Loading

“You can if you think you can”

Pepatah inggris itu benar sekali. Ketika aku merasa tidak yakin, Abi selalu mengingatkanku dengan kata-kata itu. Kamu bisa jika kamu berpikir kamu bisa.

Di Pesantren Media, Abi membuat santri-santri yang pernah diajarnya beberapa kata.

“Gampang kalau Bisa, Bisa kalau Biasa, Biasa kalau diPaksa.”

Artinya, kalau ingin bisa, kita harus membiasakan diri. Nah, supaya biasa, awalnya kita harus memaksakan diri. Sesuatu yang baik tidak akan menjadi kebiasaan bila kita tidak memaksakan diri mengerjakan kebiasaan baik itu.

Sejak kecil, aku diajarkan agar selali membiasakan diri melakukan hal-hal yang baik. Misalnya membaca dan menghafal Al-Qur`an, merapikan tempat tidur sendiri, dan hal-hal lainnya.

Aku pernah berkata kepada Umi, “Umi, sempoa itu sulit, ya. Kakak tidak bisa.” Kataku ketika aku belajar sempoa. Dengan lembut, Umi menjawab, “Kakak tidak bisa, karena kakak masih belum terbiasa. Apakah dulu kakak bisa mengendarai sepeda?” aku menggeleng. “Lalu mengapa sekarang kakak pandai mengendarai sepeda?” Tanya Umi lagi. “Mungkin karena kakak selalu naik sepeda setiap hari.” Umi mengangguk. “Nah, seandainya kakak tidak mau belajar naik sepeda dengan tekun, apakah kakak bisa naik sepeda? Tentu tidak, kan. Karenanya, supaya kakak ingin pandai dalam melakukan suatu pekerjaan, kakak harus berlatih hal itu dengan tekun. Dengan begitu, kakak akan terbiasa melakukan hal tersebut tanpa kakak sadari.”

Begitulah, Umi dan Abi selalu memberikan motivasi agar aku tekun mengerjakan suatu pekerjaan. Kata mereka, jika aku ingin pandai dalam mengerjakan suatu pekerjaan, aku harus menyukai pekerjaan itu dahulu. Kemudian, aku harus memaksa keadaanku agar pekerjaan itu bisa kukerjakan dengan terus menerus. Kalau sudah terbiasa mengerjakan suatu pekerjaan, kita pasti akan mudah dalam mengerjakan pekerjaan itu.

Maka benar yang Abi katakan. You can if you think you can. Gampang kalau bisa, bisa kalau biasa, biasa kalau dipaksa.

[Fathimah NJL, Keas 3 SMP, Santriwati angkatanke-1 Jenjang SMP, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *