Loading

Senin, 26 Juni 2017

Pagi-pagi, aku sudah terbangun. Walau pun aku tidak tahu jam berapa saat itu, tapi aku yakin bahwa ini masih pagi buta. Sekitar jam 2.30 pagi. Karena ketika aku selesai mandi, jam baru menunjukkan pukul 3 pagi. Ketika terbangun tadi, Coki dan Stela juga sedang tidur di kamar. Coki tidur di atas selimutku, sedangkan Stela tidur di kasur lain. Ketika aku selesai mandi, Coki sudah pergi ke luar. Coki memang sedikit segan kepada Stela.

Seperti yang sudah Umi beritahukan kemarin, kami akan pergi ke Magelang hari ini. Sebenarnya kami berencana akan naik bus ke sana. Tetapi harga tiket bus masih 2 kali lipat dari biasanya. Karena itu, kami akan pergi di antar Pak Oleh sampai Magelang.

Aku sudah mempersiapkan semua keperluan bahkan sejak hari sabtu kemarin. Sehingga aku tinggal membantu Umi mempersiapkan yang lain. Aku juga merapikan kamarku sedikit. Karena sejak liburan ini, kamarku terasa lebih berantakan dari biasanya. Tapi bukan barang-barang milik kamarku yang membuatnya berantakan. Justru barang-barang milik adikku yang singgah di kamarku. Huft..

Kami berangkat sekitar jam 6 pagi. Kami berpamitan dengan keluarga Bu Nur dan Eyang Slamet. Khususnya Abdullah karena setelah dari Magelang, ia akan melanjutkan sekolah di Yogyakarta.

Aku sudah mempersiapkan segalanya. Sebelum berangkat, aku menyempatkan untuk menyemprot obat nyamuk di kamar. Tapi justru minuman yang sudah kupersiapkan di dapur, malah tertinggal. Ckck..

Ketika memulai perjalanan, matahari bahkan belum tampak. Hanya ada cahaya kemerahan dari ufuk timur. Mobil Exora yang kami tumpangi bergerak menuju Jakarta melalui Depok. Kemudian masuk ke Tol Lingkar Luar Jakarta. Rencananya, kami akan pergi ke Magelang melalui Jalur Pantai Utara.

Perjalanan terhitung lancar sampai mendekati jalur menuju Cikampek. Bahkan sebelum Bekasi Barat, jalan tol sudah sangat padat. Walau pun tidak sampai berhenti, tetapi jalannya lambat sekali. Kami mengikuti petunjuk jalan alternatif yang ada. Lumayan untuk mempersingkat waktu mengantri. Akhirnya kami keluar dari jalan tol di Cikarang.

Kami berhenti di SPBU di Cikarang. Aku pergi ke kamar mandi dan Sholat Dhuha di Mushola SPBU. Kami mengisi Mobil Exora hingga penuh tangkinya untuk perjalanan menuju Magelang.

Kami melanjutkan perjalanan melalui jalan raya utama. Papan pemandu jalan terlihat cukup jelas menjelaskan ke mana kami harus pergi. Apalagi Pak Oleh terlihat sudah terbiasa dengan jalannya. Di perjalanan, Muhammad bercerita tentang Pendekar T. Aku mendengarkan sampai aku mengantuk. Langit hari ini sangat indah. Biru warnanya. Mataharinya walau pun masih rendah sudah sangat terik. Kehangatannya bahkan terasa sampai ke dalam mobil yang ber-AC.

Aku tidak sadar kapan aku tertidur. Aku hanya sadar bahwa kami berhenti di Indomaret untuk membeli snack. Aku tidak ingat di mana saat itu. Sepertinya di daerah Karawang. Kami berhenti untuk makan mie cup. Kata Umi, toleransi untuk makan mie cup hanya saat dalam perjalanan saja.

Kami melanjutkan perjalanan lagi. Aku memperhatikan jalanan yang sudah terlihat biasa. Wajar saja, ini adalah perjalanan mudikku yang kesekian kali. Dan aku juga sudah bukan anak kecil lagi. Semua perasaan ini menyadarkanku bahwa aku sudah beranjak menuju kedewasaan. Aku masih ingat ketika masih kecil, aku bahkan tidak bisa tidur selama perjalanan karena sangat senang.

Kami melewati jalur Pantai Utara seperti biasa. Yang ku ingat, adalah nama-nama daerahnya. Beberapa ada yang terdengar lucu. Seperti Sukamandi dan Rawagatel. Hihihi.. Kami berhenti sebentar di daerah Indramayu untuk Sholat Zhuhur. Aku menjama’ dan menqoshor Sholat Zhuhur dan Ashar. Kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi.

Sepertinya aku kembali tertidur. Karena ketika terbangun, kami sudah berhenti lagi di daerah Cirebon untuk makan siang. Kami berhenti di rumah makan masakan padang. Aku memesan ayam goreng. Aku makan sambil menyuapi Maryam. Aku memang masih merasa kenyang dengan mie cup sebelumnya. Aku juga memesan es teh manis untuk diminum berdua dengan Maryam.

Kemudian perjalanan dilanjutkan lagi. Kami memasuki jalan tol. Namun beberapa saat kemudian, aku merasa sakit perut. Aku melaporkannya kepada Umi dan meminta untuk berhenti di rest area. Tapi karena rest areanya selalu penuh, akhirnya aku mengusulkan untuk keluar tol dulu. Ternyata gerbang tolnya ngantri panjang. Setelah beberapa menit berjalan lambat di pintu tol, akhirnya kami memasuki jalan utama dan mencari masjid untuk berhenti. Akhirnya..

Perutku sepertinya sedikit bermasalah siang ini. Entah karena mie cup, atau karena es teh. Tapi setelah memakai minyak kayu putih dan jaket, dan mengalihkan perhatian ke hal yang lain, sakitnya sudah tidak terasa.

Kami memasuki jalan tol lagi. Kata Pak Oleh, ini adalah jalan tol yang baru. Terusan dari tol Palimanan-Kanci. Dan tol ini melalui Brebes, Tegal, bahkan Pemalang. Tol ini akan berakhir di Weleri.

Langit sore ini juga indah sekali. Aku dan adik-adikku melihat awan-awan. Bagiku, awan-awan itu terlihat seperti batas dunia. Aku melihat perubahan warna dari langit petang ini. Yang semula biru, mulai berubah menjadi lebih gelap. Kemudian ada kilauan merah sebelum matahari terbenam. Kemudian langit menjadi gelap. Kemudian udara terasa lebih dingin. Aku terus memperhatikan keluar jendela sambil mendengarkan Resonan Jiwa dari speaker mobil.

Saat kulihat, jalanan luar yang tadinya aspal jalan tol, mulai berubah menjadi trek berbatu. Jalan ini memang baru dibuat dan sepertinya belum selesai. Jalanannya juga beberapa kali memiliki lompatan yang membuat perutku geli. Sebenarnya perjalanan di trek ini sangat  menyenangkan. Tetapi mungkin karena bosan, aku menjadi mengantuk.

Aku terbangun dan jalanan masih sama. Bahkan terlihat lebih panjang. Aku meminta untuk berhenti di rest area karena ingin ke kamar mandi. Rest area di jalur ini ada dua jenis. Yaitu yang disediakan oleh pengelola jalan tol, yang lainnya adalah yang dibuat oleh warga sekitar. Kami berhenti di rest area yang disediakan oleh pengelola jalan tol. Ini sesuatu yang baru bagiku. Karena property yang ada, semuanya dibuat hanya untuk sementara. Seperti tenda-tenda dan kamar mandi portable. Bahkan Indomaret dan Alfamartnya terlihat seperti warung bagiku. Seingatku, saat itu jam menunjukkan sekitar pukul 19.30.

Kemudian aku tidak tidur lagi dan memperhatikan jalan. Sedikit menyeramkan karena sekeliling jalan sepi. Lampu jalan hanya ada di beberapa titik saja. Di pinggir jalan, terdapat papan petunjuk untuk mengendarai mobil dengan kecepatan di bawah 40 km/jam.

Akhirnya pintu keluar jalan tol terlihat. Kami keluar dari jalan tol memasuki Weleri. Aku sudah merasa lapar. Lalu kami berhenti di salah satu Masjid untuk sholat. Kami makan sate kambing di daerah Panaruban. Ku dengar, logat orang-orang di sini terdengar khas jawa tengah.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan lagi menuju selatan. Tinggal beberapa kota lagi sebelum sampai di Magelang. Namun aku terlalu bosan untuk memperhatikan jalan dan tertidur lagi. Aku terbangun ketika mobil sudah terparkir di depan rumah Eyang Kakung. Wah sudah sampai. Alhamdulillah.

[Fathimah NJL, Kelas 2 SMA, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *