Loading

Aku dengan buku tidak sedekat sekarang. Dulu, ketika aku masih SD, aku dan buku sering bertemu. Aku membaca, menulis, menggambar, dan melakukan banyak hal dengannya. Buku selalu kubawa kemana-mana.

Tapi sekarang, buku itu seperti hilang dari keseharianku. Aku yang sekarang lebih sering memegang gadget ditanganku dari pada buku yang dulu selalu kubawa setiap aku pergi.

Gadget yang selalu kupegang bahkan sampai menghiraukan suara ibuku, gadget yang selalu kumainkan hingga panggilan Adzan tidak terdengar di telingaku.

Suatu hari, ketika aku pulang sekolah, aku melihat buku-buku berjejer rak yang sedikit berdebu. Buku-buku itu belum pernah kubuka apalagi kubaca. Entah kenapa, saat itu aku mengambil salah satu buku tersebut. Di sampul buku tersebut tertulis “FIQIH” yang memenuhi seperempat sampul depan. Dan disaat itulah kerinduanku atas buku berakhir.

Aku memang sudah terlambat untuk menyadari betapa berharganya buku di sekeliling kita. Karenanya aku ingin mengajak kalian untuk menyadarinya lebih dulu dan melebihi aku.

Kita boleh memakai alat yang bernama gadget, tetapi ingat, bahwa orang-orang sebelum kita bisa menjadi ulama tanpa gadget sekalipun.

Sampai jumpa. [Taqiyuddin Abdurrahman Leboe, santri Kelas 3 SMP]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *