Loading

Banyak dari remaja jaman sekarang yang tidak menyadari bahayanya bergaul bebas. Malah parahnya, mereka tidak memahami maksud gaul bebas itu sendiri. Bisa jadi mereka dicekokin oleh fakta-fakta yang nyeleweng, dan melumrahkan sesuatu yang salah. Ataukah merekanya sendiri yang berusaha untuk menutupi dan acuh dengan fenomena-fenomena buruk yang banyak terjadi di kalangan remaja, baik di dalam negeri ini atau bahkan di luar negeri.

Sebenarnya, penekanan yang diberikan oleh kegiatan-kegiatan sosialisasi yang selama ini diadakan oleh sekolah-sekolah, kelompok pengayom masyarakat, atau sejenis perkumpulan sosialis lebih menekankan keuntungan negara atau kelompok saja, semisal kepopuleran komunitas semata. Bukan malah memberikan sesuatu yang mutlak benar adanya, justru mereka berusaha menutupi fakta dan membelokkan arah benar yang telah dituntun untuk mereka tempuh.

Contoh gampangnya saja, pergaulan bebas yang marak diperbincangkan oleh banyak kalangan masyarakat. Dari dulu hingga sekarang, masalah ini tak kunjung usai. Karena apa? Karena penghentiannya tidak secara tuntas dan bertele-tele. Lucunya, hal yang seperti inilah yang menjadi rahasia umum bahwa yang salah tapi mainstream, biasanya didiamkan saja. Masyarakat hanya bisa berkeluh kesah bila melihat fenomena-fenomena semisal pemerkosaan, pencabulan, penganiyaan yang diberitakan di seluruh sudut kota. Padahal yang demikian inilah yang semestinya kita tindak lebih tegas.

— Pergaulan Bebas

Jika kita telusuri satu persatu dari dua kata yang saling menyatu ini, bisa kita ketahui makna sebenarnya,

Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok. Sedangkan bebas artinya tanpa batas, terlepas dari sesuatu yang mengikat. Jadi, bila mana digabung pergaulan bebas jelas menegaskan proses interaksi baik individu atau kelompok tanpa sesuatu apapun yang membatasi atau mengatur.

Kita paham, bahwa segala sesuatu yang tidak dikontrol, dibatasi, diikat, diatur pastilah akan keluar dari jalur yang semestinya. Seperti sekelompok bebek yang digiring ke sungai untuk mandi. Mereka akan rapi bila mana si pawang menggiringnya. Coba bayangkan, bagaimana ricuhnya bila bebek sebanyak itu dilepas dari kandang dan dibiarkan berkeliaran di jalan, pasti akan banyak orang yang merasa terganggu.

Sama seperti bebek itu, bila kehidupan kita tidak ada yang mengatur pastilah akan sangat banyak masalah yang terjadi. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kita untuk berpegang teguh pada ajaran Allah Swt yang pasti kebenarannya. Dan ajaran-ajaran Allah Swt adalah suatu peringatan bagi setiap umat manusia. Karena Islam-lah sebenar-benar agama.

Islam sangat jelas mengatur tentang pergaulan atau interaksi antar manusia, terutama lawan jenis.

QS. Al-Ahzab:53 menjelaskan :

Artiya: “Apabila kamu meminta sesuatu [keperluan] kepada mereka [isteri-isteri Nabi], maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (53)

Dalam ayat tersebut sudah jelas tentang pergaulan antar lawan jenis, larangan berduaan (khalwat) antara laki-laki dan perempuan. Bukan semata-mata melarang pergaulan tapi di sini dimaksudkan untuk menghindari fitnah dan menyelamatkan peradaban manusia dan keselamatan bersama.

Bayangkan saja jika pergaulan antara laki-laki dan perempuan dibiarkan saja tidak karuan, pastilah sudah hancur harga diri masing-masing dari mereka, baik yang laki-laki maupun perempuan. Misalnya antara laki-laki dan perempuan berhubungan intim dengan bebas, tanpa ada rasa bersalah sebelum mereka menikah, kemudian si perempuan hamil dan tidak terima akan janinnya akhirnya dia aborsi, lalu meninggal.

Itu hanya kisah kecil saja, masih banyak penyimpangan-penyimpangan lain semisal lesbi, homoseksual, tomboy (perempuan yang kepribadiannya mirip laki-laki), banci (laki-laki yang tingkahnya seperti perempuan) dan lain sebagainya.

Dan pergaulan bebas itu bukan sekedar pacaran dan free sex, melainkan juga seperti bercampur baurnya antara laki-laki dan perempuan bukan dalam interaksi yang diperbolehkan dalam hukum syara.

Mengenai interaksi antara laki-laki dan perempuan yang diperbolehkan dalam hukum syara antara lain :

–          Proses Belajar Mengajar

–          Kesehatan/pengobatan

–          Pengadilan

–          Muamalah/jual beli

Dari uraian di atas, sudah jelas interaksi yang berlebihan antara laki-laki dan perempuan yang tidak penting tidak termasuk yang diperbolehkan oleh hukum syara. Dan sebenarnya berteman itu lebih baik dengan sesama perempuan atau laki-laki saja, karena biasanya jika salah satu dari mereka sudah merasa nyaman dengan yang lain, maka gharizah nau’ (naluri untuk melanjutkan keturunan) atau yang lebih dikenal orang dengan perasaan suka dengan lawan jenis akan lebih gampang untuk muncul.

Walaupun banyak dari masyarakat yang mencoba untuk menyangkal hal ini, tapi kemungkinan itu juga tidak jarang dialami oleh sebagian orang. Semisal mereka yang berteman selama bertahun-tahun kemudian mereka bosan dengan hubungan yang biasa-biasa saja, lalu mereka menginginkan untuk memiliki satu sama lain (berpacaran). Itulah yang ditakutkan. Dan jika kita berfikir ulang, alangkah baiknya jika kita menceritakan hal-hal pribadi kepada teman sesama (perempuan/laki-laki) dengan kita, bukan pada lawan jenis. Walau lebih aman lagi menceritakannya kepada keluarga atau orang tua saja. Karena mereka akan lebih bisa dipercaya menjaga privasi kita daripada orang lain.

Memang pacaran dan free sex menjadi sorotan utama ketika kita membahas pergaulan bebas, tapi dalam tulisan ini penulis ingin menegaskan, bahwa sesuatu yang kecil mampu berpengaruh pada dampak yang besar. Jadi menjalin pertemanan dengan lawan jenis, lebih baik dikurangi intensitasnya. Kalau bisa tidak usah dijalani. Apalagi baik remaja yang sering labil dan galau pasti akan mudah untuk terpengaruh dengan sesuatu yang buruk.

Apalagi kita sudah sering mendengar dalil yang mengatakan “Janganlah kamu mendekati zina…”. Yang mendekati zina saja sudah dilarang, apalagi berzina. Astaghfirullah…

“Lebih baik mencegah daripada mengobati”

“Lebih baik menghindari daripada menyesali”

Jadi, waspadalah dengan suatu yang kecil namun bisa menyesatkan kita. Maka itulah, perbanyak mengkaji ilmu, baik umum atau keislaman. Karena kita sebagai manusia sudah barang tentu wajib menuntut ilmu.

[Zahrotun Nissa, santriwati kelas 1 jenjang SMA, Pesantren Media]

By Siti Muhaira

Santriwati Pesantren Media, angkatan kedua jenjang SMA. Blog : http://santrilucu.wordpress.com/ Twitter : @az_muhaira email : iraazzahra28@ymail.com Facebook : Muhaira az-Zahra. Lahir di Bogor pada bulan Muharram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *