Hari ini hari Sabtu. Tanggal 19 Maret 2016. Sore ini aku tidak lagi berada di Bogor. Sejak siang tadi, aku telah mendarat di Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Aku berangkat bersama Abdullah, Pakde Mono dan Eyang Kakung menuju Magelang dari Jakarta. Aku dan adikku Abdullah akan menemani Eyang Kakung selama seminggu di Magelang. Dan tulisan ini adalah laporan perjalananku yang menyenangkan hari ini.
Aku sudah mengetahui rencana keberangkatan ini sejak jauh-jauh hari. Umi telah memberitahuku sejak awal bulan Maret. Tanggal 26 Maret nanti akan ada pengajian 100 hari setelah wafatnya Yang Ti, nenekku. Umi tidak bisa menemani Eyang Kakung karena banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggal di Bogor. Jadilah aku dan Abdullah yang menggantikan tugas umi itu.
Aku meminta umi untuk mengingatkan apa tugasku di Magelang. Kalau dijalani Insya Allah tidak akan sulit. Dan perjalananku pun dimulai.
Malam sebelum keberangkatan, aku telah menyiapkan semua keperluanku. Pakaian dan keperluan lain telah kumasukkan ke dalam tas. Hp, laptop dan kacamata juga kubersihkan. Laptop dan hp tidak lupa ku charger malam itu. Perlengkapanku tidak banyak. Cukup dimasukkan ke dalam satu tas ransel. Aku akan menitipkan laptopku ke tas Abdullah. Karena laptopku itu lumayan berat. Abdullah pasti lebih kuat. Dia kan laki-laki.
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Jam 3.30. Sebenarnya aku sudah mulai terbangun sejak jam 2.30. Tetapi aku masih ingin membenamkan kepalaku ke dalam selimut. Kipas angin di kamar santri akhwat membuat mataku kembali mengantuk setelah aku melihat jam. Tetapi aku tidak ingin tidur lagi setelah jam 3.30. Maka aku bangun.
Seperti biasa aku turun untuk ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Lalu aku sholat Tahajjud di kamar bawah. Setelah itu aku menyiapkan baju dan perlengkapan mandi. Kemudian aku mandi.
Saat Shubuh, semua santri akhwat sudah bangun. Pagi ini memang tidak ada jadwal karena kami harus bersiap untuk pergi ke Pengajian Tafsir dan Hadits pagi nanti. Biasanya aku juga begitu. Tapi karena hari ini aku ada jadwal lain, maka aku juga bersiap. Tapi untuk yang lain.
Kata Umi, umi akan mengantar aku dan Abdullah menuju tempat Pakde Mono jam 7 pagi. Kami akan bertemu di bawah jembatan layang. Baru setelah itu aku dan Abdullah akan berangkat bersama Pakde Mono ke Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta.
Akhirnya kami berangkat. Umi mengendarai mobil Proton. Penumpangnya adalah aku dan keempat adikku. Saat itu hatiku sangat berdebar. Karena aku memiliki beberapa amanah yang harus aku jalankan selama seminggu kedepan. Aku hanya bisa berdo’a kepada Allah SWT agar diberi kemudahan dalam menjalankannya.
Setelah bertemu Pakde Mono di bawah jembatan layang, aku berpamitan kepada Umi, Taqi, Muhammad dan Maryam. Setelah memasukkan barang-barang kami ke mobil Pakde Mono, kami berangkat dan memasuki jalan tol.
Perjalanan menuju Bandara Halim Perdana Kusuma tidak memakan waktu yang lama. Perjalanan hari ini sangat lancar sehingga kami sampai di bandara sekitar jam 9.30. Pesawat yang akan kami tumpangi terjadwalkan jam 11.00. Maka kira-kira kami harus menunggu 2 setengah jam. Wah.. lama sekali. Eyang Kakung berangkat menuju bandara bersama Tante Nina dari Duren Sawit. Jadi mungkin akan tiba agak lama lagi.
Maka Pakde Mono mengajak aku dan Abdullah untuk menunggu di suatu tempat. Di sana ada yang namanya Baso Lapangan Tembak. Maka kami berhenti dan makan di sana.
Makan di restoran bandara merupakan hal yang tidak biasa bagiku. Sudah kupastikan pasti harganya akan mahal sekali. Dan benar. Satu mangkok baso kuah saja harganya Rp. 36.000. Padahal rasanya kalah enak dengan warung baso di dekat Pesantren yang harganya Cuma Rp. 10.000 satu mangkok.
Aku tidak ingat jam berapa. Tetapi ketika Tante Nina dan Eyang Kakung datang, kami langsung mesuk untuk check in. Aku tidak terlalu berpengalaman dalam perjalanan naik pesawat. Karenanya aku mengikuti semua yang Pakde Mono lakukan. Setelah check in, kami langsung masuk ke ruang boarding. Jadwal keberangkatan kami masih beberapa lama lagi.
Setelah jam 11.22, barulah kami masuk ke dalam pesawat. Pesawat yang kami tumpang ini adalah pesawat Citilink. Aku sudah pernah melakukan perjalanan dengan Citilink sekali. Dan ini yang kedua.
Bepergian menggunakan pesawat memang menyenangkan dan menegangkan. Ada saatya aku merasa senang dan ada saatnya aku merasa tegang. Karena pesawat ini ukurannya bukan yang besar, maka ketika berbelok atau miring, aku sangat merasakannya. Saat itu perutku terasa naik turun. Satu kali aku merasa mual. Tetapi tidak lama.
Saat di pesawat yang paling menegangkan adalah ketika take off dan landing. Pesawat yang berguncang membuatku merasa tegang. Sebelum berangkat tadi pagi, umi sudah mengingatkanku. Ketika pesawat menaik, berzdikir takbir. Ketika turun, berdzikir tasbih. Kedua hal itu aku lakukan.
Akhirnya kami mendarat di bandara Adisutjipto Yogyakarta am 13.00. Sebelumnya pesawat sempat melayang di udara selama 15 sampai 20 menit karena mengantri untuk landing. Pakde Mono memesan taxi untuk ke Magelang. Setelah mengambil barang bagasi, kami berangkat lagi.
Kami berhenti untuk makan siang di RM Padang Sederhana. Kata Eyang Kakung, Sederhana yang tidak sederhana. Memang, benar-benar tidak sederhana. Tapi aku tidak ingin menceritakannya. Hihihi…
Kami melanjutkan perjalanan lagi. Tapi aku merasa sangat lelah dan mengantuk. Abdullah sudah lama tertidur. Tapi aku belum bisa menemukan posisi yang nyaman untuk tidur. Maka aku hanya bersandar tanpa bisa tidur. Dan akhirnya aku menyadari tempat yang sudah kukenal.
Selamat datang di Magelang.
[Fathimah NJL, Kelas 1 SMA, Santriwati Angkatan ke-5 Jenjang SMA, Pesantren Media]