Perilaku homosek bukanlah suatu hal yang baru. Ia sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Sejarah mencatat, perilaku menyimpang sudah ada sejak jaman Nabi Luth. Pada jaman Nabi Luth, kegiatan homoseks hanya terbatas pada sesame laki-laki (gay). Semakin lama, kita tahu bahwa perilaku menyimpang ini juga ditemui pada kaum wanita (lesbian).
Allah melarang manusia memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis. Hukuman yang diberikan bagi mereka yang melanggar pun sangat keras. Awalnya mereka akan dibina, diingatkan dan diberi tenggat waktu untuk berpikir dan bertobat. Jika dalam waktu tertentu mereka tidak bertobat, maka hukuman mati diberikan kepada mereka. Bentuk eksekusinya pun bebas, bisa dirajam, digantung, dibakar, dan lain sebagainya. Hukuman mati ini diharapkan dapat memberikan efek jera pada para homoseks yang lain.
Para homoseks dan pendukungnya sejatinya adalah adalah orang-orang yang bodoh. Bodoh dalam artian mereka tidak belajar tentang hukum-hukum Allah. Atau juga bodoh dalam artian tidak mau dan tidak mampu merenungkan makna di balik dilarangnya kegiatan mereka. Yang ada di kepala mereka hanyalah kekesalan dan umpatan. Mereka menilai Islam hanyalah agama kolot yang ketinggalan jaman, melanggar HAM, sadis, dan lain sebagainya.
Jika mereka mau merenungkan lebih mendalam, ada sebuah bentuk kasih sayang Allah di balik larangan. Ibarat seorang anak yang dilarang hujan-hujanan oleh ibunya. Setelah diminta berhenti berkali-kali dan si anak tak berhenti juga, sang ibu dating dan kemudian menjewer telinga sang anak. Bukan karena sang ibu kejam terhadap anaknya. Sang ibu ingin si anak berhenti main hujan-hujanan karena dikhawatirkan akan sakit.
Kita bisa membayangkan jika seluruh penduduk bumi ini berubah menjadi homoseks. Sudah dapat dipastikan bahwa dalam kurun waktu satu generasi, makhluk bernama manusia sudah tinggal sejarahnya saja. Tidak akan muncul keturunan yang akan melanjutkan tonggak estafet kehidupan. Allah adalah pencipta manusia. Dia mengetahui tentang seluk beluk manusia melebihi pengetahuan manusia terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, Allah lebih tahu mana yang boleh dan tidak boleh dikerjakan manusia. Maka, apakah kaum homoseks yang bodoh itu sudah merasa lebih pintar dari Tuhan mereka? (Farid Ab/famedo.blogspot.com | Santri Pesantren Media)
Catatan: Tulisan ini adalah tugas dari mata pelajaran Menulis Kreatif di Pesantren Media