Loading

Hari ini, Vera ditugaskan untuk membuat tulisan. Apa pun bentuknya. Bisa cerpen, diary, artikel, puisi, dan lain-lain.  Tugas ini dikumpulkan minggu depan. Anak-anak mulai berdikusi ketika jam istirahat selesai. Termasuk Vera, Putri, dan Syifa. Mereka berdiskusi di kantin.

Sambil sesekali menyeruput es teh manis, Vera berkata,

“Kalian mau membuat apa?” Tanya Vera. Putri dan Syifa berpandangan bersama.

“Apa, ya? Aku juga masih bingung. Tapi sepertinya, aku lebih baik membuat puisi saja.” Kata Syifa.

“Kalau aku, sepertinya membuat diary saja.” Putri melanjutkan.

“Kalau kamu?” Tanya Putri dan Syifa serentak memandang Vera. Vera mengangkat pundaknya pelan.

*****

“Bunda, kira-kira, Vera membuat tugas mengarangnya, apa, ya?” Tanya Vera ketika makan malam. Bunda terlihat berpikir. Tiba-tiba, Kak Reva menyela,

“Buat cerita saja. Ver bisa membuat cerita tentang diri Vera atau yang lainnya.” Kata Kak reva membawa piring kotor ke Dapur. Vera diam. Ia berpikir, besok saja memikirkannya.

*****

Vera diam memegang pansilnya. Ia sudah menghabiskan tiga buah buku untuk dibaca. Namun, belum ada satu pun ide yang muncul di benak Vera. Tidak beberapa lama, Vera berpikir,

“Mungkin kalau bersama Putri dan Syifa, aku bisa mendapat ide.” Kata Vera. Ia bergegas turun, menuju ruang keluarga. Dibukanya buku telephone. Setelah menemukan apa yang ia inginkan, ia menekan tombol-tombol nomor di telephon. Tidak beberapa lama, terdengar suara,

“Assalamu `alaikum.” Terdengar suara Mama Putri.

“Wa`alaikumussalam. Ini Vera. Putrinya ada?” tanyaku dengan bahasa yang sopan dan santun.

“Ada. Tunggu sebentar, ya!” jawab Mama Putri. Aku menunggu sambil menarik kursi.

“Halo. Assalamu `alaikum. Ada apa Vera?” Tanya Putri begitu ia sampai.

“Kamu bisa ke rumahku tidak? Aku bingung, mau mengerjakan tugas seperti apa.” Kata Vera.

“Ehmm, boleh deh. Aku juga belum selesai. Tunggu sebentar, ya! Aku akan datang.” Vera menutup gagang telephone.

“Sekarang Syifa.” Vera menekan tombol-tombol untuk menelephone Syifa.

“Assalamu `alaikum.” Terdengar suara Syifa.

“Wa`alaikumussalam. Syifa, ini Vera. Syifa bisa ke rumah Vera tidak? Vera mau mengerjakan tugas, tapi masih bingung.” Kata Vera.

“Iya. Aku juga mau ke sana. Aku mau mengembalikan boneka  adikku yang Ibuku jahit kemarin. Ya sudah, aku ke sana, ya!” Syifa mengucapkan salam.

*****

“Kak Vera! Ada Kak Putri dan Kak Syifa.” Kata Fira yang membukakan pintu.

“Ajak ke kamar, Fira.” Jawab Vera dari kamar. Fira mengajak Putri dan Syifa naik dan masuk ke dalam kamar Vera. Fira juga ikut masuk.

“Ayo kita mulai saja.” Kata Putri duduk di karpet. Ia mengeluarkan buku tulis dan pensilnya. Syifa dan Vera juga menyiapkan.

“Fira mau ikut juga, ya!” kata Fira pergi ke meja belajarnya. Diambilnya buku tulis dan pensil. “Kak Vera buat apa?” Tanya Fira.

“Eh. Kakak mau buat cerpen, tapi masih bingung.” Jawab Vera memainkan pensilnya. Lama kelamaan, Vera menjadi kesal. Ia menuliskan dibuku tulisnya kekesalan-kekesalannya ketika mengerjakan tugas.

Semakin lama Vera kesal, semakin banyak tulisan yang dibuatnya tanpa ia sadari. Ketika Putri dan Syifa melihatnya, mereka terheran-heran. Hanya Fira yang tidak menyadari karena ia sedang asyik membuat cerita tentang bonekanya.

Karena terlalu lelah menulis, Vera kehausan. Ia bertanya kapada yang lain,

“Siapa yang mau minum? Aku ingin membuat sirup.” Semua mengangkat tangan. Vera berjalan menuju dapur. Di sana, ada Bunda yang sedang memanggang kue.

“Ada apa Vera? Bagaimana tugasnya?” Tanya Bunda begitu melihat Vera membuka lemari es. Vera tertunduk lesu.

“Belum ada ide, Bun.” Kata Vera memasukkan campuran sirup dan air ke dalam teko. Ia mengambil nampan kecil dan empat gelas plastik kecil. Vera dibantu Bunda membawa minuman dan kue yang baru dipanggang Bunda ke kamar.

“Sudah, ya. Bunda mau masak makan siang untuk kalian dulu.” Kata Bunda menutup pintu ketika makanan dan muniman sudah dihidangkan di atas meja rias Vera. Tiba-tiba, Vera melihat Fira sedang membaca tulisannya. Fira terlihat menikmati tulisan Vera.

“Fira! Jangan baca tulisan yang itu!” kata Vera sedikit membentak. Mendengar itu, Fira mengembalikan buku tulis Vera sambil menunduk. Vera segera mengambil bukunya. Ia baca lagi tulisan yang ia buat. Cukup panjang. Dua halaman lebih setengah. Selesai membaca, Vera melonjak kegirangan.

“Alhamdulillah! Tulisan ini saja yang dikumpulkan.” Katanya yang membuat Putri, Syifa dan Fira ikut senang.

Kalian mau tahu seperti apa tulisannya? Kalau mau tahu, kalian harus membaca cerita ini dari awal.

[Fathimah NJL, santriwati Pesantren Media, angkatan 1 tingkat SMP]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *