“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah : 11)
“Menuntut Ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah.” (Hadits)
Menuntut ilmu atau menimba ilmu adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap muslim. Baik dia itu laki-laki maupun perempuan. Ilmu adalah cahaya. Yang akan menerangi jalannya kehidupan. Baik kehidupan di dunia maupun kehidupan di akhirat. Tanpa Ilmu, kemuliaan tidak akan bisa didapatkan. Amal juga tidak akan diterima tanpa adanya ilmu. Ilmu jugalah yang akan mengantarkan kepada jalan keikhlasan. Ilmu juga dapat menguatkan keyakinan. Selain itu, ilmu juga adalah amal yang tidak akan terputus. Bahkan rasa takut dan harap kepada Allah juga ada karena adanya ilmu itu.
Dalam menuntut ilmu harus ada bekal-bekal untuk dimiliki. Bekal-bekal inilah yang akan menjadi dasar bagi para penuntut ilmu.
Niat
“Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung niatnya.” (Hadits)
Niat adalah pokok dari semua amalan. Termasuk menuntut ilmu. Berniat ketika menuntut ilmu adalah wajib. Karena banyak sekali amal-amal yang wujudnya menyerupai amal dunia tetapi sebenarnya merupakan amal akhirat karena bagusnya niat. Dan tidak sedikit amal yang wujudnya seperti amal akhirat kemudian menjadi amal dunia karena jeleknya niat.
Orang yang menuntut ilmu untuk akhirat adalah orang yang mulia. Karena itu niat menuntut ilmu harus selalu diperhatikan bagi para penuntut ilmu.
Niat menuntut ilmu;
- Semata-mata mencari ridho Allah SWT
- Memperoleh pahala di akhirat
- Menghilangkan kebodohan pada dirinya dan seluruh orang bodoh
- Menghidupkan dan menegakkan agama Islam
Jangan menuntut ilmu dengan niat yang jelek. Niat yang jelek harus dijauhi. Niat menuntut ilmu haruslah untuk mencari ridho Allah dan mensyukuri nikmat akal. Mencari ilmu dengan niat dunia bukanlah niat yang baik. Dalam menuntut ilmu harus ada rasa syukur atas nikmat akal dan sehat. Jangan menuntut ilmu dengan niat memperoleh materi atau mendapatkan kedudukan. Orang yang memiliki ilmu harus menjaga kehormatannya. Orang yang berilmu tidak akan sombong ataupun rendah diri. Tetapi ia berada di antara keduanya, yaitu Tawadhu.
Usaha
“Seandainya ilmu didapat dengan khayalan, niscaya tidak ada orang bodoh di dunia ini.” (Mahfuzhot)
“Tak bisa kuraih ilmu, tanpa memakai 6 senjata. Kututurkan ini padamu, kan jelaslah semuanya. Cerdas, sabar, bersemangat yang kuat, dana, guru yang membina, dan kau sanggup sepanjang waktu.” (Ali bin Abi Thalib ra.)
Dalam menuntut ilmu, tidak dapat tidak, harus disertai dengan usaha. Tidak akan bisa seseorang berhasil tanpa adanya usaha. Sama halnya dengan menuntut ilmu. Pepatah Arab mengatakan, “Man Jadda Wa Jada”. Siapa yang bersungguh-sungguh ia akan mendapatkannya. Kunci penting menuju kesuksesan dalam menuntut ilmu adalah bersungguh-sungguh. Karena setiap hasil yang baik selalu dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Setelah bersungguh-sungguh, dalam menuntut ilmu harus ada kesabaran. Orang yang mampu untuk bersabar adalah orang yang berilmu. Dengan bersabar, Allah akan memberikan yang terbaik bagi kita. Karena Allah bersama dengan orang yang bersabar. Sabar juga bisa menjaga diri dari hal-hal yang akan menjerumuskan seseorang kepada keburukan.
Selain bersungguh-sungguh dan bersabar, menuntut ilmu juga harus dilakukan secara Istiqomah. Istiqomah maksudnya adalah dilakukan secara terus menerus. Menuntut ilmu tidak boleh berhenti dengan satu keilmuan saja. Menuntut ilmu juga bukan dilakukan hanya ketika berada di bangku sekolah saja. Tetapi menuntut ilmu itu dilakukan selamanya. Mulai dari buaian, hingga ketika menuju liang lahat. Di mana saja, kapan saja, sampai kematian menjemput.
Do’a
“Dan Tuhanmu berfiman: “Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir : 60)
Setiap usaha haruslah dibarengi dengan tawakal dan do’a. Orang yang tidak mau berdo’a kepada Allah adalah orang yang menyombongkan diri. Dalam menuntut ilmu, do’a juga menjadi satu bagian yang penting. Tanpa bantuan dan keridhoan dari Allah, ilmu tidak akan bisa didapatkan. Atau jika ternyata ada yang berhasil, maka ilmunya itu tidak akan menjadi keberkahan baginya.
Selain itu berdo’a kepada Allah adalah suatu ibadah. Allah akan senang kepada hamba-Nya yang meminta kepada-Nya. Maka Allah pasti akan mengabulkan do’a hamba-Nya yang meminta kepada-Nya.
Tetapi bagaimana jika sudah berdo’a setiap saat tetapi belum juga berhasil. Maka janganlah lantas berputus asa. Karena sesungguhnya setiap do’a pasti akan dikabulkan oleh Allah jika hamba-Nya meminta dengan tulus dan ikhlas. Serta ada ikhtiar atau usaha yang mengiringi do’a itu. Jika tidak dikabulkan segera, maka akan Allah simpankan do’anya untuk urusan akhiratnya. Atau Allah pasti akan menghindarkan dia dari musibah yang sepadan dengan do’anya. Jangan sampai seorang hamba berprasangka yang buruk terhadap Allah. Karena Allah akan memurkai prasangkanya itu.
Maka kita harus yakin bahwa Allah pasti akan mendengar dan mengabulkan do’a kita. Asal kita tetap berusaha hingga batas kemampuan kita.
Guru
“Siapa yang tidak punya guru, maka setanlah gurunya.”
Setiap penuntut ilmu harus memiliki guru untuk mengajarkan ilmunya. Karena menuntut ilmu tanpa guru akan tersesat pada akhirnya. Guru yang pertama bagi setiap anak adalah ibunya. Seorang murid harus selalu menghormati gurunya sampai kapan pun. Karena keridhoan guru juga adalah kunci dari keberkahan sebuah ilmu dan berpengaruh pada tujuan masa dengan seorang murid.
Kunci dari keberhasilan seorang penuntut ilmu salah satunya adalah dengan bagaimana ia memilih gurunya. Memilih guru harus yang berilmu, atau orang yang Alim. Guru yang dipilih haruslah memiliki sifat Waro’, atau menjaga kehormatan dan harga dirinya. Dan sebaiknya, ketika memilih guru, pilihlah seseorang yang lebih tua agar bisa lebih dihormati. Tetapi keutamaan dalam memilih guru adalah yang alim dan waro’.
Seorang guru juga sangat dibutuhkan bagi seorang penuntut ilmu. Seorang penuntut ilmu yang ingin melanjutkan menuntut ilmunya, sebaiknya mendiskusikannya dengan gurunya.
Penting untuk diketahui, seorang penuntut ilmu tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika ia mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.
Janganlah seorang murid membuat sakit hati gurunya. Karena bisa menghilangkan keberkahan ilmu dari gurunya itu. Seorang murid harus selalu menghormati gurunya. Salah satu cara mendapatkan keberkahan ilmu yang luar biasa adalah dengan cara menyenangkan hati gurunya.
Teman
“Seseorang itu tergantung agama temannya. Maka hendaklah ia memperhatikan kepada siapa ia berteman. Jangan Tanya siapa dia, cukup lihat siapa temannya. Karena sesungguhnya teman dengan temannya itu mengikuti.”
“Perumpaan orang yang berteman dengan orang sholih adalah seperti berteman dengan penjual minyak wangi. Dan perumpamaan orang yang berteman dengan orang jahat adalah seperti berteman dengan pengrajin besi.” (Hadits)
Seorang teman dapat mempengaruhi usaha seseorang dalam menuntut ilmu. Karena itu, seseorang yang ingin sukses dalam menuntut ilmu harus berhati-hati juga dalam memilih teman belajar. Memiliki teman dalam menuntut ilmu sangatlah bagus. Yaitu sebagai sesama penuntut ilmu, akan bisa saling menjaga diri dan temannya dari penyakit-penyakit yang sering menghampiri para penuntut ilmu. Penyakit yang sering menghampiri para penuntut ilmu adalah kemalasan.
Memilih teman belajar sangatlah penting. Artinya bukannya tidak boleh berteman dengan berbagai macam orang. Tetapi harus pandai memilih dan memilah. Mana teman yang bisa dijadikan teman dekat, dan mana teman yang masih harus diajak kepada kebaikan. Tidak boleh memilih teman yang malah membawa ke dalam kegagalan. Karena justru akan mengajak kepada keburukan.
Maka, piilihlah teman yang :
- Rajin
- Waro’ (Menjaga kehormatan diri)
- Bertabiat jujur
- Saling pengertian dan mudah memahami permasalahan
Dan jauhilah teman yang :
- Pemalas
- Banyak menganggur
- Banyak bicara
- Suka mengacau atau perusak
- Gemar menfitnah
Teman adalah yang sama-sama mengajak kepada kebaikan. Jika ia malah menjerumuskan atau mengajak kepada keburukan, maka ia bukanlah teman yang baik. Seorang penuntut ilmu seharusnya berteman dan bersama-sama dengan orang yang juga ingin mencari ilmu dan membantu dalam mencari ilmu.
Tempat
Tempat menuntut ilmu bukannya tidak penting. Tetapi berpengaruh bagi tujuan seorang penuntut ilmu. Walau pun sebenarnya menuntut ilmu itu bisa di mana saja dan kapan saja. Tapi ada baiknya jika sebelum menuntut ilmu, seorang penuntut ilmu mempersiapkan semua sarana belajarnya. Termasuk tempat belajar.
Khususnya bagi pelajar yang akan segera lulus dari tempat belajarnya sekarang, dan ingin melanjutkan ke jenjang perguruan yang lebih tinggi. Maka harus mencari tempat yang cocok dengan keilmuan yang ingin ia dapatkan. Jangan sampai malah melanjutkan kepada pendidikan yang bukan keinginannya. Walau pun semua ilmu itu bisa dipelajari. Tetapi akan lebih mudah diresapi jika seseorang yang belajar menyukai ilmu tersebut.
Tetapi kita janganlah terpaku pada di mana tempat kita belajar. Karena belajar itu bisa di mana saja. Tidak harus di tempat bernama sekolah. Asalkan ada kemauan, kesungguhan, dan guru yang bisa mengajarkan, maka menuntut ilmu tetap bisa dilakukan.
Pesan bagi Penuntut Ilmu
Buku atau kitab adalah salah satu sumber dan penjaga ilmu. Seorang penuntut ilmu juga harus memuliakan kitab. Khususnya Al-Qur’an, Tafsir, dan Hadits. Termasuk juga buku-buku keilmuan lainnya.
Ilmu yang harus diprioritaskan untuk dipelajari adalah ilmu Tauhid dan dalilnya. Seorang pelajar harus selalu mengulang pelajaran yang telah dipelajarinya. Dan pengikat ilmu bagi pemiliknya adalah catatannya. Karena itu buku walau pun hanya sebagai pegangan, sebaiknya dipersiapkan.
Kesungguhan dalam belajar agama harus lebih besar melebihi pelajaran yang lain. Seorang pelajar harus mensyukuri akal dan ilmunya. Karena ilmu adalah karunia dari Allah SWT.
Tumpuan seorang penuntut ilmu adalah hanya kepada Allah. Seorang penuntut ilmu harus selalu takut kepada Allah. Karena orang yang suka berbuat maksiat adalah orang yang tidak takut kepada Allah.
Seorang penuntut ilmu harus mampu mengukur kemampuannya sendiri. Metode panghafalan adalah dengan mengulang. Permulaan belajar harus sesuai dengan kemampuan diri masing-masing. Tingkat pelajaran yang didahulukan adalah yang dianggap mudah untuk dipelajari. Jika merasa malas, maka carilah penyebab dan solusinya. Berdo’alah kepada Allah agar dimudahkan dalam segala urusan.
“Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu, dan berikanlah aku rizki pemahaman…”
[Fathimah NJL, Kelas 2 SMA, Pesantren Media]