“Maura! Buang saja kucing itu! Mama muak lihat kucing itu!. Maura! Ayo bangun, cepat buang kucing itu!.” Ujar mama, sepertinya kesabaran mama memelihara kucing kesayangan Maura sudah habis. Maura sedari tadi hanya mendengar omelan mamanya sekarang terbangun.
“Ya, Ampun. Astaga, mama benar-benar marah, aku kira mama mengomel hanya mimpi. Hehehe.” Maura tertawa sendiri, ia mengira bahwa omelan hanyalah mimpi. Maura segera ke kamar mandi. Hari ini adalah hari minggu, Maura hanya bermalas-malasan. Selesai mandi, Maura turun ke bawah menuruti perintah mamanya.
“Maura, kamu buang kucing itu! Pokoknya dia engga boleh tinggal disini. Kamu buang jauh-jauh dan kamu engga boleh memelihara kucing lagi, dengar?.” Ujar mama kembali. Maura mengangguk lemas. Selama dijalan, ia berpikir kenapa mama selalu tidak ingin memelihara kucing. Ia tidak tahu ingin dimana membuang kucing tersebut.
“Huh…cape juga ya jalan terus. Tam, kamu enak digendong mulu. Nah aku, jalan sambil gendong kamu. Berhenti dulu yuk, bentar. Siapa tahu ada rumah atau tempat tinggal kamu.” Ucap Maura pada kucingnya Chitam. Chitam mengeong. Maura dan Chitam berhenti ia duduk, tiba-tiba ada tangan yang ingin menjabat tangan.
“Hai, kenalkan aku Katie, tapi teman-teman aku sering memanggil Kitkat, salam kenal.” Ujar perempuan sebaya dengan Maura. Anak itu berambut pendek, celana Levis, baju berlengan pendek.
“Eh,… nama aku Maura, panggilanku Maura. Salam kenal juga.” Jawab Maura. Ia sedikit gugup, ia gugup karena baru pertama kali berteman dengan perempuan dengan gaya ke laki-lakian yaitu tomboy. Sedangkan, Maura memakai kerudung segi empat, celana jeans dan baju lengan panjang.
“Kucingnya lucu, beli dimana?.” Tanya Kitkat. Maura kaget, dimana Maura beli kucing? Kucing ini hanya datang ke rumah Maura.
“Kucingnya yang datang ke rumah aku, aku mau balikin kacung ini ke majikannya. Tapi aku tidak tau dimana majikannya tinggal.” Ucap Maura, sebenarnya Maura berat hati mengembalikan Chitam.
“Wah, kok gitu? Mahal tau kucing kaya ini.” Ujar Kitkat. Chitam berubah muka seperti sombong. Maura terkekeh.
“Hahaha, aku mau balikin ke majikannya, kalau tidak ketemu, aku anterin ke penitipan kucing.” Ujar Maura, raut mukanya sedih.
“Kok dianterin ke penitipan kucing? Kenapa engga di pelihara aja?.” Tanya Kitkat. Maura menjelaskan semua awal kejadian Chitam ke rumah Maura. Chitam seperti ngambek, kucing aneh. Mama Maura tidak suka Chitam karena Chitam adalah kucing manja dan pemalas.
FLASHBACK
“Meong, meong, meong.” Chitam mengonng di depan pitu masuk rumah Maura. Saat itu Maura senang sekali.
“Mah, Mah ada kucing baru. Maura pelihara ya? Boleh ya mah?.” Tanya Maura saat itu, Mama Maura sempat menolak, tetapi akhirnya mama Maura membolehkan.
“Engga ma, kucing itu hanya menyusahkan kita.”Jawab mama Maura. Maura memohon.
“Pliis mah, kali ini yah?, kalau kucingnya menyusahkan nanti aku buang.” Ucap Maura. Mama Maura hanya menghela nafas dan mengangguk. Maura memelihara kucing tersebut selama 3 bulan lebih 2 minggu. Selama itu Chitam malas-malasan dan kerjanya hanya makan, minum, BAB, BAK. Saat itu mama Maura muak dan ingin membuang Chitam.
FLASHBACK OFF.
“Oh, pantas saja. Gimana kalau kucingnya dititipin penitipan kucing punya bosku?. Aku janji merawatnya dengan baik.” Tawar Kitkat. Maura bingung apa ia harus menitipkan Chitam di penitipan kucing? Atau dia harus kembali pulang kerumah dan mendengar omelan mama. Maura mengangguk menyetujui Chitam di titipkan di penitipan kucing.
“Thank ya, Kitkat, untung ada kamu. Kalau engga aku pasti sudah diomelin mama.” Ucap Maura. Kitkat tersenyum.
“Ya, sama-sama. Aku pulang dulu, bentar lagi udah mau azan ashar.” Ucap Kitkat. Maura tersenyum dan mengambil Chitam di tangan Maura.
“Maaf Tam, aku sudah menitipankan kamu.” Batin Maura. Ia janji akan sekali seminggu akan bertemu Chitam.
__0o0__
“Assalamualaikum, mah. Kucingnyaudah aku buang.” Maura berbohong.
“Tok..tok..tok..” suura ketukan pintu rumah Maura.
“Masuk. Mah, ada tamu!.” Teriak Maura. Ternyata tamu itu adalah sahabat Maura yang baru saja dari luar negri.
“Maura! Aku kangen kamu. Udah lama ya engga ketemu.” Ucap sahabatnya yaitu Yuvi.
“Yuvi? Aku juga kangen kamu.” Ucap Maura. Maura senang sekali karena ia bertemu dengan sahabatnya secara langsung.
“Kucing aku mana?.” Tanya Yuvi, Maura heran.
“Kenapa, ia tau kalo dirumah ada kucing? Jangan-jangan ada sesuatu lagi.” Batin Maura.
“Eh..Kucingnya aku bawa ke penitipan kucing. Aku engga tau itu kucing siapa.” Ujar Maura polos, ia tidak tau siapa pemilik chitam. Ia tidak tahu bahwa Chitam adalah milik sepupu Yuvi.
“I..itu kucing kamu?.” Tanya Maura. Yuvi menggeleng. Maura semakin bingung.
“Kucing itu adalah milik sepupu aku, dia memintaku untuk menjaga dan merawatnya. Tetapi aku engge bisa jagain. Jadi, aku titipin ke kamu tapi kamu engga tau.” Ujar Yuvi. Maura tidak menyangka itu adalah kucing milik sepupu Yuvi.
“Minggu depan aku mau mengabil Chitam, dan hari itu juga aku antarkan kucingnya.” Ujar Maura. Yuvi mengangguk bereti ia meng-iyakan.
__0o0__
“Hai Kitkat, gimana kabarnya?.” Tanya Maura berbasa-basi.
“Kabar aku baik, kalau kamu?.” Tanya Kitkat.
“Baik, Ohiya, aku kesini mau mengambil Chitam.” Ucap Maura. “Tunggu bentar ya, aku ambil dulu.” Ucap Kitkat dan Kitkat mengambil dan Chitam kemudian memberi ke Maura.
THE END
[Alifa Nurul Fajrika, santriwati Pesantren Media, kelas 2 SMP, angkatan ke-2]