Pada tanggal 12 Desember 2012, Pesantren Media mengadakan jalan-jalan lagi. Kali ini tempat wisata yang dituju yaitu sungai Ciliwung, Bendunag Katulampa dan terakhir ke Puncak. Sebelum berangkat, seluruh santri diberi pengarahan dulu dan mengecek apa saja yang wajib dibawa. Bogor ini tida bisa ditebak kapan terjadi hujan. Kita lihat dipagi hari langit yang sangat cerah. Siang, bisa saja terjadi hujan. Oleh karena itu perlengkapan yang dibawa tidak jauh dari payung, jas hujan dan baju hangat. Makanan ringan, minuman, catatan, kamera, HP, dan perlengkapan shalat tak luput dari barang-barang yang harus dibawa.
Karena santrinya cukup banyak, jadi santri dibagi dua. Mobil PANTHER dan AVANZA, mobil yang kami naiki. Mobil Avanza, Ustadz Umar yang mengendarainya sedangkan mobil Panter dikendarai santri, yaitu Dihya Musa Amalromis. Sebagian besar santri akhwat SMA di mobil Avanza hanya Noviani yang di mobil Panter. Karena mobil hanya ada dua dan santri yang cukup banyak jadi dua mobil diatur sedemikian rupa agar cukup. Dua mobil harus menapung 23 orang. 11 orang di mobil Avanza, dan 12 orang di mobil Panther. Bismillahirrahmanirrahim, akhirnya mobil jalan juga. Terlihat dari kemarin seluruh santri terutama santri akhwat terlihat senang dengan jalan-jalan kali ini. sebelum berangkat, sebagian santri akhwat pamit kepada Umi Latifah.
Tujuan pertama ke Ciliwung, setengah jam berjalanan akhirnya sampai di lapangan Sempur. Disana, semua santri ditugaskan untuk foto-foto dan melihat bagaimana keadaan sungai Ciliwung. Tak lama foto-foto dan mengamati bagaimana ke adaan sungai, akhirnya kita menuju ke Bendungan Katulampa. Saat di perjalanan menuju Bendungan, sebelah kiri ada sungai buatan terus dipinggir-pinggir sungai ada foto boxs ujar Ustad Umar, padahal itu tempat MCK (Mandi Cuci Kakus). Sesampainya di bendungan, seluruh santri dan regu yang sudah dibagi mencari tugas dan mencari tau tentang bendungan katulampa.
Setelah 20 menit di Bendungan Katulampa. Ustadz Umar tidak menunggu lama untuk segera menuju Puncak, tapi sebelumnya seluruh santri di kumpulkan untuk foto bersama. Setelah setengan perjalanan menuju puncak, ada insiden kecil. Mobil Avanza dan Panther kena tilang. Namun itu tidak berlanjut hanya didenda saja. Saat perjalanan mulai memasuki jalanan yang berkelok-kelok, Meila santi akhwat SMA yang merasa heran dengan tetesan air yang menetes ke kaca mobil, akhirnya dia tanya pada Ustadz Umar.
“Ustadz Ustadz itu apa netes-netes” ujar meila
Lalu Ustadz umar bilang “Owh itu kabut, kabutkan mengandung air mangkanya netes-netes”
“ko makin lama makin besar Ustadz” ujar Meila lagi
“owh ini air ujan ini” ujar Ustadz Umar. Yang tadinya menyangka kalau ini tetesan embun padahal air hujan yang turun.
Hujan semakin lebat. Alhamdullilah, tempat yang dituju sudah dekat. Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar, sesampainya di parkiran Mesjid At-ta’awun azan Zuhur terdengar. Tidak menunggu lama lagi, seluruh santi akhwat dan ikhwan dan Ustad Umar bergesas untuk Shalat Zuhur. Mesjid yang unik, untuk masuk ke terasnya saja harus buka sandal. Dan tidak ada jempatan untuk melewati genangan air. Jadi sandal tititipkan di tempat penitipan barang. Berrrrrr… dinginnya kaki ini saat menginjak genangan air itu. Apalagi saat mengambil wudhu, dinginnya sampai menusuk tulang belulang. Tapi anehnya, dinginnya membuat santri akhwat betah main air. Padahal kalau di pesantren, kalau udaranya dingin pada males buat mandi pagi.
Setelah wudhu, akhirnya shalat Zuhur berjama’ah. Setelah selesai shalat santri akhwat malah foto-foto di dalam mesjid, padahal Ustadz Umar sudah memanggil-manggil untuk makan siang. Makasn siang selesai, Ustadz Umar member arahan untuk acara selanjutnya. Awalnya mau ke kebun teh dan ke tempat Paralayang tapi karena cuaca yang tidak mendukung jadi dibatalkan. Akhirnya jadi makan jagung bakar. Sebelum turun untuk makan jagung. Diatas tangga terlihat jelas kabut yang berjalan, sedikit demi sedikit pemandangan yang awalnya hijau membentang kini jadi awan hitam dan tetesan air hujan.
Setelah foto-foto dengan kabut yang tebal, akhirnya turun dan memesan jagung bakar. Setelah makan jagung, niatnya mau liat-liat aksesoris tapi karena Ustadz Umar sudah menyuruh untuk naik mobil, akhirnya niat itu di urungkan. Namun setelah ke mobil Ustadz Umar tidak ada katanyanya sih lagi ke toilet jadi, aku, Noviani, Icha, Meila dan Ira menyempatkan untuk membeli cendra mata.
Setelah, seluruh santri masuk mobil. Perjalanan pulang pun diawali dengan Bismillah. Pas mau bayar parkiran, Ustadz Umar nanya kepetugas loket.
“ke puncak pas ke kanan yah pa” ujar Ustadz Umar
“iyah pa, langsung ke kanan aja” ujar petugas loket
“owh yah pa makasih” ujar Utadz Umar lagi
Keluar parkiran, mobil belok ke kanan. Awalnya santri akhwat mengira akan ke puncak pass taunya Cuma belok aja. Santri kecewa heheh. Sebenarnya hujan, yang membuat Ustad Umar tidak berhenti di puncak pass. Jadi perjalanan di lanjutkan untuk pulang. merasa kecapean, perjalan pulang diisi dengan tidur. Tidak terasa, bangun tidur sudah sampai Pesantren. [Holifah Tussadiah, santriwati angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]
Catatan: tulisan ini sebagai tugas penulisan feature di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media