Kota-Kota Hitam Putih
Kota-kota hitam putih Kabut asap tebal menyelimuti Lampion kedap-kedip Nyaris tak ada satu nyawa pun Kota-kota hitam putih Beton raksasa angkuh menegak Beberapa pamerkan bata oranye-nya Menguak semen-semen kering dan…
Secangkir Senja Untuk Sore #7 (ending)
Arial terbangun. Tubuhnya dingin, seolah ia baru keluar dari kulkas. Ia masih gemetaran. Buru-buru ia mencari handphone-nya, lalu mengubrak-abrik kontaknya. Jempolnya memijit keypadnya dengan gemetar. Arial menekan tombol 6 satu…
Secangkir Senja Untuk Sore #6
Mata biru itu sudah kehilangan beberapa persen cahayanya. Namun wajahnya tak lagi muram seperti minggu-minggu biasanya. Kali ini, senyumnya malah seolah tidak mau lepas dari bibir merah muda miliknya. Mahesya…
Secangkir Senja Untuk Sore #5
Tiga bulan berlalu begitu saja. Meninggalkan jejak-jejak telapak kaki di padang pasir, Kairo. Terik membakar siapa saja yang tinggal di dalamnya. Kairo rasanya semakin panas dari tahun ke tahun. Namun…
Caramell di Sepertiga Malam
Suatu hari seorang ibu paruh baya bertanya pada putri semata wayangnya, Caramell. “Nak, Ibu boleh tahu ingin jadi apa kamu ketika sudah dewasa kelak?” Caramell tak kunjung menjawab. Namun senyumnya…