Kupijak kau, kau kuinjak
Bernafas dengan udara yang kau keluarkan lewat mulut-mulut daun
Dari mana daun berasal?
Ia berasal dari pohon yang kau tumbuhkan gagah dengan tanahmu
Lalu…
Lau kau alirkan air dari dataran tinggi menuju bawah, dengan gravitasi yang kau miliki
Kau tiupkan angin sejuk ketika kepadatan udara menjadi ringan di sekelilingku
Kau biarkan mentari menembus menghangati kami dengan atapmu yang terbuka
Kau biarkan kami rasakan semua detail itu dalam setiap suka dan duka
Atas izin Allah, kau lakukan itu semua
Tapi kami, manusia, lupa akan nikmat Allah melalui dirimu
Kami merusakmu, mengeksploitasimu hingga batas yang parah
Membabi buta menebas hutanmu tanpa kenal arah
Memeras menguras tiada sudah
Lalu kudengar kau merintih
Wahai manusia sadarlah
Lihatlah apa yang telah kalian perbuat pada makhluk Allah ini
Kalian sakiti aku dengan keji, seperti kalian tidak punya hati
Berhenti, berhenti…!
Hai manusia, ingatlah, nikmat itu untuk disyukuri dan bukan disiakan
Nanti engkau menghilangkan keseimbangan alam kami, baru kalian rasakan
Betapa nikmat Allah yang besar ini telah kalian acuhkan
Kalian yang akan merasakan akibat perbuatan kalian
Tak hanya di dunia, namun juga di hari pembalasan
Wahai manusia…
Sadarlah, sadarlah
[Hawari, santri angkatan kedua di SMA Pesantren Media]