Loading

Sebenarnya agak bingung, sih, dengan judul perjalanan menuju rumah. Kenapa? Karena saat kutulis ini, aku malah berpikir, sebenarnya rumahku itu yang mana? Karena banyak sekali tempat yang aku nyaman tinggal di sana. Karena memang itulah fungsinya rumah. Menjadi tempat kembali dan kita merasa nyaman di sana.

Tempat yang aku tinggali sekarang adalah asrama Pesantren Media. Walaupun kusebut asrama, tapi aku tidak pernah merasa kamarku ini seperti asrama sekolah. Kenapa? Karena Ibu dan adik-adikku tinggal beberapa pintu dari kamarku. Rumah selanjutnya adalah rumah milik Umiku. Yang di sana aku telah menghabiskan waktu untuk tinggal selama kurang lebih 7 tahun. Sebagian besar kenangan masa kecilku kuhabiskan di rumah itu. Bahkan barang-barangku yang tidak terlalu sering kupakai masih ditinggal di sana.

Rumah ketigaku adalah rumah kakekku. Walaupun kadang aku merasa takut kalau berada di sana sendirian, tetapi aku merasa nyaman. Di rumah kakekku, ada kenangan masa kecilku juga. Di sana ada album foto yang menampilkan seorang anak perempuan yang mirip denganku, yaitu aku. Hihihi.. Berapa kali pun aku membolak-balik album-album di sana, aku tidak pernah bosan.

Oke, deh. Cerita tentang perjalanan menuju rumah kali ini, adalah perjalanan dari rumah kakekku menuju asramaku.

Aku sudah berada di rumah kakekku di Magelang, sejak hari ke-3 lebaran. Aku pergi ke sana bersama Umi, keempat adikku, dan juga Pak Oleh. Namun Pak Oleh pergi lagi keesokan harinya untuk berlebaran di rumah keluarga baruku di Lampung. Aku pernah menceritakan tentang ini pada ceritaku sebelumnya kalau ada yang membaca.

Aku dan keluargaku berada di Magelang selama 2 minggu. Setelah mengantar adik pertamaku, Abdullah, untuk sekolah di Jogja, kami berangkat dari Magelang.

Selasa, 11 Juli 2017

Kami berangkat sekitar jam 7 pagi dari rumah Eyang Kakung. Sebelum meneruskan perjalanan, kami mampir dulu di rumah saudara dari kakekku untuk berpamitan. Baru setelah itu perjalanan dimulai.

Rumah Eyang Kakung letaknya di Dusun Bintaro, Desa …, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Dari rumah Eyang Kakung, aku bisa melihat gunung Sumbing, Merapi, dan Merbabu. Rumah Eyang Kakung sangat dingin. Sehingga kadang aku tidak berkeringat selama beberapa hari di sana.

Kami keluar menuju Japunan. Kemudian meneruskan perjalanan menuju Magelang Kota. Jalanan di Magelang tidak macet seperti di Jakarta atau Bogor. Walau pun terkadang ramai, tapi jarang sekali terjadi kemacetan.

Aku sangat senang dengan pemandangan Magelang. Karena itu semua mengingatkanku pada kenanganku saat masih TK dulu. Walau pun pemandangannya sudah tidak sama lagi, tetapi aku masih bisa mengingat sedikit seperti apa dulunya.

Setelah sampai di alun-alun Kota Magelang, kami berbelok menuju arah Temanggung. Kemudian berbelok untuk mencari penunjuk jalan menuju Weleri di Utara. Aku tidak terlalu mengingat nama-nama daerah yang kami lalui. Dan aku juga mengakui bahwa ingatan jangka pendekku tidak terlalu kuat. Kecuali kalau diulang-ulang. Terutama ketika menghapal jalan. Wah.. Aku akan menyerah.

Yang aku ingat, perjalanan menuju utara sangatlah memusingkan. Jalanannya memiliki banyak belokan, tanjakan, serta turunan. Bagi orang yang mudah mabuk kendaraan, mungkin sudah tidak kuat. Alhamdulillah perjalanan kali ini tidak ada korban mabuk kendaraan.

Singkat cerita, akhirnya kami sampai di Weleri dan mulai berkendara menuju Barat. Walau pun aku tidak bisa menjelaskan secara detail, tapi aku mengingat urutan kotanya. Tentu saja karena aku sudah sering pergi ke Magelang naik kendaraan darat. Aku tidak ingat perjalanan menuju Selatan karena biasanya aku akan tertidur ketika naik turun menuju Temanggung.

Kami melewati jalur Pantura. Kalau saat berangkat kemarin kami memakai jalan Tol yang baru, kali ini tidak. Di Tegal, kami berhenti untuk makan siang. Kami sudah menjama’ sholat Zhuhur dan Ashar sebelumnya di sebuah masjid di Kabupaten Tegal. Kemudian kami pergi ke sebuah restoran yang menjadi kesukaan kami.

Sebenarnya di sini ada beberapa musibah yang menimpa kami. Tetapi aku rasa, aku tidak ingin menceritakannya.

Kami melanjutkan perjalanan dengan membuat suasana kembali bergembira. Walau pun pada akhirnya masih ada rasa sedih  ketika obrolan berakhir. Kami masuk ke jalan tol menuju Cirebon. Tidak terasa, kami akhirnya sudah keluar di daerah Cirebon menuju Kuningan.

Nah, malam ini, kami sekeluarga akan menginap di rumah Ibunya Pak Oleh. Keluarga yang lain sudah ada di sana dan menginap beberapa lama. Besok, kami akan bersama-sama pergi ke Bogor.

Di Kuningan, kami bersilaturahim ke beberapa rumah. Aku memang belum mengenal anggota keluarganya. Dan juga bahasa sundanya banyak yang aku tidak paham. Tapi lama-kelamaan pasti akan bisa membaur.

Karena memang sudah malam, dan aku memang sudah sangat lelah, begitu sampai di rumah Neneknya saudara-saudaraku, aku langsung merebahkan diri di tempat tidur. Sebelumnya tentu saja aku beramah-tamah dahulu. Tapi karena memang sudah sangat lelah, ketika punggungku menyentuh kasur, maka mataku langsung terpejam. Huft..

Rabu, 12 Juli 2017

Ketika aku terbangun, aku langsung menyadari di mana aku berada. Padahal ini adalah pertama kalinya aku bermalam di sini. Aku pergi ke kamar mandi setelah Umi. Langit di luar masih gelap. Tentu saja, karena ini masih sepertiga malam. Setelah Umi kembali ke kamar, aku pergi untuk mandi. Suhu air di kuningan tidak dingin. Mungkin rasanya seperti di Parung. Aku sudah 2 minggu mandi di Magelang yang airnya dingin sekali. Ketika adzan Shubuh, barulah mulai terdengar langkah kaki yang lebih banyak.

Aku sholat Shubuh berjama’ah dengan Umi. Setelah itu, aku ikut duduk di ruang tengah untuk sekedar menghadirkan diri dalam keluarga. Entah mengapa, aku kurang percaya diri untuk berada di sebuah lingkungan. Sama halnya ketika aku bersama sepupu-sepupuku. Huft.. Aku sangat kecewa dengan diriku sendiri.

Tidak banyak yang kulakukan. Yah, karena aku juga tidak tahu harus melakukan apa. Sekedar mondar-mandir keluar masuk rumah, kemudian duduk lagi, kemudian ke luar lagi, dan sebagainya. Aku bersama Maryam setelah memandikannya. Umi, Bu Nur, dan Pak Oleh membereskan mobil untuk perjalanan ke Bogor nanti. Kini mobil yang akan dibawa ada dua.

Setelah berpamitan, barulah kami berangkat. Kami berkendara dengan beriringan. Mobil Panther di depan, mobil Exora di belakangnya. Aku duduk di bangku depan di samping Umi yang mengemudikan Exora. Di bangku belakang ada Bu Nur dan anak-anak kecil, seperti Muhammad, Thoriq, Maryam, dan Ulfah. Sedangkan yang lainnya ada di Panther.

Kami masuk ke jalan Tol dari Cirebon dan keluar di gerbang Tol Depok. Kami beberapa kali berhenti di rest area untuk ke kamar mandi dan beristirahat. Sepanjang perjalanan, aku tidak tidur. Karena aku merasa Umi harus ditemani. Walau pun aku beberapa kali aku mengantuk. Aku mengobrol dengan Umi untuk menghilangkan rasa kantuk. Akhirnya kami ke luar di daerah Depok. Kami berhenti sejenak di Masjid untuk Sholat Zhuhur dan makan siang. Kemudian baru melanjutkan perjalanan menuju Parung.

Ada insiden lagi yang terjadi di tengah perjalanan di Depok. Tapi sekali lagi aku tidak ingin menceritakannya. Pokoknya, saat melanjutkan perjalanan, aku jadi tegang sekali. Dan baru tenang ketika mobil berhenti di depan asrama. Alhamdulillah.

Ini adalah perjalanan yang singkat. Dan memang terasa singkat bagiku, namun kejadian-kejadian mengecewakan yang kualami selama 2 hari ini mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran berharga bagiku.

Sekarang aku sudah sampai di asrama. Besok teman-teman yang lain akan datang. Saatnya bersiap-siap untuk kembali ke sekolah. Sesampainya aku di kamar, aku langsung membersihkan teras, kamar dan kamar mandi sampai ke sudut-sudutnya.

[Fathimah NJL, Kelas 3 SMA, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *