#Lanjutan The Black Hole
Aku hanya bisa duduk terdiam. Berbagai argumentasi berkecamuk di pikiranku. Pikiranku selalu meneriakkan apa yang terjadi? Sampai akhirnya mereka membawaku ke sebuah rumah kosong di pinggiran kota. Awalnya aku masih belum mengerti. Mereka tertawa-tawa melihat kebingunganku. Salah satu dari mereka mulai membuka mulut dan menceritakan semuanya padaku. Mereka mengatakan diberitahu oleh Mona bahwa siapa saja bisa tidur denganku asal memiliki uang. Mereka menunjukkan sebuah foto bukti yang diberikan mona. Di dalam foto itu terlihat aku sedang dirangkul seorang pria tua masuk kedalam sebuah hotel. Mereka juga mengatakan semua teman-teman di kampus hingga dosen pria yang masih membujang mengetahui hal itu.
Setelah penjelasan yang cukup panjang akhirnya aku mengerti. karena mereka sudah berbaik hati padaku, maka aku mengikuti alurnya saja. Aku berpura-pura menyetujuinya. Sebelum aku digiring masuk kedalam kamar aku meminta permisi ke kamar mandi. Di sanalah aku akan menelpon kakakku untuk menjemput. Mereka cukup bodoh tidak menyadari di saku dress yang sedang menempel di badanku terdapat sebuah ponsel seluler.
Dengan gesit dan cepat aku menghubungi kakakku.
“Halo kak, kakak di mana? Bisa jemput aku sekarang?” ucapku cepat.
“Halo, kenapa nggak minta jemput pak yono saja sih?” jawab kakakku sedikit kesal.
“Aduh kak, nggak bisa. Hari ini aku bawa mobil sendiri. Aku kecelakaan kak.” Kataku lemah.
“Hah? Kamu kecelakaan? Kamu udah ke rumah sakit? Apa kata dokter? Kamu dimana sekarang, biar kakak jemput.” Ucap kakakku penuh kecemasan.
Aku tersenyum mendengar ucapan kakakku. Ternyata dia menyayangiku. Padahal aku selalu mengira sebaliknya. Bukan salahku jika aku berpikir begitu, kakakku tiba-tiba saja menarik diri dariku. Kala itu ia berusia 11 tahun. Sosok yang selama ini melindungiku,ada di sisiku, hilang. Saat aku mulai beranjak dewasa tiba-tiba sosok itu kembali. Aku tidak menolaknya. Aku senang ia kembali di sisiku, walau aku tak mengetahui alasannya menjauh dariku.
Beberapa saat setelah aku memutuskan sambungan telepon, kakakku telah mendobrak pintu masuk. Dua orang Laki-laki yang menjagaku di luar wc segera berhambur menuju arah pintu depan. Celah untuk aku kabur terbuka. Aku hendak berlari menuju pintu keluar, akan tetapi tak bisa. Ada seseorang yang mencegatku. Aku terkejut,spontan aku berteriak. Sesaat setelah bunyi teriakan memenuhi ruangan, bunyi pistol meraung di udara.
*Bersambung…