Saudaraku,
Masih ingatkah kalian dengan peristiwa tiga minggu lalu? Sebuah peristiwa yang cukup mengagetkan, heboh dan gencar diberitakan oleh media massa. Peristiwa yang berhasil mengambil perhatian publik di tengah hiruk pikuk dan gemerlap kehidupan dunia. Ya, peristiwa Penembakan terhadap Kantor Majalah Charlie Hebdo yang telah menewaskan 12 orang. Termasuk 4 di dalamnya adalah kartunis.
Charlie Hebdo adalah majalah asal Prancis yang sering menerbitkan kartun yang berisi sindiran dan telah melakukan pelecehan dan penghinaan terutama kepada umat Islam termasuk menghina Nabi Muhammad Saw. Berulang-ulang menghina dan menistakan Islam dan Nabi Saw namun justru dibela oleh Pemerintah Prancis dan Mahkamah Agung Prancis. Hal ini jelas membuat kaum Muslim semakin marah.
Kelompok Muslim di Prancis sudah mengajukan hal ini ke Pengadilan Prancis. Namun, apa hasilnya? Pada tanggal 22 Maret 2007 Pengadilan Prancis menyatakan Charlie Hebdo tidak bersalah. Bahkan mantan Presiden Prancis Nicholas Sarkozy dan beberapa tokoh Eropa memberikan dukungan. Dengan alasan, itu adalah KEBEBASAN BEREKSPRESI.
Banyak yang menentang dan mengutuk pelaku penembakan 7 Januari lalu. Pada hari Ahad, 11 Januari ada lebih dari satu juta orang turun ke jalanan Paris. Menyatakan solidaritas terhadap Charlie Hebdo. Sebanyak 40 tokoh dan pemimpin negara Prancis ikut dalam aksi itu. Sungguh ironi, majalah Charlie Hebdo mendapat banyak simpati dan dukungan. Padahal sudah jelas sekali telah menghina Islam dan Nabi Saw. Siapakah yang seharusnya dibela?
Ya, Barat memandang aksi penghinaan terhadap Islam dan Nabi Saw sebagai bagian dari kebebasan dan dianggap benar secara hukum. Barat memang mengagung-agungkan kebebasan dan HAM. Mereka peduli dengan korban penembakan. Namun, mereka diam seribu bahasa dan tutup telinga ketika ribuan Muslim Palestina dibantai Zionis Israel. Juga terhadap pembunuhan jutaan Muslim Irak, pembantaian ratusan ribu Muslim oleh rezim Asad di Suriah dan pembunuhan umat Islam di Rohingya, Pakistan, Afrika, Xinjiang dll. Dimanakah kebebasan dan HAM itu?
Januari tahun lalu, Menteri Dalam Negeri Prancis Manuel Valls melarang M’bala melakukan pertunjukan teater dengan alasan itu mengolok-olok Yahudi. Tahun 2008, seorang kartunis Charlie Hebdo membuat karikatur tentang anak laki-laki Nicholas Sarkozy yang menikahi ahli waris Yahudi karena uang. Kartunis itu pun dipecat karena dianggap telah merendahkan Sarkozy.
Berbeda dengan tiga tahun lalu, Mahkamah Agung Prancis membebaskan Michael Houellebecq seorang novelis yang menuduh Islam sebagai agama paling bodoh di dunia.
Jelas, kebebasan berekpresi hanya digunakan sesuai kepentingan Barat. Kebebasan berekpresi hanyalah tipuan mereka. Kaum Muslimin dipaksa menerima penghinaan terhadap Nabi Saw dan menerima Islam versi Barat. Jika tidak, umat Islam dianggap radikal, teroris.
Bagaimana dengan para penguasa negara Muslim?
Mereka pun sama. Bergandengan tangan dengan para pemimpin musuh Islam. Mengecam aksi penembakan tersebut. Keberadaan mereka bukan demi kepentingan Islam dan kaum Muslim. Mereka justru menjadi boneka dan budak yang patuh pada tuannya, yaitu Barat.
Saudaraku,
Jelaslah sudah. Keberadaan pemimpin negara Muslim saat ini bukan demi melindungi kemuliaan dan kehormatan Islam dan martabat kaum Muslim. Sampai detik ini, berbagai penderitaan masih dialami saudara2 kita di luar sana. Dimanakah kalian wahai kaum Muslimin? Masihkan kita berdiam diri dan bersembunyi? Akankah kita membiarkan mereka menghina Nabi kita lagi? Kapankah kalian berjuang demi tegaknya Islam?
Saudaraku,
Mulai saat ini. Detik ini. Azamkan dalam diri bahwa kita akan berjuang untuk Islam. Untuk saudara2 kita. Untuk basyirah yang telah dijanjikan Allah melalui Nabi bahwa kita akan menang. Umat Muslim akan menguasai dunia. Sertakan diri kita menjadi bagian dari pejuang penegak syariah dan khilafah. Siapa yang menolong agama Allah, Allah pasti menolongnya. Allahu Akbar!
[Siti Muhaira, santriwati kelas 3 jenjang SMA, Pesantren Media]
Catatan: Tulisan ini sebagai naskah Orasi dalam Pelajaran Public Speaking di Pesantren Media