Loading

“Amandaaa!!”

Perasaan kalut menyelimuti seorang wanita paruh baya. Berlari sekuat tenaga menghampiri gadis kecil yang terbaring tak berdaya di jalanan. Saat dihampiri gadis kecil itu telah bersimbah darah. Darah keluar dari mulut, hidung, telinga, dan di bagian tubuh yang tergores. Matanya tetap terpejam walau sang wanita paruh baya itu mengguncang tubuhnya dengan kuat. Tak ada respon, gadis kecil itu sama sekali tak bergeming. Wanita paruh baya itu menangis meraung-raung, berteriak kesetanan sambil memeluk gadis kecil itu. Orang-orang yang lalu lalang berhenti, penasaran dengan apa yang terjadi. Saat melihat sesuatu dalam pelukan wanita paruh baya itu mereka terkesiap.

“Tolong.. siapa saja, telepon ambulan..”  dengan suara bergetar wanita itu mengatakannya.

Beberapa orang menelpon nomor yang sama, semua merasa berjasa, penting, dan perhatian. Sesaat setelah itu terdengar raungan sirine dari kejauhan. Paramedis segera turun dan mengangkut sang gadis kecil ke tandu dan memasukkannya ke dalam ambulan. Tangan wanita itu masih menggenggam erat tangan gadis mungil itu. setelah berdiskusi singkat wanita itu masuk juga ke dalam ambulan. waktu kedatangan ambulan hingga pergi kembali kurang dari 5 menit. Kerumunan telah menghilang secepat mereka datang.

Sementara dalam ambulan paramedis berusaha mempertahankan nyawa gadis kecil agar tetap di tubuhnya.

###

Tok! Tok! Tok!

“Ya, sebentar..” terdengar sahutan dari dalam rumah.

Ceklek..

“Cari siapa dek?” bertanya pada remaja laki-laki yang mengetuk kediamannya. Remaja itu mengenakan seragam pemain baseball.

“Maaf buk.. saya hendak mengambil bola kasti yang terlempar ke dalam rumah ini…” Jawab remaja itu takut-takut.

Ibu itu mengerutkan dahinya dan memandang bingung remaja di depannya.

“Bolanya masuk melalui jendela ruangan di lantai 2 yang terbuka buk.. boleh saya mengambilnya.” Seolah mendapat pencerahan ibu itu tersenyum.

“Silahkan..silahkan nak, mari ibu temanin ke atas.”

Tok! Tok! Tok!

Tak terdengar suara dari dalam.

Ibu itu mengambil keputusan, pintu ruangan itu dibuka. Terlihat seorang gadis terbaring di ranjangnya sedang memandang langit melalui jendela yang terbuka. Dalam genggamannya terdapat bola kasti.

“.. pemuda ini datang ingin mengambil bolanya.. ”

Gadis itu berbalik menatap 2 orang yang berada di muka pintu kamarnya. Gadis itu tersenyum, lalu mengulurkan bola kasti. Tangan terulur gadis itu tak berhenti bergetar. Pemuda itu menatap air muka sang gadis. Ia menundukkan kepalanya menatap tangan gadis itu dalam diam, tak bergerak. Ia seakan terhipnotis , tenggelam dalam mata biru milik sang gadis yang sesaat di lihatnya. Begitu indah, bahkan lebiih indah dari lautan. Hening.

###

Drap..Drap..Drap..

Di kejauhan tampak vincent sedang berlari-lari kecil menuju wanita separuh baya di depan UGD. Menghampiri wanita yang duduk tercenung dengan pakaian yang berlumur darah. Di sudut mata wanita itu mengucur air mata yang tak berhenti. Sesaat dia terkesiap, dengan suara yang ditahan agar tidak bergetar bertanya pada istrinya.

“Kirana.. Apa yang terjadi sayang? Dimana amanda?”

Tak terdengar jawaban apapun dari mulut kirana. Ia memandang lurus ke depan, pikirannya terbang entah kemana. Melihat hal itu vincent nelangsa, tak banyak yang dapat ia lakukan. Ia duduk di samping istrinya dan mendekapnya. Berusaha membagi sedikit kekuatan agar kuat menghadapi ini semua. Sementara pikirannya berkecamuk meneriakkan satu hal Amanda!

 

###

 

Pria itu telah kembali ke dunianya. Aku tak tahu apakah ia akan mengunjungiku setelah ini. Aku harap ia kembali. Menemui dan mengajakku mengobrol. Mengenalkan dunia luar padaku. Aku hanya mengetahui dunia di luar sana dari buku-buku yang kubaca. Papa selalu sibuk mencari pengobatan untuk mengobatiku. Tak punya waktu menemaniku, sekedar bercerita atau menanyakan keinginanku. Aku hanya ingin satu. Pergi ke luar dan mencari tahu tentang dunia tempat aku hidup. Aku bosan hanya melihat gambar di buku-buku, aku ingin melihat dengan kedua mataku sendiri. Tapi sepertinya itu tak akan pernah bisa terjadi. Mungkin  seumur hidup aku tak akan bisa keluar dari penjara tak terlihat yang membelengguku.

###

Tak lama dokter keluar dari ruangan UGD. Kirana beserta Vincent segera menemui sang dokter.

“Maaf Pak,Buk.. Kami sedang melakukan yang terbaik sekarang.. Mohon bersabar.. Kami akan segera melakukan operasi besar, semoga tidak terlambat.. ”

Hanya itu kata-katanya setelah sejam berada di UGD. Tidak menenangkan sama sekali. Kirana histeris lalu tubuhnya terkulai dalam pelukan Vincent. Wanita itu kehilangan kesadarannya.

*Bersambung*

By Zahrotun Nissa

Zahrotun Nissa, santriwati angkatan ke-3 jenjan SMA, kelas 2 | Asal Tegal, Jawa Tengah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *