Warna sengsara melukis senja
Menoreh luka dalam hati yang duka
Menggetarkan syaraf dalam rasa sakit dan sengsara
Aku melihat di negeri sana, deru peluru dan darah
Menjadi peledak gelombang amarah
Memutus bahagia datangkan gundah
Bersama resah dan ribuan rasa bersalah
Dan apa yang aku lakukan di sini?
Di sana, aku dengar lagi ratusan muslim mati tak berharga
Bagaikan tikus atau hama yang tak berharga
Mati di tangan-tangan bengis dan sadis
Menjadi mayat di tangan penguasa yang dzalim
Dan apa yang aku lakukan di sini?
Saat aku tertidur menunggu waktu berbuka puasa
Saudaraku di sana sedang menangis, mempertanyakan kehidupan anak-anak mereka
Saat aku bertakbir menyambut hari raya lebaran
Mereka bertakbir menahan sakit di antara nyala semangat yang terkobar, lalu terpatahkan dengan lengkingan mencari pertolongan
Saat aku pergi ke dokter untuk meminta obat diare karena terlalu banyak makan
Mereka sedang berjuang menahan nyawa agar tetap melekat pada raga setelah air mereka diracuni oleh Basar Asad sang setan
Saat diriku terlelap dalam detak jarum jam berhentak pelan
Mereka sedang berjuang, merebut kembali kejayaan dan kemerdekaan, serta izzah ummat Islam yang telah terinjak, demi mencapai kemenangan hingga titik darah penghabisan
Dan apa yang aku lakukan di sini?
Temanggung, 10 Agustus 2013
[Hawari, santri angkatan kedua tingkat SMA di Pesantren Media]
Catatan : tulisan ini sebagai tugas selama liburan.
sangat menyentuh… dan inilah yang ku mampu
Kita yang disini, jika tidak memungkinkan untuk membantu secara material, bisa cukup dengan doa, karena doa adalah senjata kaum muslimin. 🙂 Semoga bermanfaat.