Langit menjingga, adzan menyapa
Langkah kaki tergesa
Bergegas kami balas menyapa
Sang Pemilik Singgasana
Pintu terbuka
Satu persatu kami keluar asrama
Bawa al-Quran ingin tahfidz bersama
Sebelum sandal bisa terpakai,
Rinai sambut gelap malam
Tiga diantara kami ramai canda ria
Satu teggelam, nikmati kopi persiapan tengah malam
Aku terduduk dalam bayang-bayang, kenikmatan karunia Illah
Meski batal susuri jalan menuju pengajian
Aku harus merenungi penciptaan
Diantara seluruh pembuktian
Hujan, terkadang luput perhatian
Bersama iringan guntur, kilat, petir
Itulah nikmat, rezeki dari Rabbi
Merentang tangan, resapi jatuhnya rintik
Dingin namun segar, penuhi energi
Mengajak bermain di bawah bayang, pasukan-pasukan penghidup ciptaan
Memasuki celah-celah tergelap
Menggenangi jalan-jalan tak berserap
Memenuhi kubang-kubang pencadang
Bawa ketenangan, itulah hujan
Saat-saat terdekat menghamba pada Kuasa
Kamu meminta segera diberi
Kamu berkeluh juga kesah segera ditinggi, derajat surga yang diingini
Kamu memohon, Yang Maha Mendengar akan selalu mendengar
Yang Maha Penyayang akan selalu
Selama kamu dalam keimanan
Petrichor mewangi, rintik bertabuh, buat nada peneduh
Para hati yang keruh, berkumpul memburu peluruh
Diam cukup
Renungi jatuhan, baui tanah basah
Membuka pikiran, bebaskan indra
Serap pemberitaan: keagungan pemilik alam
Langkah melangkah
Ambil al-Quran, didekap dalam lamunan:
“Bila sambil dihayati, pasti lebih besar hikmah perenungannya.”
willyaaziza [ZMardha] Santri Kelas 3 SMA Pesantren Media