Loading

Kamis, 16 Agustus 2012

Malam tadi aku muntah lagi. Aku tidak tahu bagaimana kejadiannya. Yang jelas, aku bangun malam-malam dan muntah di tempat. Ya… aku langsung membersihkannya dan tidur lagi.

Pagi ini, aku sahur. Setelah sholat Shubuh, aku tertidur. Tahu tidak? Aku seperti orang malas lho. Aku bangun jam setengah 12. Tapi aku kan sedang sakit. Jadi wajar lah..

Aku langsung disuruh Abi untuk berbuka. Aku hanya diam. Tapi di ruang makan, aku langsung dibujuk Umi dan Yang Ti untuk makan. Hmm.. ya sudah. Aku buka saja. Meski aku tidak ingin. Aku tidak puasa 3 hari deh..

Sore hari, setelah mandi dengan air hangat, aku diajak Abi untuk ke kota. Abi ingin membeli charger hp dan membeli titipan Umi.

Kami berangkat menggunakan mobil Bude Diyah. Di jalan, kami bertemu Bude Diyah dan Mbak Ayya.

Kami melalui perumahan Akademi Militer. Hmm.. dulu ketika aku TK, aku selalu diantar Abi lewat jalan ini.

Aku dan ‘pucuk’ Borobudur

Kemudian kami berhenti disebuah kios untuk membeli charger. Nama kiosnya Gondronk Cell. Abi ingin membeli rica rica enthok. Sebelum mencari, Abi menawarkanku untuk mampir ke TK lamaku. Aku tentu senang sekali.

Kami masuk kesebuah gang. Aku ingat, aku sempat tinggal di daerah sini. Jado aku berangkat sekolah jalan kaki bersama temanku, Annisa.

Abi juga mengingat kembali rumah-rumah orang-orang di sini. Aku melihat pabrik bandeng presto. Masih ada rupanya.

Kami sampai di TK lamaku, TKIT Al-Huda. Di Masjid Al-Huda, yang masih satu tempat dengan TK, sedang ada acara nonton bareng. Seperti di Komplek Laladon Permai, ya..

TK lamaku sudah berubah. Dulu, banyak sekali mainan. Ada perosotan, ada ayunan, ada jungkat-jungkit, dan banyak lagi. Namun sekarang, hanya ada perosotan. Kalau menurutku, ‘tidak seru’. Karena sekarang sore hari, TK sepi.

Aku dan Abi kembali melanjutkan perjalanan mencari rica rica enthok. Aku memperhatikan jalan, hanya aku tidak tahu nama tempatnya. Pokoknya sudah sampai.

Di tempat rica rica, ada pembeli orang cina. Mereka sepertinya bukan orang Islam. Karena mereka dengan enaknya makan. Lumayan juga pembelinya. Abi langsung memesankan dua porsi. Satu untukku, satu untuk Abi. Aku disuruh Abi untuk makan duluan. Abi mau mencari barang titipan Umi sambil menunggu waktu berbuka. Aku agak ragu, di sini banyak orang yang juga sedang menunggu waktu berbuka. Tapi Abi bilang, aku kan sedang sakit. Baiklah, aku langsung memakan rica rica enthokku. Hmm.. enak lho..

Abi sampai sebelum adzan. Kata Abi, nanti saja mencarinya. Karena sebentar lagi adzan. Dan benar. Abi langsung berbuka dan makan bersamaku.

Jumat, 17 Agustus 2012

Abdullah, bocah petualang

Pagi ini, aku bangun ketika waktu imsyak. Kata Abi, aku jangan puasa dulu, karena tadi malam, aku muntah lagi. Hmm.. aku tidak puasa 4 hari deh..

Aku, Mbak Ayya, Abdullah, Taqi, Muhammad, Mas Nunu, Mas Iyya, Mas Hafidz, Abi, Pakde Mono, Bude Diyah dan Eyang Kakung pergi ke kebunnya Eyang Kakung. Di sana, kami memetik buah semangka. Semangkanya Muhammad kecil dan penyok. Kata Yang Ti semangka cacat. Kami juga memetik jagung dan jeruk.

Kami ingin melihat ikan, tetapi ikannya ada yang sudah mati dan ada yang sedang sakaratul maut kata Abdullah. Yang sedang sakaratul maut Abdullah pindahkan ke kolam satu lagi. Kaki Abdullah jadi kotor terkena lumpur. Kata Abi, seperti bocah petualang. Ada beberapa ikan yang dibawa pulang untuk dimasak. Aku tertusuk kayu di atas kolam. Serpihan kayunya masuk ke dalam lapisan kulitku. Rasanya gatal dan sakit.

Kami juga melihat kelinci. Kelincinya ada 3. Kata Abdullah, yang satu warna putih, yang satu warna putih, yang satu lagi warna putih juga. Putih tiga-tiganya kalau begitu.

Sampai di rumah, aku meminjam jarum pentul Mbak Ayya untuk mengeluarkan serpihan kayu. Alhamdulillah, serpihan kayunya bisa dikeluarkan.

Anak-anak laki-laki, kecuali Muhammad dan Mas Hafidz, diajak Abi untuk Sholat Jum`at di Masjid Agung Magelang. Aku dan Muhammad bermain di kamarku dan Mbak Ayya. Lama-lama, Muhammad mengantuk lalu tertidur.

Beberapa saat, Muhammad menangis dalam keadaan tidur. Aku membawanya ke kamar Umi. Lalu aku Sholat Zhuhur dan makan siang sendiri ditemani Yang Ti yang sedang memeras jeruk.

Lalu aku tertidur sampai waktu menjelang Maghrib. Aku disuruh Umi untuk mandi dengan air hangat. Lalu makan dengan lontong tahu. Aku benar-benar seperti orang malas. Setiap hari hanya makan dan tidur. Tapi aku tidak malas. Hehe..

Sabtu, 18 Agustus 2012

Hari ini aku, ketiga adikku, Umi dan Abi pergi mengunjungi teman Umi di Desa Menoreh di kaki Gunung Menoreh. Letaknya di kecamatan Salaman, Magelang.

Kami melalui pasar tumpah. Di sana dijual banyak ikan, kambing, dll. Kami juga melewati sungai yang airnya kering sekali. Memang, sekarang sedang musim kemarau.

Umi (kedua dari kanan), Mbah Jar, Bu Muji, Bu Esti di rumah Mbah Jar

Pertama, kami ke rumah Mbah Imronah. Kami biasa memanggilnya Mbah Im. Beliau adalah seorang Mubalighoh. Tapi, saat itu ternyata Mbah Im tidak ada. Beliau sedang mengunjungi kerabatnya. Kami ditemui oleh Mbah Dah, kakaknya Mbah Im. Mbah Dah berusaha menelephone Mbah Im, tapi tidak nyambung. Umi dan Abi mengobrol dengan Mbah Dah menggunakan bahasa jawa. Aku tidak mengerti. Begitu pula adik-adikku.

Setelah dari Mbah Im, kami diantar Mbah Dah ke rumah Mbah Jar yang tak jauh dari rumah Mbah Im. Oh iya, beliau-beliau ini adalah penggemar setia Voice of Islam sejak pertama kali. Kata Umi, Umi ketemu Mbah Im ketika ada jumpa pendengar radio Tidar FM di Magelang sekitar tahun 2003. Waktu itu, Abi dan Umi merintis program dakwah radio di Magelang. Namanya Mutiara Fajar. Mbah Im pendengar setia Mutiara Fajar. Ketika ada jumpa pendengar, beliau mengajak remaja-remaja desanya mengikuti acara itu. Sesudah itu, Umi sering ke rumah beliau. Paling tidak seminggu sekali. Aku sering diajak. Kami ke sana naik bis besar, dilanjutkan dengan andong (kereta kuda). Aku suka naik andongnya. Walaupun perjalanannya capek, tapi karena ada andong, aku tetap suka. Umurku saat itu, hampir 4 tahun. Begitulah ceritanya. Sampai sekarang, hubungan baik tetap ada.

Nah sekarang di Rumah Mbah Jar, aku sedikit nyambung karena Mbah Jar kadang-kadang menggunakan bahasa Indonesia. Mbah Jar memanggil anak-anaknya untuk datang. Namanya Bu Esti dan Bu Muji.  Aku ditugaskan untuk menjaga Adek Muhammad yang tidak mau diam.

Aku dan adik-adikku diberi uang sebesar 20.000 masing-masing oleh Bu Muji. Alhamdulillah! Aku berterima kasih kepadanya.

Pulangnya kami berputar melewati komplek Candi Borobudur. Aku mengambil gambar dari luar. Kami tidak masuk, karena itu adalah tempat beribadah orang budha. Aku mencoba mengambil foto dari pagar luar. Hanya terlihat ujung puncak candi Borobudur di samping kepalaku yang terlihat lebih besar. Tidak apa-apa, yang penting sudah menjadi bukti kalau aku sudah lewat Borobudur.

Saat pulang, aku melihat ada lapangan tembak. Tapi ini tidak penting. Karena, untuk menunjukkan kami tidak salah jalan. Ketika berangkat, kami juga melewati lapangan ini. Jadi ketika pulang, kami juga harus melewatinya.

Ketika sampai di toko dekat rumah Eyang Kakung, kami berhenti. Aku lupa nama tokonya. Tapi toko ini, termasuk milik Eyang Haji. Eyang Haji itu, kakaknya Eyang Kakung. Tokonya ada dua di desa ini. Besar-besar.

Umi membelikan Abdullah, Taqi, dan Muhammad baju. Aku dan Muhammad juga dibelikan sandal. Aku dan Umi membeli kaos kaki.

Siang hari, aku membaca buku bersama Mbak Ayya di kamar. Lalu kami ditawari Pakde Mono dan Bude Diyah untuk jalan-jalan ke Artos, Armada Town Square.

Akhirnya setelah Ashar, Aku, Mbak Ayya, Pakde Mono, Bude Diyah, Abdullah, Taqi, Mas Nunu, Mas Iyya, dan Mas Hafidz berangkat.

Pertama, kami pergi mencari-cari toko roti pesanan Yang Ti di dekat Pasar Rejowinangun. Dulu, aku sering ke sini. Setelah ditemukan, baru kami berangkat ke Artos. Di mobil Pakde Mono, kami menonton Happy Feet 2.

Kebun Salak milik Eyang Kakung

Sampai di Artos, kami langsung memasuki Carefour. Di Artos, ada Carefour, Zoya, Solaria, J.Co, KFC, Matahari departement store, Toko Buku Karisma, Time Zone, Naughty, Starbuck coffee, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kata Umiku, kalau di sebuah kota sudah ada Carefour , Giant, J.Co dan StarBuck Coffee, itu menunjukkan kota ini sudah menjadi kota besar. Minimal sudah menjadi kota transit yang besar. Waktu aku tinggal di Magelang, tempat-tempat seperti ini tidak ada.

Ketika di Carefour, aku dan Mbak Ayya memisahkan diri untuk mencari makanan ringan. Akhirnya kami sampai membeli filet ayam dan bumbunya. Rencananya, kami akan membuat filet ayam goreng.

Setelah dari tempat belanja, aku dan Mbak Ayya pergi ke toko aksesoris. Di sana, ada jam pasir. Mbak Ayya ingin membelinya. Mbak Ayya memperhatikannya terus. Aku dibelikan Mbak Ayya dompet karena prihatin melihat dompetku yang kubuat sendiri dari bekas cover buku. Padahal, sebenarnya, bukan karena aku enggak punya duit buat beli dompet. Tapi, bagiku lebih menarik memakai dompet kertas buatan sendiri. Lebih kreatif gitu, lho! Tahu enggak, sih? Kalau di Pesantren Media itu, Putri, Wigati dan Ulfia, juga memakai dompet seperti itu. Udah gitu, kreasinya Abdullah pula!!! Bayangin aja sendiri. Udah gitu, Abdullah menjual kepada mereka Rp. 1000/ dompet. Hihi..!!

Nasibku pengen pakai dompet kreasi sendiri, tapi ternyata orang lain sedih melihatnya. Ya sudahlah. Rezekiku dapat dompet keren dan mahal. Gara-gara kreatifitas yang mengenaskan. Hehehe.. Nasib dompet itu kini, dipakai oleh Abdullah.

Setelah itu, kami disuruh Pakde untuk mencari Bude Diyah di kasir tempat belanja. Kami lama sekali menunggunya. Sampai perutku keruyuk-keruyuk. Badanku juga lemas. Mungkin karena aku sedang puasa.

Karena merasa telah lama menunggu, akhirnya aku dan Mbak Ayya mencari sendiri tempat yang akan dijadikan sebagai buka puasa. Ya itu, Solaria.

Aku kesal sekali. Waktu sudah menunjukkan waktu berbuka. Tetapi, minuman atau makanannya belum datang. Tidak lama, makanan datang. Tapi aku tidak enak kalau tidak minum dulu. Makananku dipesankan oleh Abdullah. Aku dipesankan nasi goreng sosis.

Akhirnya minuman datang juga. Tapi makanan Abdullah tidak datang-datang. Abdullah memesan nasi goreng udang. Akhirnya Abdullah makan berdua dengan Taqi.

Makanan Abdullah datang ketika semua sudah menghabiskan makanannya. Abdullah dibantu Taqi makan bersama Bude Diyah.

Selesai dari Solaria, kami jalan di Matahari departement store. Lalu kami kecuali Bude Diyah naik ke lantai atas. Kami hendak ke Time Zone. Mbak Ayya melihat dan mengajakku ke toko buku Karisma. Pengunjungnya sepi sekali. Setelah melihat-lihat sebentar, akhirnya aku dan Mbak Ayya menyusul yang lain ke Time Zone.

Di Time Zone, Mbak Ayya diberikan kartu oleh Pakde. Lalu bersama Mas Hafidz, kami bermain.

Kami pulang jam 7 lebih. Saat ingin keluar dari tempat parkir, antriannya penuh sekali.

Makam ibunya Eyang Kakung

Selama perjalanan pulang ke rumah Eyang Kakung, kami menonton animasi anak-anak, Larva. Mobil Pakde Mono ini jenisnya Proton. Ada layar VCD di depan dan di belakang sandaran-sandaran kursinya. Jadi, kalau anak-anak naik mobil ini, pada asyik nonton semua. Kekurangannya, jadi tidak bisa memperhatikan pemandangan sekeliling. Kata Abi, perjalanan jadi tidak berarti. Kalau aku naik mobil ini, pasti aku tidak bisa menceritakan banyak hal kepada kalian. Yah begitulah teknologi. Ada kelebihan dan kekurangannya.

Oh iya, tadi pagi kami juga berziarah ke Makam Ibunya Eyang Kakung.

Minggu, 19 Agustus 2012

“Allahu Akbar .. Allahu Akbar .. Allahu Akbar

Laailaaha Illallahu Wa Allahu Akbar

Allahu Akbar Wa Lillahilhamd”

Gema takbir terus bergema sejak kemarin malam. Aku agak sulit tertidur. Aku sering terbangun karena dipikir sudah pagi. Tapi Mbak Ayya tidak. Aneh, ya..

Akhirnya, aku hampir terlambat bangun. Tapi Umi tidak lupa membangunkan aku.

Foto bersama keluarga besar kami

Aku langsung disuruh mandi oleh Umi. Aku memasak air panas untuk mandi sendiri. Umi sudah menyiapkan baju lebaran yang aku beli di Teh Ika yang akan kupakai nanti.

Setelah air mendidih, aku mandi. Aku berganti baju dengan baju lebaran baruku.

Aku dan keluarga yang lain kecuali Abi dan kedua adikku sholat di dekat rumah Eyang Kakung. Namanya Masjid Jami Darul Hikmah. Masjid ini letaknya di samping kebun salak Eyang Kakung.

Ketika sholat ied, imamnya banyak yang salah dalam bacaannya. Ia membaca surat Al-A`laa dan Al-Ghosyiyah. Aku yang mendengarkan jadi risau.

Setelah sholat, kami makan ketupat dulu di rumah Eyang Kakung.

Setelah makan, kami langsung berangkat menuju Temanggung untuk bersilaturahim.

Kami melewati jembatan kali Progo. Di Sana ada tugu bambu runcing. Dulu, para pejuang dibantai di sini. Mayat-mayatnya dibuang ke kali Progo.

Pertama, kami ke rumah Eyang Yati. Eyang Yati itu kakaknya Yang Ti. Rombongan kami sampai lebih dulu di rumah Ryang Yati. Anak-anak laki-laki bermain bola sambil bergelut dengan Abi.

Keluarga yang lain mulai berdatangan. Rumah Eyang Yati semakin ramai. Para Eyang-eyang juga sudah menyiapkan THR untuk cucu-cucunya. Aku mendapat THR kira-kira Rp. 230.000. Alhamdulillah.. Mbak Ayya, dilebihkan. Katanya, yang kelas 3 SMP itu berbeda. Kami dikasih Rp. 20.000. Mbak Ayya, dikasih Rp. 50.000. Ya sudahlah, itu memang rezeki.

Setelah itu, kami berjalan beriringan menuju rumah eyang-eyang yang lain. Aku lupa kami kemana saja. Soalnya banyak sih, yang dikunjungi.

Yang terakhir adalah rumah Eyang Kakung dan Yang Ti. Kami sampai sekitar jam 2 siang. Di sini, kami makan siang. Ketupat, opor ayam, lidah sapi, dll sudah siap. Semua masakan itu, Yang Ti yang membuat. Hmm.., enak lho!

Aku mengobrol bersama Mbak Ayya di kamar. Lalu kami duduk-duduk di ruang tamu. Aku dan sepupu-sepupu perempuanku memanggilnya Tante Tuil. Aku juga tidak tahu kenapa. Katanya,

“Kok anak cewek diam aja? Enggak ada Dyandra, sih.. Coba kalau ada Dyandra, nanti jadi trio wek wek, deh.” Katanya sambil tertawa. Memang iya, sih.. Dyandra adalah adik sepupu kami. Dia belum datang. Katanya, ia baru datang besok.

Senin, 20 Agustus 2012

Pagi ini, aku dan Mbak Ayya membantu Eyang Ti dan Bude Diyah memasak Bakwan Jagung. Aku yang memasukkan sambil membentuk bakwan ke penggorengan, Mbak Ayya yang membolak-balik bakwannya. Kami melakukan ini terus-menerus. Hasilnya berbeda-beda. Ada yang kehitaman (alias hampir gosong), ada yang ketebalan, dan lain sebagainya komentar dari yang menikmati.

Kami memasak sampai sekitar jam setengah 9 pagi. Kami belum mandi. Tapi, Pakde Mono sudah mengajak kami jalan-jalan ke Artos lagi. Wah.., kami langsung segera sarapan dan mandi. Asyik, jalan-jalan lagi.

Sampai di Artos, anak-anak laki-laki dan Pakde Mono pergi ke Time Zone. Sedangkan aku dan Mbak Ayya berjalan-jalan ke berbagai toko aksesoris untuk mencari dompet handphone. Kami ke Naughty, Miu Shop, dll. Hihi.., di Miu Shop, Mbak Ayya meninggalkan sesuatu, lho!

Setelah berjalan-jalan, aku dan Mbak Ayya pergi ke Toko Buku Karisma. Aku dan Mbak Ayya tidak ke toko bukunya. Tetapi, kami pergi ke toko ATK-nya.

Di Toko Buku Karisma, aku melihat buku-buku gambar sketsa. Aku juga melihat kanvas. Begitu melihat kanvas, aku langsung teringat Husnia. Dulu, Husnia pernah ingin membeli kanvas. Aku langsung meng-sms Husnia. Tapi kata Husnia tidak usah. Ya sudahlah.

Aku dan Mbak Ayya hanya beli beberapa notebook dan pulpen.

Setelah dari Toko Buku Karisma, aku dan Mbak Ayya mampir dulu ke Time Zone. Abdullah, Taqi, Mas Nunu, Mas Iyya, Mas Hafidz, serta Pakde Mono sudah mendapat banyak tiket.

Kami makan siang di Solaria lagi. Haha.., Abdullah tidak mau memesan nasi goreng udang lagi. Akhirnya, Abdullah memesan menu andalan Solaria yang Mbak Ayya suka. Steak ayam. Memang enak, sih.

Mas Hafidz memetik semangka

Semenjak pagi, aku dan yang lainnya sudah menunggu kedatangan Dyandra dan Devin. Mereka adalah adik sepupu kami. Cucunya Eyang Kakung dan Yang Ti ada 11. Anaknya Pakde Mono dan Bude Diyah, Mbak Ayya, Mas Nunu, dan Mas Hafidz. Anaknya Umi dan Abi, aku, Abdullah, Taqi, dan Muhammad. Anaknya Tante Nina dan Om Andre, Dyandra, Devin, dan Derryn. Kalau semua cucu Eyang Kakung berkumpul, ramai sekali, lho!

Setelah makan siang di Solaria, kami kembali pergi ke Time Zone untuk menukar tiket-tiket yang sudah kami dapat dengan barang-barang. Wow, ternyata, kami dapat 800 tiket labih lho. Cukup banyak barang yang dapat ditukar.

Sementara anak laki menukar tiket, aku dan Mbak Ayya ke Toko Buku Karisma untuk menukar sebuah pulpen yang macet tidak keluar tintanya.

Sebelum pulang, kami ke Zoya. Mbak Ayya memilih-milih kerudung di sana. Sedang asyiknya memilih, Mbak Ayya dan aku yang menemani baru sadar kalau kami sudah ditinggal. Hihi, kami langsung bergegas menuju tempat parkir.

Saat kami pulang, Dyandra dan Devin sudah menunggu di rumah Eyang Kakung. Asyik!

Selasa, 21 Agustus 2012

Malam ini, aku, Mbak Ayya dan Dyandra, tidur di kamar belakang. Karena, kamar yang aku dan Mbak Ayya pakai sebelumnya dipakai oleh Om Andre dan Devin. Tante Nina dan Derryn tidur bersama Yang Ti di kamar Yang Ti.

Kami kedinginan. Lalu, Mbak Ayya membuatkan kami semua Milo hangat. Yang Ti memasak bubur. Aku sangat suka bubur Yang Ti. Kemudian, aku diajari Yang Ti membuat bubur. Aku langsung mempraktekkannya dibantu Yang Ti.

Pertama, Yang Ti memasak beras di dandang dengan air yang banyak. Sementara itu, aku memarut kelapa. Saat nasi sudah agak melembek, santan dari kelapa yang baru diparut tadi dimasukkan bersama garam ke dalam dandang berisi nasi yang mulai melembek. Lalu diaduk-aduk. Jangan sampai nasinya menempel di dandang. Setelah matang, diangkat. Aku sangat berterima kasih kepada Yang Ti.

Sekitar jam 9 pagi, kami semua, kecuali Tante Nina, Om Andre dan Derryn, pergi ke Japunan untuk silaturahim dengan keluarga besar keturunan (Trah) Eyang Niti Dinoyo. Tante Nina, Om  Andre dan Derryn tidak ikut, karena mereka hendak pergi ke Solo.

Japunan, tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah Eyang Kakung. Oh iya, sebelum ke sana, kami berkunjung ke Mbah Jas. Mbah Jas adalah teman pengajiannya Eyang Kakung. Rumahnya di dusun sebelah.

Aku juga menelephone Nenek Ani. Nenek Ani adalah Tantenya Abi.

Di pertemuan trah Eyang Niti Dinoyo, ramai sekali. Di sana, ada sambutan-sambutan para sesepuh. Mereka adalah eyang-eyang. Berhubung ustadz yang memberi tausiyah tidak datang, maka Umi diminta oleh eyang-eyang untuk memberikan tausiyah. Kebetulan Abi juga waktu itu pamit sebentar karena diundang untuk memberikan tausiyah di pertemuan trah keluarga tetangganya Eyang Kakung. Jadi, yang kebagian memberikan tausiyah di pertemuan keluarga ini. Abi dan Umi dikenal sebagai Da`i-Da`iyah di lingkungan keluarga dan tetangga Eyangku. Umi  memberikan tausiyah tentang silaturahim. Lalu ada salam-salaman kepada seluruh keluarga. Lama, lho! Karena banyak sekali. Baru, setelah itu, acara makan-makan.

Oh, iya. Diakhir acara, ada pembagian dorprice. Abi dan Taqi dapat, lho! Aku dan Umi juga dapat, tapi isinya; tulisan ‘DOR!’. Yah, kami memang belum beruntung.

Keluarga Mbak Ayya dapat 3. Pakde Mono, Mas Hafidz, dan Mbak Ayya.

Sebelum acara selesai, anak-anaknya, diberi bingkisan berupa kue-kue dari nissin. Hihi.., aku Mbak Ayya, dan Dyandra juga diberi. Artinya kami masih dibilang anak-anak.

Di rumah, kami bermain bersama Rara. Namanya Amara Aulia Dewanti. Dipanggilnya Rara. Rara adalah cucunya adiknya Eyang Kakung. Jadi masih sepupu kami.

Awalnya, kami bermain kotak pos. Kotak pos cara bermainnya adalah;

Ada satu orang yang matanya ditutup. Ia harus mencari teman-teman yang lain. Ia boleh berkata jalan atau berenti.

Kami bermain dengan mengganti nama kami. Kami jadi bingung. Karena masing-masing dari kami memakai nama yang berbeda. Tapi tidak apa-apa. Itu jadi semakin seru.

Abdullah mindahin ikan

Setelah bermain kotak pos, kami bermain benteng-bentengan. Awalnya kelompokku, Dyandra, aku, Mas Iyya dan Taqi. Kelompok Abdullah, Abdullah, Mas Nunu, Devin dan Rara. Lalu diubah. Aku jadi kelompok Abdullah. Kami bersama Devin dan Rara. Kelompok Dyandra, Dyandra, Taqi, Mas Nunu dan Mas Iyya. Permainan berlangsung seru dan agak lama. Sampai kami merasa lelah.

Kami beristirahat sambil mengobrol. Lalu, aku, Mbak Ayya, Dyandra, dan Rara berfoto-foto. Tapi maaf, fotonya tidak disertakan. Karena, Dyandra dan Rara tidak memakai kerudung.Keluargaku dan Mbak Ayya memang akan pulang besok.

Sore hari, aku, Umi, Abi, Abdullah dan Taqi membereskan barang-barang kami untuk pulang ke Bogor. Muhammad hanya melihat saja.

Malam hari, aku bermain bersama Mbak Ayya dan anak laki-laki. Karena, Dyandra dan Rara asyik dengan Blackberry mereka. Aku mempertontonkan film Upin Ipin berjudul Cerita Kami. Mereka asyik menonton, aku tertidur. Aku bengun ketika film selesai diputar. Aku langsung mematikan netbookku dan tidur. [Fathimah NJL, santriwati Pesantren Media, Kelas 1 SMP]

Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis diary di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *