sekaligus anak bosnya papa, hingga wajah nak lelaki itu melebam.
OoooOoO
Selesai membereskan semua baju aku langsung pergi meninggalkan semua saudara-saudaraku dan kedua orang tuaku, aku hanya mengucapkan “selamat tinggal”.
Aku bingung harus pergi kemana. Aku tidak memiliki uang sepeserpun hanya Tas dan koper yang aku bawa, aku merasa sangat lapar, rasanya aku sudah tidak tahan dan aku juga tidak memilki tujuan yang pasti.
Saat aku berjalan sambi memegang perutua ku melihat sebuah rumah yang sangat sedehana berwarna biru muda degan hiasan tanaman didepan rumahnya. Dan seorang ibu tua yang sedang menyiram tanaman cantiknya.“bu apakah ibu memeliki sedikit makanan untuk saya, saya sangat lapar bu” ibu itu melihat kerahku, dengan tersenyum ibu itu berkata “ aku tidak memiliki sedikit makanan untukmu.” Aku sangat sedih, saat aku inign kembali berjalan, ibu itu memanggilku kembali “ tapi ibu memiliki banyak makanan untukmu” wajan ku melai tersenyum bahagia mendengar bahwa ibu itu memliki banyak makanan untuk ku. “ayo kita masuk” ajak ibu itu dengan senag hati. aku melihat kesekeliling rumahnya yang sangat sederhana. Ia menyodorkan makanan yang tidak pernah secuilpun aku makan. Wajahku berubah menjadi ekspresi bingung “kamu tidk pernah memakan ini?” tanyanya, aku hanya menggeleng
“siapa namamu nak?” tanya ibu itu “namaku Lee alneat Guntur” aku menjawabnya dengan santai sambil memakan makanan yang asing bagiku “apakah kamu putri dari MR. Guntur?” “ ya aku aku putri dari MR. Guntur, apakah ibu kenal dengan ayahku?”. Ibu itu terdiam, aku lihat matanya mulai berkaca-kaca. “bu, mengapa ibu menangis?” tanyaku heran “kamu tahu nak sudah bertahun-tahun aku mencari MR. Guntur, ia adalah dosen terbaik ibu saat ibu masih kuliah, beliaulah yang membiayai ibu saat ibu masih kuliah. Beliau juga yang membuat ibu jadi sukses. Beliau yang mengajari ibu bagaimana cara berbisinis.beliau memberi ibu kebun yang luas dan sebuah villa ibu ingin membalas semua kebaikan beliau” jelas ibu itu sambil meneteskan air mata.
Bersambung…
[Daffa azzahra, santri angkatan ke-2 jenjang SMP, Pesantren MEDIA]