Loading

Gara-Gara Pemilihan Kata

Peresensi         : Zadia Mardha

Judul               : Darmo Becak Mendemo Tuhan

Penulis             : S. Chamiemah / Siti Hamimah

Tahun Terbit   : Cetakan pertama, 2004

Penerbit           : Al-Ghiyatas – Prisma Media

Halaman          : xiii + 114

Kehidupan selalu memiliki muara, tergantung muara seperti apa yang kita inginkan. Tapi muara ini akan kita dapatkan jika sudah melalui semua fase-fase dari kehidupan yang sudah digariskan oleh Yang Mencipta lewat takdir.

Untuk kehidupan yang masih kita jalani sekarang, belum kelihatan muara seperti apa yang akan kita dapatkan. Sesuai keinginan, atau jauh dari ekspektasi? Bagi saya, buku karya Siti Hamimah dengan nama pena S. Chamiemah menghadirkan beragam cara untuk mendapatkan muara. Baik yang sesuai dengan keinginan maupun yang jauh dari ekspektasi karena alasan duniawi.

Lewat delapan judul cerpen yang dirangkum dalam ‘Darmo Becak Mendemo Tuhan’, S. Chamiemah membawakan cerpen bertajuk religius. Dengan ide dari tiap cerpen yang segar dan beragam, cerpen-cerpen karya penulis membuka mata saya tentang hal-hal yang sebenarnya dianggap remeh, tapi penting dalam kehidupan.

Pengantar oleh penerbit memberikan tema besar antar tiap tulisan yaitu cerita yang mengedepankan kebebasan yang cerdas sebagai anugerah Sang Pencipta. Tema ini membuat saya takut, awalnya, tapi ketika dibaca saya merasa buku ini cukup baik untuk dibaca.

Yang menarik adalah, penulis selalu membawakan tiap judul dengan alur yang berbeda sehingga tidak membuat jenuh untuk dibaca. Tidak hanya menghadirkan cerita tokoh yang tuntas, penulis membawakan salah satu cerita berakhir menggantung. Ini merupakan simbol bahwa kehidupan tidaklah benar-benar berakhir selama kita belum sampai ke muara.

Nilai tambah lainnya dalam karya-karya penulis, penggambaran latar suasana yang jelas memudahkan untuk mendalami bagaimana perasaan tokoh dalam cerita. Adanya kosakata-kosakata yang bergaya puitis juga membuat saya turut menikmati alur cerita.

Namun sayang, kata-kata yang dipilih oleh penulis membuat cerita terkesan berat. Latar tempat dan waktu yang kurang jelas di beberapa judul juga menghalangi untuk memahami alur cerita. Tidak adanya kalimat penjelas untuk menggambarkan keadaan suatu tokoh membuat cerita lebih terkesan ‘berat’ untuk dibaca.

Yang paling menonjol bagi saya dalam beberapa cerita adalah kata-kata yang digunakan oleh penulis terkesan vulgar dan terlalu blak-blakan. Belum lagi cerpen pembuka ‘Darmo Becak Mendemo Tuhan’ berat untuk untuk saya baca pertama kali. Selain judulnya yang terkesan buruk, isi cerita yang menghadirkan percakapan para malaikat untuk menanggapi demo Darmo malah tampak seperti melecehkan para malaikat.

Cover buku dengan penggambaran tokoh Darmo menurut saya kurang menarik, karena selain gambarnya yang pecah, sampulnya juga dibuat seadanya. Sehingga tidak membuat orang tertarik untuk membaca dan memberi kesan ‘kuno’ pada buku.

Selain judul buku dan judul cerpen yang lebih baik diganti karena memberi kesan bahwa Tuhan bisa didemo atau ditentang. Menurut saya buku ini bagus untuk dibaca karena dibalik pembahasan dan idenya yang segar, hikmah yang bisa diambil juga cukup banyak meski harus dipahami terlebih dahulu isi ceritanya karena penulis menyampaikannya secara tersirat.

 

[ZMardha] willyaaziza

By Zadia Mardha

Santri Pesantren Media kunjungi lebih lanjut di IG: willyaaziza Penulis dan desainer grafis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *