Loading

download (1)

Anissa adalah seorang anak remaja yang baru saja berumur enam belas tahun. Ia adalah anak tunggal. Ibunya telah dua tahun meninggalkannya, akibat kecelakaan pesawat yang mengakibatkan lima puluh orang tewas di tempat. Saat ibunya meninggal dunia karena kecelakaan, Anissa sedang berada di kampung halaman bersama ayahnya. Sekarang ia hanya memiliki seorang ayah yang baik dan sangat menyayangi dirinya.

Anissa adalah seorang anak remaja yang baru saja berumur enam belas tahun. Ia adalah anak tunggal. Ibunya telah dua tahun meninggalkannya, akibat kecelakaan pesawat yang mengakibatkan lima puluh orang tewas di tempat. Saat ibunya meninggal dunia karena kecelakaan, Anissa sedang berada di kampung halaman bersama ayahnya. Sekarang ia hanya memiliki seorang ayah yang baik dan sangat menyayangi dirinya.

Tahun kemarin ayahnya dilantik menjadi presiden direktur (presdir) di salah satu perusahaan roti di indonesia. Sejak saat itu, ayahnya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Ayahnya pergi subuh dan pulang malam shabis isya. Namun setelah pulang dari kantor ayahnya tidak langsung tidur, melainkan melanjutkan pekerjaan yang tidak terselesaikan di kantor.

Pada jam dua belas malam barulah ayahnya tidur, tapi tidaklah lama. Ayahnya hanya dapat memejamkan matanya untuk beberapa jam saja. Ayahnya akan bangun dari tidurnya pada jam tiga malam dan kemudian melaksanakan shalat sunah tahajud. Dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Walau ayahnya sangat sibuk, ia masih menyempatkan diri untuk berkumpul, bermain bersama keluarganya dan anak semata wayangnya. Itulah kenapa Anissa sangat mengagumi ayahnya.

 

*****

 

Sekarang pukul 21:00, malam terlihat sangat cerah. Bintang-bintang bertaburan di langit dan memantulkan cahayanya. Anissa suka melihat kelap-kelip bintang, dari balkon kecil di lantai dua rumahnya.

Sekarang ia duduk di kursi yang ada di balkon. Ia kerjakan tugas sains dan matematika yang diberikan oleh Ibu Lili dan Ibu Ita, di balkon ini. Sambil menikmati indahnya pemandangan malam. Dan tugas yang pertamakali Anissa kerjakan adalah tugas dari Ibu Lili yaitu sains.

Karena pelajaran sains adalah pelajaran yang Anissa suka dan yang paling ia kuasai, maka ia tidak membutuhkan waktu lama untuk mengerjakannya. Ia hanya butuk waktu tiga puluh menit untuk menjawab tiga puluh soal esai.

Saat semua tugas sainsnya selesai, Anissa langsung mengerjakan tugas yang satunya yaitu tugas matematika. Walaupun Anissa tidak menyukai pelajaran matematika, ia tetap berusaha untuk mengerjakan tugas. Agar ia bisa mendapatkan nilai bagus dan membuat bangga ayahnya.

Ketika Anissa sedang mengerjakan soal-soal, terdengar suara hentakan kaki dari arah pintu dekat tangga. Lalu anissa menoleh kearah tangga dan terlihatlah ayahnya hendak ke perpustakaan.

Dan saat ayah anissa mau masuk perpustakaan ayah anissa melihat anaknya, “malam-malam begini belum tidur” pikirnya. Ia langsung melihat jam dinding yang berada tepat di depan pintu perpustakaan dan dilihatnya jarum jam telah menunjukkan pukul sebelas. Setelah itu ayah Anissa langsung menghampiri Anissa.

Dengan rasa penasaran ayahnya pun bertanya kepada Anissa,

“Sedang apa anak ayah duduk di luar sini?”

“Anissa lagi ngerjain tugas yah” jawab Anissa kepada ayahnya sambil tersnyum manis.

Karena hari sudah malam, ayah Anissa menyuruh Anissa tidur sembari berkata,

“Hmm, tapi hari sudah malam nak, lebih baik kamu tidur dan besok kamu lanjutkan lagi mengerjakan tugasnya.”

Anissapun menjawab pertanyaan dari ayahnya,

“Tapi ayah, jika besok tidak dikumpulkan maka Anissa tidak dapat mengikuti ujian”

“Kemarin-kemarin kamu kemana, kenapa baru dikerjakan sekarang?” tanya ayahnya kepada Anissa.

Anissa menundukkan kepalanya dan berkata,

“Tapi ayah, kemarin selama tiga hari Anissa tidak masuk sekolah. Karena ayah menyuruh Anissa menjaga nenek di rumah sakit. Di sana Anissa coba untuk mengerjakan tugas ini, tapi Anissa tidak dapat berkonsentrasi karena meelihat nenek yang sedang sakit.”

Lalu ayahnya menghela nafas,

“Kamu harus tidur Nak, Ayah tidak mau kamu sakit lagi. Kamu kan bisa mengerjakan tugas-tugas ini besok pagi-pagi sekali. Nanti jam tiga pagi kamu akan Ayah bangunkan untuk melanjutkan tugas ini, dan Ayah akan membantumu.”

“Baik Ayah.” Jawab Anissa sambil mengemas buku tugasnya dan langsung menuju kamar. Akan tetapi sesampainya di kamar Anissa tidak langsung tidur. Melainkan kembali mengerjakan 25 soal matematika yang belum selesai.

Karena tidak terlalu menguasai soal-soal ini, Anissa merasa sulit mengerjakan tanpa lima buku pintar matematika yang dimilikinya. Untuk menjawab satu soal saja Anissa harus membolak-balik semua buku pintar yang dimilikinya agar mendapatkan hasil yang akurat.

Setelah tugasnya selesai, Anisa langsung membereskan buku-bukunya dan dimasukkannya kedalam tas sekolah. Karena haus, sebelum tidur Anissa pergi ke dapur untuk mengambil segelas air untuk diminum.

Ketika hendak kembali ke kamar, Anissa melihat ke arah jam dan ternyata sudah jam dua belas lewat sepuluh menit. Anissa melihat ayahnya keluar dari ruang kerja dan menuju kamar untuk tidur. Karena sudah mengantuk Anissa pun tidak dapat berpikir kenapa ayahnya tidur selarut ini dan langsung menuju kamarnya untuk tidur.

*****

Anissa pun dibangunkan oleh ayahnya pada jam 02:50. Anissa melihat sekilas ke arah jendela, tak ada satu orangpun yang beraktivitas. Mataharipun seakan mati tanpa cahaya. Angin-angin dingin pun berkeliaran di luar sana.

Anissa bangun dengan keadaan yang masih mengantuk dan bingung. Maka Anissa bertanya kepada ayahnya,

“Ayah, kenapa Ayah membangunkan Anissa malam-malan begini?” Anissa lupa kalau ia telah berjanji kepada ayahnya akan mengerjakan tugas matematika pagi ini.

Dengan heran ayah Anissa pun menjawab pertanyaan Anissa,

“Loh, kok malah nanya?. Bukannya kamu mau mengerjakan tugas yang belum kamu selesaikan? Dan ayah telah berjanji akan membantumu. Ayo bangun, ayah tunggu di ruang kerja ayah.”

“Oh iya, tapi tugas itu sudah Anissa selesaikan tadi malam.” Jawabnya.

Lalu ayah Anissa bertanya kepadanya dengan nada polisi yan sedang mengintrogasi terdakwa.

“Sampai jam berapa kamu mengerjakan tugas itu? Jawab dengan jujur!.”

Dan Anissa menjawab,

“Sampai jam dua belas Ayah.”

Dengan geram ayah Anissa pun berkata “kenapa kamu tidak menuruti Ayah? Nanti jika kamu sakit lagi-bagaimana? Ayah tidak ingin melihatmu terbaring lagi di rumah sakit seperti tahun kemarin.”

“Insyaallah Anissa tidak akan kenapa-kenapa, Ayah jangan khawatir” ujar Anissa sambil tersenyum dan melanjutkan tidurnya lagi.

Waktu tak dapat diulang kembali. Ayah Anissa hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala karena tidak ada yang dapat ia perbuat. Setelah membangunkan Anissa, ayah Anissa langsung manuju ruang kerja dan melanjutkan pekerjaannya. Satu jam kemudian semua pekerjaannya selesai. Dan ayah Anissa langsung membangunkan Anissa kembali, agar anaknya dapat bersiap-siap untuk berangkat sekolah.

Tok tok tok (diketoknya lah pintu kamar Anissa).

“Anissa, anissa bangun Nak sekarang sudah jam lima. Segera mandi dan langsung sholat. Ayah tunggu di meja makan.”

“Baik ayah” ucap anissa yang baru bangun tidur. Ketika Anissa berkemas, ayahnya pergi ke dapur dan memasak sarapan pagi untuk mereka berdua. Ia memasak nasi goreng spesial lengkap dengan telur ceploknya.

Setelah sarapannya matang, Anissa dipanggil agar segera turun dan makan. Saat turun, Anissa terkejut saat ia melihat ayahnya yang memakai baju kerja menyiapkan sarapan pagi. Lalu Anissa datang menghampiri ayahnya dan bertanya,

“Ayah sedang apa? Bu Reni (pembantu rumah tangga) mana?”

“Ayah sedang menyiapkan sarapan untuk kita. Hmm, Ibu Reni kemarin minta izin kepada ayah agar diberi cuti katanya mau melihat anaknya di kampung sedang sakit. Kamu kok malah termenung? Ayo segera makan dan cobalah masakan ayah ini!” jawab ayahnya sambil melepas celemek yang ia gunakan untuk memasak sarapan.

“Hmm, ternyata masakan ayah enak juga.” Kata Anissa ketika menyicipi masakan ayahnya.

“Ya iyalah. Kan dulu Ayah pernah menjadi koki, cepat habiskan sarapanmu. Habis ini kita langsung berangkat.”

Dengan semangat Anissa menjawab “oke ayah.”

Setelah makan, Anissa langsung diantar ke sekolah. Karena Anissa adalah anak yang aktif, maka banyak kegiatan sekolah yang diikutinya. Seperti paskibra, walau sebenarnya Anissa tidak diizinkan untuk mengikuti kegiatan ini.

Hari ini ia harus lebih ekstra lagi berlatih, seperti hari-hari sebelumnya. Ini dilakukan karena besok pasukan paskibra sekolahnya akan menunjukkan kemampuan mereka untuk memperingati hari kemerdekaan. Dan karena latihan ini lah kenapa akhir-akhir ini Anissa bergadang untuk mengerjakan tugasnya seperti tadi malam. Tidak ada waktu lagi untuk mengerjakan tugas selain malam hari.

Dan sesaat sebelum latihan paskibra berahir, semua anggota paskibra dikumpulkan dan disuruh duduk melingkar. Tak lama kemudian seorang pembina yang bernama Ilham maju untuk memberikan pengarahan. Sambil berkata,

“Adek-adek, besok kita akan menunjukkan kemampuan kita, kekompakan kita, kelihaian kita dalam baris-berbaris dan yang lainnya. Jadi saya meminta kalian besok menggunakan seragam paskib, dan jangan takut. Toh, kita sudah latihan keras beberapa hari ini. Selain itu kakak juga berterimakasih kepada kalian yang telah bekerja keras. Semoga sukses dan sampai ketemu besok”

Setelah itu semua anggota pulang ke rumah mereka masing-masing. Anissa pulang dengan tergesa-gesa karena latihan hari ini sangat lama. Ia takut ayahnya pulang sebelum ia sampai ke rumah. Ia berlari ke pangkalan ojek, dan meminta tukang ojek mengantarkan dirinya sampai rumah dengan cepat.

Ketika ia sampai di rumah, tak terlihat tanda-tanda kalau ayahnya sudah pulang. Lalu ia turun serta membayar ongkos ojeknya. Anissa langsung masuk kedalam rumah dan segera mandi. Sepuluh menit kemudian barulah ayahnya pulang.

Karena sudah kecapean, habis mandi Anissa langsung makan (mengisi perutnya yang lapar abis latihan) dan langsung tidur.

 

*****

Hari ini adalah adalah HUT RI (Hari Kemerdekaan Indonesia) yang ke-67. Dimana pada hari ini banyak yang membuat acara untuk memeriahkan HUT RI. Termasuk sekolahnya Anissa yang mengadakan lomba-lomba yang menarik dan bazar besar-besaran.

Karena Anissa adalah anggota paskibra, maka seharusnya ia menggunakan seragam paskib. Tapi Anissa tidak menggunakan seragam itu di rumah melainkan di sekolah. Ini dilakukan agar ayahnya tidak mengetahui bahwa ia mengikuti paskibra di sekolahnya. Sesampainya di sekolah, Anissa langsung menuju kamar kecil dan mengganti seragamnya sekolahnya menjadi seragam paskib. Setelah itu, ia langsung menuju barisan nya.

Karena panitia penyelenggaranya datang terlambat, maka Anissa dan pasukan paskibnya harus menunggu lama di bawah panas matahari pagi. Sampai-sampai Anissa berkata kepada dirinya sendiri bahwa berdiri lama di bawah panas matahari lebih capek dari pada latihan seharian.

Acara baru dimulai jam 10:00 pagi dan pasukan paskib sudah disuruh berbaris dari jam 08:00 pagi. Dan karena terlalu lama berdiri di bawah panas matahari, Anissa terlihat lemas. Sesaat sebelum tampil, Anissa jatuh pingsan dan mukanya terlihat pucat sekali. Ia dibawa ke ruang medis.

Lalu, kakak pembina menelpon ayah Anissa, untuk memberi tahu kalau Anissa sakit. Dan ayahnya berusaha datang secepatnya ke sekolah agar dapat mengetahui kondisi Anissa. Di sekolah, kakak pembina paskibra Anissa menyampaikan kepada ayah Anissa kenapa Anissa bisa pingsan.

Ayah Anissa terkejut karena anaknya adalah salah satu anggota paskibra. Padahal Ayah Anissa tidak pernah menyetujui kalau anaknya masuk paskibra ataupun kegiatan-kegiatan lainnya. Hal ini dilakukan karena ayah Anissa tidak mau kehilangan Anissa. Soalnya dulu Anissa pernah menderita sebuah penyakit yang membuat dirinya tak boleh kelelahan.

Setelah mendengar penjelasan dari kakak pembina paskibra, ayah Anissa langsung membawa Anissa yang masih pingsan ke rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, Anissa langsung diperiksa oleh dokter. Ia diberi invus dan oksigen. Ketika dokter selesai memeriksa Anissa, ayah Anissa bertanya kepada dokter “Anak saya sakit apa dok?”

Sambil tersenyum dokter pun menjawab “anak bapak tidak apa-apa. Dia hanya kelelahan saja, dan lebih baik anak anda tidak terlalu banyak aktivitas selama seminggu atau dua minggu ini.”

“Hmm, syukurlah. Kalau begitu trimakasih ya dok atas pertolongannya.” ujar ayah Anissa kepada dokter.

“Oh iya sama-sama, kalau begitu saya tinggal dulu ya pak.” Jawab dokter dan ayah Anissa membalasnya dengan mengangguk saja.

Tak lama kemudian, Anissa sadarkan diri dan ia melihat ayahnya di sampingnya. Lalu Anissa berkata “Ayah, Ayah kenapa di sini?”

Ayah Anissa pun menjawab “Ayah sedang menjaga anak Ayah yang bandel, sekarang ia sedang sakit”

Karena Anissa tahu kalau anak yang dikatakan ayahnya itu adalah dirinya. Anisa pun berkata,

“Maafkan Anissa Ayah, Anissa hanya ingin menjadi anak pintar dan aktif seperti ayah. Ayah itu adalah orang super yang dapat melakukan apa saja. Mulai dari pekerjaan ringan, hingga berat dapat Ayah lakukan dan Ayah hanya dapat tidur sebentar.”

“Oh ya sudah, mulai saat ini Ayah akan mengizinkan kamu untuk mengikuti mengikuti kegiatan di sekolahmu. Tapi ada syaratnya, kamu tidak boleh capek!” jawab ayah sambil tersenyum.

Mendengar jawaban dari ayah, Anissa pun menjawab dengan semangat.

“Baik Ayah, terimakasih.”

Setelah itu, ruangan terasa sepi. Ayah pergi menuju kursi yang berada di dekat jendela dan berkata kepada Anissa “Kamu sangat mirip dengan ibumu. Kalau sudah memiliki keinginan dan ingin melakukannya, tidak ada yang dapat menghentikannya.”

Mendengar ayahnya berkata seperti itu, Anissa terdiam dan melihat ayahnya.

“Ayah, sesungguhnya Ayah adalah orang yang paling hebat di dunia. Ayah dapat memenuhi kewajiban Ayah menjadi kepala keluarga, dan Ayah juga dapat memberikan Anissa kasih sayang seperti kasih sayang seorang ibu. Terimaksih Ayah, karena Ayah telah membuat Anissa merasa seperti mempunyai ayah dan ibu.”

Medengar perkataan itu, ayah Anissa langsung mengatakan,

“Itu Ayah lakukan karena ayah sayang sekali denganmu” sambil berjalan menghampiri Anissa yang sedang terbaring di atas kasur.

Semenjak malam itu, ayahnya lebih sayang kepada Anissa dan keluarga besarnya. Selain itu ayah Anissa juga menyisihkan waktu lebih banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga besarnya.

[Nurmaila Sari, santriwati angkatan ke-2 jenjang SMA, Pesantren Media]

Catatan: tulisan ini sebagai tugas menulis Cerpen di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By anam

Ahmad Khoirul Anam, santri angkatan ke-2, jenjang SMA di Pesantren Media | Blog pribadi: http://anamshare.wordpress.com | Twitter: @anam_tujuh

2 thoughts on “ia orang yang super”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *