Loading

Serial Ijo

Oleh: Novia Handayani (Santri Pesantren Media)

Iman dan Joko adalah salah satu murid sekolah dasar yang sangat mengerti akan keadaan lingkungan di sekitarnya. Sampai-sampai ia membuat sebuah forum pencinta lingkungan di sekolah juga lingkungan rumahnya. Saking cintanya dengan lingkungan, ia rela mengumpulkan sampah-sampah untuk mereka daur ulang menjadi sebuah benda layak pakai dan bermanfaat. Seperti contohnya tas dari plastic-plastik bekas, lampion dari botol bekas, dan pupuk dari daun-daun yang kering.

***

Lama-kelamaan, Forum yang dijalani oleh Joko dan Iman semakin di kenal oleh banyak orang, bahkan banyak yang bersedia mengikuti forum tersebut, dimulai dari anak-anak seusianya, anak remaja, dan juga orang tua. Bahkan ada juga dari orang-orang yang berprofesi sebagai tukang beling yang sehari-hari mencari barang-barang bekas.

“ Jok. . Alhamdulillah yah. . ternyata masih banyak orang yang peduli dengan lingkungan di sekitar kita. . “ ungkap Iman sembari tersenyum melihat orang-orang yang sibuk memilih-milih sampah organic dan non-organik.

“ Iya Man. . akupun begitu. . kau tahu kenapa aku memiliki pendapat yang sama denganmu ?“ tanya balik Joko  sambil tersenyum.

“ Apa Jok. . ?” tanya balik Iman penasaran.

“ Karena kita telah menyelamatlkan Bumi kita agar terjauh dari macam bencana. . seperti banjir. . Banjirkan terjadi rata-rata karena sampah yang berserakan di mana-mana. . Iya kan Man. . ?” timpal Iman sambil berdecak kagum.

“ Betul banget tuh Jok. . “ jawab Iman sambil menepuk-nepuk pundak Joko.

Selesai bersenda gurau bareng, mereka langsung membantu teman seusianya, mengangkat-angkat sampah yang sudah dipisah ke atas meja. Setelah itu, mereka langsung memikirkan kembali ide-ide untuk meningkatkan forum tersebut.

Setelah lumayan lama mereka saling asik dengan pikiran juga ide yang sedang mereka cari, akhirnya mereka memiliki ide yang sama yakni membuat sebuah Bank tempat penukaran sampah dengan uang dan uangnya itu ditabung di bank tersebut dan bisa diambil kapan saja, bila mereka membutuhkan.

“ Man. . apakah kau memiliki ide. . ?” tanya Joko ke  Iman sambil menepuk pundak Iman.

“ Aha. . aku puny ide nih. . apakah kamu memiliki ide juga Jok. . ?” tanya balik Iman sambil tersenyum.

“ Iya dong. . tapi kamu dulu deh. . apa idemu Man. . ?” tanya balik Joko penasaran.

“ Aku mau membuat sebuah bank. . dan tujuan didirikan bank tersebut adalah. . untuk membantu para teman-teman kita yang tidak mampu. . “ jawab Iman sambil tersenyum senang.

“ Maksudmu apa Man. . aku tidak mengerti. . ?” tanya balik Joko dengan raut wajah yang bingung.

“ Maksudku gini loh jok.. Bank yang kita dirikan itu adalah bank tempat penukaran sampah dengan uang. Jadi uang yang mereka dapatkan itu mereka tabung di bank tersebut, kalau misalkan mereka  membutuhkan uang tersebut, mereka bisa mengambil uangnya itu kapan saja. . gimana jok dengan ideku. . apakah kau setuju. . ?” tanya balik Iman meminta persetujuan Joko.

“ Wah. . kok idemu bisa sama sepertiku, aku juga memiliki ide itu. . Kalau misalkan ditanya setuju atau tidak, pasti aku setuju banget, nget, nget, nget. . Tapi Man, apa nih nama banknya ?“ tanya balik Joko bingung.

“ Apa yah. . oiya. . Bank FPL  aja. . atau disingkat Bank Forum Pecinta Lingkungan . . “ jawab Iman sambil tersenyum.

“ Baik. . aku setuju. . “ jawab balik Joko sambil mengacungkan jempolnya, tanda setuju.

Selesai mendiskusikan ide yang mereka dapatkan, mereka langsung mengumumkan idenya itu ke semua orang yang bergabung di Forum tersebut, tidak hanya orang-orang di Forum itu saja, orang-orang luarpun di ikut sertakan.

***

Tidak terasa, sudah 2 hari berturut-turut bank tersebut dibuka. Dan Alhamdulillah, banyak yang berniat menukarkan sampah yang mereka cari itu, untuk mereka tukar dengan uang.

Contohnya seperti Jali. Jali adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Semenjak sang ayah meninggal, Jali menjadi tulang punggung bagi keluarganya, bahkan ia rela putus sekolah untuk membantu meringankan kondisi ibunya yang sekarang hanya seorang buruh cuci.

Sebelum Jali tergabung di Bank FPL, terlebih dahulu Joko dan Iman menanyakan pekerjaan sehari-hari Jali. Dengan raut wajah malu-malu, Jali langsung menjawab pertanyaan dari Joko dan Iman.

“ Pekerjaan sehari-hari saya adalah mencari barang bekas di lingkungan sekitar saya. Meskipun itu bukanlah pekerjaan yang pantas untuk saya. Tapi saya tidak peduli, karena yang saya pikirkan sekarang adalah. . saya bisa memberi makan ibu dan ketiga adik saya. .  ” ungkap Jali sambil mengusap air mata yang mulai jatuh dari pelupuk matanya.

Mendengar pengakuan Jali, Joko dan Imanpun langsung memeluk temannya itu. Ia tidak menyangka, ternyata ada teman seusianya itu harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Rasa syukurpun selalu terucap dari bibir Joko dan Iman karena kehidupan mereka tidak seperti Jali.

Selesai bertanya-tanya seputar pekerjaan Jali, Jali langsung memberikan karung-karung yang berisi barang bekas seperti kardus, botol bekas ke Iman dan Joko. Setelah itu, Joko langsung memberikan semacam buku kecil yang berfungsi sebagai buku tabungan.

Saat buku tabungan itu sudah ada di tangan Jali, Jali langsung memberikan buku tabungannya itu ke Ibunda Iman yang bertugas sebagai pencatat pengeluaran dan pemasukan tabungan. Selesai dicatat jumlah uang yang Jali dapat, Ibunda Iman langsung memberikan buku tabungannya itu ke Jali dan tampak rona bahagia dan senang terpancar dari wajah Jali. Sambil memeluk buku tabungannya itu, ia berlari meninggalkan Bank FPL.

Saat Jali sudah hilang dari penglihatan Joko dan Iman, mereka langsung membuka karung-karung yang berisi barang bekas itu untuk dipisahkan. Selesai dipisahkan, mereka langsung memberikannya ke orang-orang yang bertugas mendaur ulang sampah-sampahnya itu. Seperti menjadi tas, lampion, dan lain sebagainya.

***

Malam berbalut hujan dan petir membuat Joko dan Iman sedih, karena kenapa ? karena mereka baru saja mendapati seorang gadis kecil sedang kedinginan di depan Bank FPL. Mau tidak mau, mereka harus rela hujan-hujannan menuju Bank FPL untuk menolong gadis kecil itu.

Dengan tatapan nanar, gadis itu menangis ketakutan sambil memeluk tubuhnya yang kedinginan. Karena Joko dan Iman tidak tega, akhirnya mereka langsung membawa gadis kecil itu masuk ke dalam Bank FPL. Setelah itu, Iman langsung merobek kain Gordeng untuk dijadikan selimut dan langsung mengusap lengan gadis itu. Di sisi lain, Joko sibuk mengambil bubur, obat dan air teh hangat di rumahnya untuk gadis itu.

Selama menunggu Joko kembali, Iman memutuskan untuk mengajak ngobrol gadis itu.

“ De. . nama kamu siapa. . ?” tanya Iman sambil tersenyum.

“ Namaku Yasmin. . “ jawab gadis itu sambil menangis.

“ Owh. . namamu indah yah. . aku suka namamu. . Udah dong jangan nangis, kan sudah ada aku disini. . aku akan menemani kamu disini, jadi kamu tenang saja yah. . “ jawab balik aku berusaha meyakinkan.

Mendengar Iman berbicara seperti itu, Yasmin langsung berhenti menangis.

“ Nah gitu dong. . itu baru namanya cantik. . “ celetuk Iman berusaha menggoda.

Mendengar godaan Iman, Yasmin hanya tersenyum sambil mencubit pinggang Iman keras.

“ Auw. . sakit tahu. . “ jerit Iman sambil memegang pinggangnya.

“ Biarin. .abis ka Iman lebay sih. . “ timpal Yasmin sambil tersenyum menahan tawa.

Saat mereka sedang asik ngobrol bareng, Joko langsung datang mengahampiri mereka berdua sambil tersenyum, setelah itu, Yasmin dengan lahap memakan bubur yang dibawa oleh Joko dari rumah.

***

“ Hoaaaammm. . udah pagi yah ternyata. . “ celetuk Iman sambil menahan kantuk, berselang 5 menit, Joko langsung menyusul Iman bangun, begitupun Yasmin. Setelah mereka semua sudah bangun, Iman terkaget saat jam menunjukkan pukul setengah 7 pagi.

“ Jok. . hari inikan hari terakhir  kita liburan. .” celetuk Iman panik.

“ Masya Allah. . aku lupa Man. . yaudah kalau gitu. . yuk kita beres-beres. . “ timpal Joko sambil berusaha berdiri dari lantai tempat ia tidur.

Melihat Joko dan Iman sibuk memikirkan sekolahnya, Yasmin hanya diam tanpa berkata sedikitpun. Ia bingung harus kemana setelah Joko dan Iman pergi meninggalkanya. Tanpa Yasmin sadari, Iman langsung mengulurkan tangannya mengajak Yasmin untuk ikut ke sekolahnya.

“Kamu tidak perlu khawatir. . kamu boleh kok ikut aku sekolah. . sekolah aku dan Joko itu menerima orang yang tidak bersekolah seperti kamu. . “ ucap Iman berusaha menjelaskan, sedangkan Yasmin hanya tersenyum dan langsung bergegas untuk membersihkan tubuhnya di kamar mandi Bank FPL.

Saat yasmin, Joko, dan Iman sudah rapih. Mereka langsung menuju sekolah untuk belajar.

Selama proses belajar mengajar berlangsung, mereka focus sekali belajarnya, bahkan merekalah yang lebih banyak bertanya dibanding teman-teman yang lain. Apalagi tanya jawab soal lingkungan, Joko dan Imanlah juaranya, karena kebetulan mereka sangat peduli dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan Yasmin, hanya tersenyum bangga melihat ke2 temannya itu peduli dengan lingkungan sekitarnya.

Selesai tanya jawab, Yasmin langsung mengulurkan tangannya untuk mengucapkan kata selamat kepada Joko dan Iman. Melihat Yasmin bertingkah laku aneh seperti itu, Joko dan Iman hanya tersenyum sambil menggaruk-garukkan kepalanya yang tidak gatal.

***

 

Tidak terasa, bel tanda pulang sudah berbunyi. Satu-persatu siswa dan siswi yang ada di kelaspun mulai sibuk membereskan perlengkapan sekolahnya yang masih berantakan di atas meja belajar. Sedangkan Joko dan Iman bergegas keluar kelas karena ia lebih dulu membereskan alat perlengkapan sekolahnya. Tidak lupa juga, Yasmin menunggu mereka di depan pintu kelas. Setelah mereka sudah berkumpul, mereka langsung meninggalkan sekolahnya menuju Bank FPL dan juga bertemu dengan anggota FPL sendiri.

Selama diperjalanan menuju kesana, canda dan tawa tidak lepas dari mereka. Tapi tiba-tiba saja, canda tawa itu berubah menjadi kemarahan, saat ia mendapati seorang anak remaja mengganggu tukang beling yang sedang lewat dan menumpahkan semua barang bekas yang ada di karung tukang beling itu. Tanpa berpikir panjang, Yasmin, Iman, dan Joko langsung memanggil-manggil warga yang ada di sekitar TKP.

Mengetahui banyak warga yang datang, anak remaja yang tadi mengganggu tukang beling itu langsung lari terbirit-birit meninggalkan TKP. Sedangkan si tukang beling itu sibuk memasukkan barang bekas yang ia dapatkan dari hasil mulungnya itu ke karung. Karena Yasmin, Iman, dan Joko kasihan melihat tukang beling itu, ia langsung lari mengahampiri tukang beling itu berusaha untuk membantu.

“ Mari kami bantu. . ?” ucap Iman sambil tersenyum diikuti oleh Joko dan Yasmin.

Selesai membantu tukang beling yang kira-kira berusia 80’an itu, mereka bertiga langsung kembali melanjutkan perjalanan mereka menuju Bank FPL.

Saat sudah sampai, ada sebuah mobil bak hitam terparkir di depan Bank FPL. Di dalam bak tersebut, banyak sekali benda-benda hasil dari barang bekas seperti tas, lampion, dan lain sebagainya. Saat mereka diam sejenak melihat benda barang bekas tersebut, mereka baru menyadari bahwa barang-barang bekas tersebut milik FPL. Karena mereka penasaran barang bekas itu mau dibawa kemana, mereka langsung masuk ke dalam Bank FPL yang kebetulan tempat penyimpanan dan pembuatan barang-barang bekas tersebut, Iman langsung bertanya kepada Ibundanya.

“ Ibu. . Ada apa ini. . kenapa hasil barang bekas yang FPL buat, bisa ada di mobil. . ?” tanya Iman heran.

“ Iman. . ibu bangga bisa punya anak seperti kamu. . kamu tahu tidak. . kamu mendapatkan sertifikat penghargaan sebagai anak yang peduli akan lingkungan sekitar. . dan barang-barang bekas yang ada di mobil itu, akan di ekspor keluar negeri untuk di jual disana. Karena ada salah satu pembeli yang kebetulan tinggal di luar negeri dan teman-temannya itu berminat untuk membeli barang-barang bekas hasil buatan FPL ini. . Ibu bersyukur sekali Man. . ibu tidak pernah menyangka, ternyata FPL yang kamu dan Joko bangun ini. . memiliki manfaat yang sangat banyak. . Dan ibu yakin, dari hasil penjualan barang-barang bekas ini. Kamu bisa membantu teman-temanmu bersekolah kembali, kamu juga bisa membantu orang-orang yang kesusahan seperti mereka (sambil menunjuk anggota FPl yang kurang mampu ). . Dan ada lagi nih Man, Bank FPL akan mendapatkan bantuan berupa uang untuk membantu orang-orang yang melakukan penukaran disini“ ungkap ibunda Iman bangga sambil tersenyum.

Mendengar ibunda Iman berbicara seperti itu, Iman dan Joko langsung berteriak senang, sedangkan Yasmin hanya tersenyum sambil pergi meninggalkan Iman dan Joko. Baru saja Yasmin ada di depan pintu Bank FPL, tiba-tiba saja ia terhenti saat melihat sang ayah sudah ada di depan matanya.

“ Yasmiiiiiin. . “ sapa ayah sambil memeluk Yasmin.

“ Ayahhhh. . . . “ sapa balik Yasmin sambil membalas senyuman sang ayah.

“ Kamu kemana saja nak. . ayah khawatir denganmu. . kenapa kamu bisa ada disini ?” tanya ayah sambil menatap wajah putri tercintanya.

“ Waktu aku bermain bersama teman-temanku. . mereka meninggalkan aku sendiri ayah. .aku tidak tahu akau ada dimana. . sampai akhirnya, aku datang ke Bank FPL ini dan bertemu dengan Joko dan Iman. . dan merekalah yang menolong aku. . “ jawabYasmin sambil menangis sesegukkan.

“ Sudah. . sudah. . sudah. . kamu tidak boleh menangis lagi yah. . “ pinta ayah kepada Yasmin. Mendengar ayah berbicara seperti itu, Yasmin langsung berhenti menangis dan langsung bercerita seputar kedua temannya itu.

“ Ayah. . ayah tahu tidak. . Joko dan Iman itu anak yang pintar, cerdas, dan peduli loh. . Waktu Yasmin diajak ke sekolah mereka, mereka membantu seorang tukang beling yang diganggu sama anak-anak nakal. . bahkan mereka mendapatkan sertifikat penghargaan karena mereka telah peduli akan lingkungan sekitar. . aku jadi menyesal ayah karena dulu aku tidak peduli akan lingkungan sekitarku, bahkan aku suka sekali membuang sampah di sembarang tempat. . satu lagi nih yah. . aku merasa berterimaksih sekali kepada orang yang memberikan sertifikat penghargaan kepada mereka dan mau membantu mereka menjual hasil karyanya itu ke luar negeri. . kira-kira orang itu siapa yah. . ?” tanya Yasmin dengan raut wajah penasaran.

Saat Yasmin sedang dilanda rasa penasaran, tiba-tiba saja ibunda Iman, Joko, dan Iman datang menghampiri Yasmin dan Bapak Ferdi yakni ayah Yasmin.

“ Loh Yasmin. . kenapa kamu tidak masuk ke dalam. . ?” tanya Iman heran.

“ Aku ingin bersama ayahku. . “ jawab yasmin sambil tersenyum ke ayahnya.

“ Jadi. . Bapak Ferdi itu ayahmu. . ?” tanya balik Iman.

“ Iya. . dia adalah ayahku. . “ jawab kembali Yasmin berusaha meyakinkan.

“ Ya ampun. . kamu tahu tidak, ayahmulah yang telah memberikan sertifikat penghargaan kepad aku dan Joko sekaligus membantu mengekspor hasil karya FPL. . “ ungkap Iman senang dan tidak menyangka.

Mendengar pengakuan yang dilontarkan Iman, Yasmin langsung terdiam dan tidak pernah menyangka, bahwa orang yang ia maksud adalah sang ayah. Selesai terdiam, Yasmin langsung memeluk sang ayah dengan perasaan senang dan berjanji tidak akan membuang sampah di sembarang tempat, bahkan ia berniat membuat sebuah forum seperti Joko dan Iman yakni “ Ayo. . Cintai Bumi Kita. . !!!”. Bahkan Yasmin berniat untuk membuat sebuah bank seperti Joko dan Iman untuk membantu orang-orang yang kesusahan.

Pesan Untukmu :Adik-adik. . Yuk kita cintai bumi kita, seperti apa yang diungkapkan oleh Yasmin dan Ijo. Dan satu lagi nih. . serial ijo akan kembali lagi untuk menemani kalian semua. . tunggu yah. . []

Catatan: cerpen ini adalah salah satu tugas menulis di Kelas Menulis Kreatif Pesantren Media. **masih banyak salah ketik dan juga keliru dalam penulisan ejaan, tetapi insya Allah akan terus diperbaiki nantinya.

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *