Maafkan aku karena tidak jujur
Kalau saja aku bisa mengatakan “Aku mencintaimu.”
Tapi semua itu sudah terlambat
Aku telah kehilangan itu semua
Aku percaya untuk pertama kalinya
Aku telah kehilangan sesuatu yang mengisi hatiku sampai sekarang
Begitu banyak kamu mendukungku
Begitu banyak kamu membuatku tersenyum
Kau selalu di sisiku dan menyemangatiku berkali-kali
Selain itu kamu memberiku kekuatan untuk hidup dan mengajariku arti dari segalanya
Aku bertanya-tanya, berapa banyak kebaikan yang telah aku terima darimu
Aku sangat berterima kasih padamu
Terima kasih telah melahirkanku
Aku senang terlahir di dunia
Menjadi anakmu
Mama, Papa Arigatou..
Gomen ne.. Sayonara
***
Ibu yang duduk di sebelahku memukul pelan “Dasar, jangan ngomong begitu! Aku jadi ingin tau siapa yang melahirkanmu?”
“Tentu saja orangtua yang duduk di sebelahku kan? ”
Suara tertawa membahana memenuhi ruangan keluarga. Bercanda seperti ini sudah menjadi bagian dari keseharian kami. Kami selalu melakukannya setiap hari, tapi hari ini berbeda dari hari biasanya. Sekarang papa tidak berada bersama kami, sepertinya terlambat pulang kerja.
Hoam..
“Hei, kalo sudah mengantuk tidur sana.”
“Nggak ah.. kasian mama sendirian. Aku juga ikut menunggu papa saja.”
Tiba-tiba suara dering telepon terdengar memenuhi ruangan.
Deg!
Tiba-tiba perasaanku menjadi tidak enak. Detak jantungku berdetak lebih kencang disbanding biasanya. Ada apa ini?
Bersambung…
[Ela Fajarwati Putri, Santriwati Pesantren Media angkatan 3 kelas 2 jenjang SMA]