Apa yang salah dengan kita?
Sesungguhnya Allah Ta’alaa telah memberikan segalanya yang terbaik bagi kita. Kita sebagai manusia seharusnya bisa melihat tanda-tanda kasih sayang Allah dengan kelebihan akal kita. Namun apalah artinya akademik suatu Negara yang boleh dianggap ‘cemerlang’, tetapi tidak mampu mengambil maksud dari pesan Yang Maha Penyayang.
Dalam segala sisi yang terlihat dari Islam, seharusnya yang didapati hanyalah bahwa Islam sangatlah memuliakan perempuan. Tidak ada bukti sejarah yang mengabadikan kejadian Islam yang tidak mengangkat derajat kaum wanita. Tidak tertinggal hukum-hukum seputar wanita yang menjaga tiga bagian—Kehormatan, kesucian, dan keamanan—yang memuliakan wanita.
Sejarah memang bisa dipalsukan, tetapi fakta yang sebenarnya pasti akan terungkap. Tentang gambaran rendahnya derajat wanita yang terjadi di luar naungan Islam. Fakta juga menjawab, dengan berjayanya Islam, perempuan tidak akan dihinakan. Jika orang-orang itu—dengan dungunya— bersiap membantah, sejarah telah menyiapkan pembungkam.
Orang-orang itu tidak mengerti. Mereka hanya mengikuti ketidakdewasaan keinginan mereka. Ingin diberi kebaikan tetapi tidak melihat kebaikan yang datang. Bahkan—sekali lagi karena kebodohan—dengan beraninya, orang-orang itu menantang datangnya ancaman dengan tanpa pertahanan. Boleh dilihat orang-orang yang kurang akal itu. Menyesal mereka setelah merasakan petakanya.
Buruk sekali menyalahkan orang lain atas kesalahan diri sendiri. Berkacalah terlebih dahulu. Apakah yang diri sendiri lakukan ini yang mengundang keburukan? Jika tidak, barulah salahkan orang lain yang tidak berkaca.
Padahal Allah Ta’alaa itu sungguh Baik. Memberikan kewajiban kepada hamba-Nya sesuai kadar fitrahnya. Maka ketika kadar itu dilanggar sekehendak hati, jangan salahkan siapapun jika terjadi kekacauan. Fakta bisa menunjukkan yang banyak terjadi era ini. Ketika ketidaksesuaian tempat dan pelanggaran fitrah yang dilakukan menimbilkan bencana terjadi. Berdecak miris kita menyaksikan.
Mungkin tidak banyak yang mengetahui, bahwa yang paling benar adalah memikirkan kebaikan dari suatu hal yang sudah ditetapkan Sang Pencitpa. Bukan malah memikirkan sesuatu untuk dibuat dengan menduga hal yang akan dibuat tersebut adalah hal yang lebih baik. Padahal kebaikan yang dibuat manusia itu memiliki sifat relatifitas. Sedangkan yang dibuat Yang Maha Membuat adalah mutlak baiknya.
Sekarang kita bertanya, apa yang salah dengan kita?
Memang benar kita dijadikan mulia oleh Allah Ta’alaa dengan diberi akal untuk dapat memikirkan segala sesuatu yang ada di dunia ini. Tapi bukan berarti kita bisa berpikirkan seenak keinginan. Selalu ada aturan dalam segalanya. Logika manusia itu terbatas. Akan ada bantahan-bantahan lain setelah ketentuan Tuhan. Apalagi satan-satan terkutuk itu tidak akan pernah berhenti mengacaukan hubungan kita dengan Tuhan kita. Mereka masuk dan merusak kita lewat segala celah.
Seharusnya kita hanya percaya dan meyakini fitrah yang telah ditetapkan Allah Ta’alaa Sang Pemilik Alam Semesta. Sesungguhnya yang membuat persepsi wanita dan pria itu berbeda adalah para jahiliyah. Kedudukan setiap manusia itu dibedakan menurut tingkat ketakwaan diri mereka. Bukan dari jenis atau yang lainnya. Kewajiban dan hak-hak masing-masing jenis juga sudah disesuaikan dengan fitrah masing-masing. Yang membuat rusak adalah ketika ada yang mengacaukannya.
Kita hanya perlu berdo’a dan tetap berusaha mengembalikan keadaan. Keadaan saat semua kembali kepada tempat yang sesuai. Dan dapat dipastikan, ketika saat itu datang, dunia akan terasa sangat sayang untuk ditinggalkan. Wallahua’lam.
[Fathimah NJL, Kelas 3 SMA, Pesantren Media]