Namanya kenangan
Dia pernah mengisi hari-hariku
Berjaga di belakangku agar aku terlindung
Menemani ketika matahari tak nampak di balik gumpalan awan gelap
Kupikir ia tersenyum padaku, dan benar
Kupikir ia merasakannya, memang begitu
Ia bertanya ‘apakah kau mau?’, ku jawab ‘iya’
Kamipun bak sepasang merpati di sarang barunya
Entah kapan dan bagaimana angin membawanya
Ia pergi dan tak kembali
Ia takkan kembali
Ia takkan kembali
Satu yang kusesali
Ia meninggalkan bayangannya bersemayam dalam hatiku
Membiarkannya memenuhi ruang kalbu
Juga membuat otakku meluap
Tidakkah kau ingin mengambilnya
Lalu membiarkanku menerima kepergianmu,
Belahan jiwaku
[Zahrotun Nissa, santriwati kelas SMA 2 angkatan ke-3, Pesantren Media| @nissaniza98]