Raissa dan Raika, Raissa adalah namaku sedangkan Raika adalah kembaranku, mama selalu membanding-bandingkan aku dengan Raika. Awalnya aku memang di sayang oleh mama karna aku lebih cantik dan lebih pintar di banding Raika, sebenernya kepintaranku dengan kepintaran Raika hanya beda tipis, tapi kalo masalah cantik memang sih aku lebih cantik darinya tapi bukan berarti aku sombong.
Raika sangat membenciku karna dia iri dengan kepintaran dan kecantikanku. Tapi semenjak aku masuk Islam, mama langsung membenciku dangan dan mengusirku dari rumah, entah kemana aku harus pergi, dan terpaksa aku harus menginap di rumah nenek, sebenernya nenekku juga mualaf, nenek lah yang mengajariku tentang Islam, dan neneku juga yang mengajak ku masuk Islam, Sebenernya Raika juga di ajak masuk islam oleh nenek tapi dia segan, dan memberi tau ke mama bahwa aku telah masuk Islam, sebenarnya Raika niatnya hanya ingin mengeluarkan ku dari rumah, karna dia iri dengan ku.
Sekarang aku di asuh oleh nenek ku, aku juga jarang sekali melihat mama dan papa, aku sudah seperti tidak di anggap anak lagi oleh mereka, tapi nenek selalu menghiburku agar aku tidak selalu sedih,
nenek selalu mengatakan “ Raissa, ingat kamu harus bisa membuktikan kepada orang tua mu bahwa kamu itu bukan anak manja lagi dan bisa membuktikan bahwa Islam itu adalah agama yang benar” kata kata itu berulang kali di ucapkan nenekku. Mendengar ucapan itu lagi aku langsung menatap wajah nenek ku yang masih agak muda.
sambil menatap wajah nenek, aku pun berkata “ bagaimana bisa, aku melakukan itu kalo mama melihat wajahku saja tidak mau, apalagi mendengar perkataan ku, pasti sudah marah besar dengan ku” jawab ku dengan nada agak kesal
“iya, nenek tau kok mama dan papa kamu itu memang membencimu tapi bagaimanapun itu tetap saja orang tua mu iya kan, naah ya sudah gak usah marah lagi, nenek ada kue serabi ni kesukaan Raissa, mau gak?” kata nenek, sambil mencoba untuk menghiburku kembali
“ mau…mau aku suka serabi, yang banyak ya nek” jawab ku sambil loncat-loncat kegirangan. Sambil makan serabi aku jadi ke inget Raika, saudara kembarku, dia kan suka sekali serabi, apalagi serabi duren, hmmm kira-kira kapan ya aku bisa makan serabi duren lagi bareng Raika dan mama,papa, aku selalu membayangkan, andai saja aku dari dulu sudah Islam, mama, papa dan juga Raika. Aduuuuh… pasti enak banget, terus bermain bersama sholat berjama’ah, pasti enak banget.
Tiba tiba nenek membuyar kan lamunan ku
“Raissa…raissa ayo habisin dulu serabi nya nanti keburu nenek habisin lho” canda nenek
“oh iya nek lupa hehehe” kata ku sambil cengengesan
Aku pun langsung menghabiskan serabi yang di beri oleh nenek.
BERSAMBUNG
[Daffa Azzahra, santri jenjang SMP, KELAS 1, Pesantren Media]